Chapter 9

2.7K 283 22
                                    

Tiga tahun silam...

"Gila, Kak Dira emang keren banget ya!" Ditha memangku dagu pada sebelah tangan yang bertumpu pada pahanya. Matanya berbinar-binar memandang sekelompok kakak kelas yang tengah merebut bola di lapang basket. Saling melempar dan menggiring bola menuju ring. "Emang yang namanya blasteran itu gak mengecewakan."

Sama-sama duduk di pinggir lapangan, Gita melempar Ditha dengan pilus. Menyadarkan gadis itu. "Jangan ngembat gebetan teman sendiri!" Ujarnya.

Di tengah mereka, Wina nyengir. "Tenang, udah gue rekam. Kalau dia macam-macam gue aduin ke Kak Dodi. Dengan tajuk 'Ditha selingkuh hati dengan Kak Dira dan merasa tak puas lagi dengan Kak Dodi'".

"Sialan! Sembarangan aja lu kalau ngomong Win! Gini-gini gue tetap setia sama Kak Dodi lah."

Wina dan Gita tertawa. Sementara tak jauh dari mereka, beberapa cewek sedang ikut bersorak, itu para penggemarnya Kak Dira. Dan biasanya apapun yang mereka lakukan selalu bikin jengah!

Gita menyenggol bahu Wina. "Fans-nya Kak Dira tuh, lu gak mau ikutan?"

"Lu ngarepin gue loncat-loncat sambil teriak manggil-manggil nama Kak Dira dengan suara melengking gitu? Ih gak bangetlah!" Jawab Wina yang menatap Gita seakan Gita sudah kehilangan akal. "Gue masih punya pride tau! Paham pride gak?"

"Makan tuh pride! Sadar-sadar nanti taunya Kak Dira udah pacaran sama orang lain!" Ditha ikut-ikutan.

Wina memutar matanya, tak ambil pusing. "Kalau jodoh gak akan kemana!"

"Itu cuma kata-kata cewek putus asa yang gak berani ngelakuin apa-apa." Gita ikut-ikutan.

Wina hanya mengedikan bahu. Pada saat itu, ponselnya berbunyi memberikan notifikasi sebuah pesan WA masuk. Seketika wajah Wina menjadi cerah. "Jam istirahat udah mau habis nih, masuk yuk panas." Ujarnya, berdiri menatap layar ponsel dan membaca pesan di sana.

"Hah? Balik? Udahan ngeliatin Kak Dira nya?"

"Terserah, kalau kalian masih mau nonton ya lanjut aja. Gue ke kelas duluan." Ujar Wina yang sudah setengah jalan menuju kelas.

Baik Gita dan Ditha dibelakangnya saling bertukar pandang bingung, sebelum mereka akhirnya mengikuti Wina menuju kelas mereka.

Wina sibuk berbalas pesan di ponselnya, karena yang kedua temannya tidak tahu adalah, bahwa notifikasi yang baru saja masuk adalah pesan dari Axel, dan Wina ingin membalasnya di tempat yang lebih nyaman. Bukan panas-panasan di pinggir lapangan basket sambil memperhatikan orang yang bahkan tidak kenal dengannya.

***

Lordie : Lagi apa?
Me : Minum sirup Marjan pakai Nata de Coco.
Lordie : Hm...
Me : Kenapa?
Lordie : Kanibal!
Me : Apaan?!
Lordie : Ya itu, masa Nata makan Nata.
Me : Lu juga Nata!
Lordie : Tapi gue gak makan Nata.
Me : Ah terserahlah, lagian gak penting banget ngomongin Nata de Coco!
Lordie : Hahaha
Lordie : Udah jangan marah.
Me : Siapa yang marah!
Lordie : Jangan ngambek kalau gitu.
Me : Gue gak ngambek!
Lordie : Ya udah, besok kencan?
Me : Ha?
Me : Maksudnya?

***

Wina merapikan bukunya dengan tergesa-gesa, sementara senyum di wajahnya secerah mentari. Ditha di sebelahnya memandang gadis itu dengan tatapan aneh kemudian mencolek-colek Gita yang duduk di depan mereka, mengedikan bahu pada Wina yang masih merapikan alat tulisnya.

"Win?" Sapa Gita, tapi hanya dibalaa gumaman ringan oleh Wina, dia bahkan tidak melirik gadis itu. "Ngapain buru-buru? Mau kemana?"

"Ada janji." Jawabnya singkat, menyandang tas ranselnya.

Clockwork MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang