Chapter 16

2.5K 278 16
                                    

“Kok bisa?!” Itu Nazwa.

“Gimana ceritanya?” Dan yang ini Rifka.

Mereka berdua masih berdiri dengan terkejut, mata memandang Wina tak percaya, sementara gadis yang tengah dipandangi hanya bisa memberikan senyum kecut. Beberapa orang yang duduk di dekat meja mereka mulai menatap curiga, dan setengah berdiri Wina meraih ujung kemeja Rifka dan Nazwa, meminta mereka untuk duduk.

“Bisa gak kalian gak usah teriak-teriak gitu? Kita diliatin nih!” Ujar Wina menatap kiri kanannya hati-hati.

Rifka duduk sambil mendengus, sementara Nazwa memandangnya dengan tatapan menghakimi.

Gadis itu pasrah!

“So?” Nazwa duduk tegak, melipat tangan di dada. Matanya memandang Wina seakan bisa membuat gadis itu menjadi batu, seperti medusa, itu membuat Wina merinding. “Lu gak berniat ngasih bom kayak gitu terus langsung kabur kan? Itu antiklimaks namanya, tau gak!” Nada suara Nazwa tegas.

Sementara di sampingnya, Rifka mengangguk setuju, mengikuti postur duduk Nazwa dan mengangkat kepalanya. Memandang Wina dengan curiga. “Katanya gak saling kenal, terus tau-tau jadi mantan. Lu gak lagi ngapalin naskah drama kan, Win? Gak akan ada di satu waktu lu bakalan bilang kalau lu sama dia adalah saudara kembar yang terpisah, kan?”

Wina tak tahu mau tertawa atau menangis mendengar tuduhan Rifka, tapi gadis itu memandang Wina dengan serius. Sekalipun Nazwa memutar kepalanya dengan cepat untuk menatap Rifka dengan tak yakin, gadis itu akhirnya bisa menguasai diri dan kembali memandang Wina dengan tatapan paling mengintimidasi yang pernah Wina rasakan darinya

Wina menatap keduanya dengan rumit. Menarik es teh manis di depannya dan membasahi tenggorokan yang tiba-tiba rasanya kering, gadis itu berpikir untuk menjelaskan. “Gue gak ada niat mau ngebohongi kalian atau apa.” Wina memulai.

Baik Rifka dan Nazwa akhirnya mengendurkan bahu mereka, mendengarkan Wina dengan waspada.

“Tapi awalnya, gue emang gak kenal sama Kak Axel.”

“Gue gak paham.” Ujar Nazwa, menggeleng tak mengerti.

Wina sekali lagi menghela napas. “Makanya ini gue mau jelasin. Jangan di potong.” Wina menatap ke dua temannya, suaranya berbisik menghindari ada penguping yang tidak diinginkan setelah mereka menjadi bahan keingin tahuan beberapa mahasiswa di sekitar mereka. Lalu, ketika mendapatkan anggukan dan persetujuan singkat, gadis itu kembali memulai. “Jadi, awal gue ketemu Kak Axel di universitas ini, gue emang gak kenal dia.”

Baik Nazwa dan Rifka memandang Wina tak percaya, jelas-jelas curiga. Tapi gadis berambut panjang itu mengesampingkannya.

“Gue kenal dia waktu gue baru masuk SMA, awalnya dari game.”

"Game?" Rifka mengernyit bingung.

“Game apa?” Sambung Nazwa. Tanpa mengindahkan kata-kata Wina sebelumnya, lagi-lagi memotong, agaknya tidak bisa menahan diri.

Wina menghela napas untuk kesekian kalinya. “Kingdom of Valone.”

BRAK!

Nazwa berdiri, menggebrak meja dan Nazwa menatap Wina dengan terkejut, sekali lagi membuat mereka menjadi pusat perhatian. “SERIUSAN?!”

Kali ini, Rifka yang memaksa Nazwa duduk.

Melihat Nazwa, tawa Wina terdengar kaku. “Jangan bilang lu juga main game itu, kalau iya dunia ini sempit banget.” Ucapnya sarkas, “dan sebelum lu nanya siapa akun dia kali-kali lu kenal, gue harap teriakan tadi yang terakhir kali, soalnya gue gak mau kita diusir karena mengganggu ketertiban umum.”

Clockwork MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang