"Mama akan menikah lagi"
"Ma" Anne menatap tak percaya pada ibunya sendiri.
"Mama capek, An. Mama mau kembali membuka lembaran baru. Mama capek dengan semua stigma negatif orang-orang tentang mama. Mama capek di pandang sebelah mata karna status janda" Jihan menatap putrinya dengan penuh luka dan kerapuan.
Dirinya sudah lelah hidup sendiri selama ini. Jihan ingin membuka lembaran baru. Membuat keluarganya utuh adalah impian Jihan. Namun ia lupa, putrinya tak pernah berharap memiliki keluarga utuh lagi. Putrinya tak berharap memiliki ayah lagi.
"Terserah" Hanya kata itu yang bisa Anne ucapkan untuk mamanya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Tak terasa sudah satu bulan. Anne dan Jihan hidup seperti orang asing. Mereka satu rumah, sering bertatap muka namun tak ada komunikasi sama sekali. Keduanya berada dijalan buntu.
Tak jarang, Jihan melihat putrinya dengan mata sembab bahkan melihat putrinya menangis diam-diam dikamarnya. Jujur saja hatinya hancur melihat anak satu-satunya seperti itu.Tok tok tok
Ketuk Jihan membuka perlahan pintu kamar putrinya.
"Mama masuk ya nak" ijin Jihan melihat putrinya duduk termenung di atas tempat tidurnya.
Duduk disamping putrinya mengelus surai panjang Anne dengan sayang.
"Kamu ada masalah?" tanya Jihan pelan, Anne hanya mengelengkan kepalanya. Meski Anne hanya diam, namun jihan tau putrinya itu sedang menahan tangisnya.
"Cerita sama mama sayang, kalau kamu nggak cerita mama nggak tau"
"Kenapa? Kamu marah mama menikah lagi?" tanya Jihan yang hanya mendapat gelengan dari Anne
"Lalu kenapa? Bilang sama mama sayang. Mama nggak tau kalau kamu nggak bilang apa-apa"
"Aku" Anne perlahan menatap mamanya dengan rapuh dan begitu ketakutan.
"Aku merasa ada yang salah dengan diriku" Air mata Anne menetes dengan sendirinya.
"Mama aku takut"
"Aku takut menyakiti diriku sendiri lagi" katanya membuka lengan bajunya. Menunjukkan luka yang masih basah dengan darah."YA TUHAN ANNE" Detik itu hidup Jihan terasa runtuh. Apa yang terjadi dengan anaknya? Mengapa anaknya sampai seperti ini?
"Anne ini dosa"
"Kenapa kamu lakuin ini,nak? Ingat tuhan, nak" tangis Jihan pecah saat itu"Kenapa sayang? Kamu marah sama mama? Mana imanmu nak? Kenapa jadi seperti ini?" cecarnya dengan menangis tersedu-seduh
Anne hanya diam sembari menangis, tak memperdulikan tangannya yang mulai terasa perih lagi. Dirinya juga tidak tau mengapa sampai seperti ini. Anne hanya merasa melukai dirinya sedikit mengalihkan hatinya yang sangat sakit.
"Anne kenapa, nak? Kenapa jadi seperti ini?" isak tangis keduanya memenuhi ruangan.
"Bicara, nak sama mama. Mama nggak tau kalau kamu diam saja seperti ini" isat Jihan memeluk putrinya dengan erat.
"Jangan seperti ini mama takut"
"Ma" panggil Anne pelan
"Anne ngerasa sendirian, Anne nggak punya siapa-siapa""kamu masih punya mama nak, ini mama. Kamu nggak sendirian" bantah Jihan mendengar pengakuan anaknya.
"Ayah pergi, mama juga pergi. Anne sendirian tanpa siapapun. Hati Anne sakit" isatnya menatap sang mama dengan mata yang hancur.
"Maaf nak, ini salah mama. Kamu nggak sendirian. Kamu masih punya mama"
"Lihat mama nak, lihat mama. Ingat dulu mama yang susah waktu kamu sakit, mama yang pontang-panting untuk biaya operasi kamu. Lihat mama, sayang""Kamu pinter, kamu udah dewasa, kamu udah bisa menentukan pilihan kamu sendiri, harusnya kamu tau ini nggak baik. Kenapa jadi seperti ini" katanya mengelus luka dilengan Anne dengan pelan
"Kamu nggak sendirian, kamu punya mama. Kamu harus ingat itu"
"Kamu nggak sendirian, sayang. Kamu punya mama. Ini mama kamu" kata Jihan melihat putrinya yang hanya menangis terisak."Anne lihat mama" pintanya mengangkat dagu Anne untuk melihatnya
"Lihat ini mama, kamu nggak sendirian"
"Jangn nangis"
"Kamu harus kuat. Mama aja kuat, masak kamu yang baru dikasih cobaan segini saja sudah tumbang. Mama bisa, kamu juga harus bisa" tegas Jihan mengabaikan air matanya yang terus luruh."Mama keluar dulu, mau ambil kotak p3k. Kamu tunggu disini" Anne hanya mengangguk.
"Jangan nangis, An" kata Jihan mengecup dahi Anne lama lalu meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengulang Waktu
FantasyAnne tidak tau berapa banyak luka dan trauma yang dialaminya. Ayahnya merengang nyawa dihadapannya, Ibunya memilih pergi dengan pria lain, Dilecehkan disekolahnya, Dan dibuang begitu saja oleh orang yang dicintainya. Anne menyerah, Anne kalah denga...