Isagi menyesal karena telah mengambil pekerjaan di host club itu, mana dia sangka kalau itu adalah klub host untuk gay?!!
Meski begitu, dia tetap bekerja di sana—dengan tidak senang hati, bagaimanapun dia harus mencari uang, gaji yang ditawarkan sangat besar dan dia tidak bisa menolaknya.
Karena awalnya dia sangat canggung karena harus menghadapi laki-laki lain dan melayani mereka, Chigiri menyarankan agar Isagi bekerja di dapur atau sebagai bartender saja terlebih dahulu, dan itu sangat dia syukuri karena dia tidak harus melayani atau mengajak mengobrol pria lain. Innernya sebagai laki-laki sangat menolak keras untuk melayani sesama jenisnya.
"Kamu anak baru?"
Isagi menoleh dan mendapati pemuda dengan baby face serta bandana putih di dahinya sedang tersenyum, dia memegang nampan dengan gelas kosong di tangannya.
Isagi mengangguk menanggapi pertanyaannya, dia membalas senyuman pemuda itu dan memperkenalkan diri.
"Aku Nanase, panggil senyamannya aja," kata Nanase tetap dengan senyumannya. Oh, entah kenapa dia cukup nyaman dan merasa bisa cepat akrab dengan pemuda ramah ini.
Dia berjalan bersama Isagi yang tadi disuruh Chigiri untuk pergi ke dapur.
"Nanase?" panggil Isagi ragu.
Nanase yang baru saja meletakkan gelas kotor di tempat penyucian menoleh ke arah Isagi, dia menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Em ... kita nanti diwajibkan buat ngelayanin tamu?" tanya Isagi, nada bicaranya terdengar gugup.
Suara dentingan antara gelas terdengar, lalu Nanase terkekeh, tapi suaranya terdengar agak aneh, seperti takut-takut dan tertekan(?).
"Semua akan datang masanya, Isagi."
Dan seketika tubuh Isagi merinding.
•••••
Karena tidak mungkin Isagi akan terus tidur di warnet, dia memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen sederhana di pinggiran kota, karena uangnya hanya pas-pasan dia hanya bisa membayar uang muka biaya sewa dan harus membuat surat perjanjian dengan pemilik apartemen agar dapat membayar uang sewa bulan depan.
Syukurlah pemiliknya sudah tua dan baik hati, jadi Isagi bisa sedikit tenang dengan masalah tempat tinggal.
Dengan begini, dia tidak memiliki pilihan lain selain terus bekerja di klub host gay itu, kalau tidak, bukan hanya tidak mendapat pekerjaan dan uang, dia akan ditendang keluar dari tempat tinggal barunya.
Tapi untungnya pekerjaannya hanya dilakukan di malam hari, tentu saja, Kabukichou adalah kota malam, semua orang di sana berpesta di malam hari dan tertidur di siang hari.
Jadi Isagi bisa menghabiskan waktunya di siang hari untuk sekedar berkeliling dan menghabiskan waktu.
Dan tempat pertama yang paling Isagi sukai adalah belakang rumah sakit, tepatnya JCHO—Japan Community Health Care Organization—Shinjuku, karena apartemennya dekat sana, dia suka berjalan-jalan di sekitaran rumah sakit itu.
Pematang sungai yang memiliki rumput hijau, air sungai yang tenang, dan satu pohon sakura besar yang rindang, pemandangan itu benar-benar menenangkan hati Isagi.
Kalau dia frustasi dengan pekerjaannya, maka dia akan pergi ke sana untuk menikmati pemandangan atau sekedar tiduran di bawah pohon sakura.
Pernah di satu pagi, saat dia baru pulang dari klub dan sempoyongan karena sempat minum alkohol satu gelas—atas paksaan pelanggannya, dia melewati pematang sungai dan menyempatkan diri untuk duduk di rerumputan berwarna hijau.
Isagi mengambil napas dalam dan menikmati udara pagi yang cukup segar di penghujung musim semi.
Sebentar lagi musim panas, dan udara di sini pun akan berubah menjadi lebih lembab, jadi dia mau menikmati sejuknya Jepang di ujung musim semi tahun ini.
Tangannya menyentuh rerumputan, dia menatap jauh, bukan ke arah sungai yang jernih, bukan juga ke antara gedung yang lebih jauh di sana, tepatnya dia hanya memandang kosong sambil memikirkan sesuatu.
Dia belum terbiasa melayani pria di klub host, karena itu Chigiri masih menyuruhnya bekerja di dapur atau sesekali menemani Hiori atau Nanase untuk menjadi bartender, karena belum bisa mencampur alkohol dengan baik, dia harus ditemani salah satu dari dua orang itu.
Hidupnya memang selalu sial, selama bekerja dia bahkan sering digoda oleh orang yang hanya memesan minuman keras di meja bartender.
Bahkan tadi dia sempat dipaksa ikut minum dengannya, padahal kalau mau teman tinggal memilih saja dan memesan pria yang ada di klub, tapi sepertinya pelanggan itu benar-benar tertarik dengan Isagi.
Kalau saja tidak ada rekan kerjanya—Nanase yang mencoba menolak halus, Hiori yang juga mencoba berbicara baik-baik, parahnya Chigiri yang menatap tajam sambil mengeluarkan roasting andalannya, maka Isagi tidak akan selamat.
Untung dia hanya sempat ditarik tangannya saja dan lolos hanya dengan disuruh minum satu gelas.
Iya, untung.
Kalau Isagi mau menulis keuntungan yang pernah dia dapat selama ini, mungkin dia hanya akan menulis kalau dia mendapat teman-teman yang baik.
"Hah..." dia menghela napas dan membaringkan diri di atas rerumputan.
"Apa nggak bisa hidup ini lebih lancar dengan berbagai keberuntungan lainnya?"
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Four-Leaf Clover [KAISAGI]
Fiksi PenggemarMulai dari dibuang oleh orang tuanya sendiri, harus hidup mandiri di usia yang masih muda, lalu akhirnya dikhianati oleh pacar yang sangat dia percayai. Yoichi tidak pernah menganggap hidupnya pernah beruntung sekali pun, dia hanya mengalami kesiala...