Pukul 03.30 A.M, Isagi pulang dari tempat kerjanya dengan membawa bingkisan yang sempat diberikan oleh Chigiri sebelum dia pulang, teman-temannya belum pulang, tapi dia sudah disuruh pulang karena kata mereka Isagi terlihat sangat mengantuk.
Itu tentu saja, kemarin dia tidak tidur karena terus-terusan mencari semanggi di pematang sungai, meski sebelum berangkat dia punya waktu setidakya dua jam, tapi Isagi tidak bisa tidur karena terus-terusan terpikir tentang orang aneh yang dia lihat di lokasi kecelakaan kemarin.
Dia sendiri bingung kenapa dia bisa ingat terus dengan orang itu, lebih bingung lagi kenapa dia bisa ingat bentukan detail dari orang itu padahal dia tidak melihat orang itu terlalu lama.
Mulai dari warna matanya, warna rambutnya yang sama uniknya dengan potongan rambutnya--yang bagi Isagi sangat aneh itu, dan bahkan dia masih ingat warna pakaian yang orang itu pakai.
Benar, pakaiannya berwarna biru muda, dengan celana jins hitam yang lututnya robek sebelah-Isagi menyangka orang itu bukan polisi karena pakaiannya terlalu kasual.
Hm ... kalau diingat lagi agak mirip dengan orang yang sekarang sedang berdiri di dekat pematang sungai yang biasanya sering dia datangi.
Ya?
Mirip?
Isagi mencoba menajamkan matanya untuk melihat orang itu lebih jelas di antara temaramnya malam menjelang fajar.
Dia berjalan mendekati pematang sungai, suara air mengalir makin terdengar setiap satu langkah Isagi mendekat, sepinya suasana fajar itu membuat telinganya makin sensitif dalam mendengar.
Angin dingin berhembus perlahan, musim panas ternyata tidak mencegah udara dingin datang dan membuat Isagi menggigil, untung saja dia memakai jaket malam ini.
Matanya menatap ke depan, ke arah pria yang sekarang tinggal berjarak beberapa meter darinya, Isagi penasaran, apa dia tidak kedinginan dengan baju yang hanya satu lapis itu?
Kakinya melangkah lagi untuk mendekati orang itu.
Semakin dia mendekat, dia merasa udara makin dingin, apa karena angin yang sekarang masih berhembus dan membawa hawa dingin lebih banyak? Atau mungkin karena hal lain?
Di jarak lima langkah dari orang itu, Isagi berhenti, entah karena inisiatif apa, dia menoleh ke arah sungai, tidak, tepatnya lebih jauh, mata birunya melihat ke arah matahari yang mulai menunjukkan cahayanya dengan malu-malu.
Isagi memandang sejenak pemandangan itu dan mengaguminya, dia selalu pulang dari klub setelah matahari terbit, tapi sekarang dia bisa melihat pemandangan sederhana tapi indah itu dari tempat nongkrong favoritnya.
Isagi langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan semanggi yang kemarin sore dia temukan, dia mengangkat semanggi berdaun empat itu ke arah matahari terbit dan mengagumi pemandangan indah dimana semanggi hijau yang dia anggap sebagai tanda keberuntungannya sekarang dilatarbelakangi cahaya redup matahari yang baru saja akan terbit.
Isagi memutar tubuhnya, dia masih mengangkat semanggi di tangannya dan menoleh ke arah pria tadi yang ternyata juga sedang melihat pemandangan yang sama dengannya. Jangan-jangan orang itu sengaja datang ke sini untuk menikmati pemandangan ini?
Tepat saat Isagi menoleh dan menurunkan semanggi di tangannya, pria itu menoleh dan menatapnya, ... lalu waktu terasa terhenti bagi Isagi saat itu juga.
"Indah..."
Hanya kata itu yang bisa Isagi keluarkan untuk mengagumi penampilan di hadapannya.
Mata biru yang lebih terang dari matanya itu seakan menghanyutkan Isagi ke dalamnya, dia terus-terusan ingin menatap manik cantik itu, bahkan mugkin rela kalau harus tenggelam ke dalamnya.
Dia diam selama beberapa saat sebelum dia mendengar suara yang keluar dari orang itu, suaranya terdengar tidak kalah indah!
"Kamu ... bisa lihat aku?"
Tapi kata-kata yang dia dengar seketika menyadarkan Isagi ke dalam kenyataan.
Dia langsung mengalihkan pandangan dari mata pria itu dan membuang wajah.
Hm? Bentar...
Apa maksudnya dengan bisa melihat?
Wajah Isagi seketika memucat, jantungnya berdetak makin cepat seiring matanya melirik ke bawah ... ke arah kaki pria itu.
Dan yang benar saja,
"AKHHHH!!!"
...kakinya melayang di udara.
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Four-Leaf Clover [KAISAGI]
FanfictionMulai dari dibuang oleh orang tuanya sendiri, harus hidup mandiri di usia yang masih muda, lalu akhirnya dikhianati oleh pacar yang sangat dia percayai. Yoichi tidak pernah menganggap hidupnya pernah beruntung sekali pun, dia hanya mengalami kesiala...