Rumah

549 45 16
                                    

Sebenarnya apa rumah itu?

Sekedar tempat berteduh dari panas dan hujan, kah?

Atau tempat teraman untuk berlindung dari apapun?

Atau juga tempat untuk pulang?

Atau apa pun itu?

Sebenarnya apa definisi rumah yang sebenarnya?

Rumah untuk Anne adalah hal yang menenangkan sekaligus menakutkan. Disini Anne membuat banyak kenangan tak terlupakan.
Setiap langkahnya dilantai rumah ini, membawa banyak jejak.
Setiap sentuhannya ditembok rumah ini, mengukir banyak memori.
Melegakan sekaligus menyesakkan.

Ditempat ini Ayahnya tewas didepan matanya sendiri,
Ditempat ini Mamanya menorehkan luka teramat dalam di hati Anne,
Ditempat ini tawa dan tangis putus asa Anne selalu terdengar.

"Udah pulang?" Sapa Jihan melihat putrinya hanya diam mematung menatap rumah mereka.
"Kenapa nggak masuk? Pintunya nggak mama kunci kok" membuka pintu rumah.

"Ayo masuk" ajaknya mengandeng tangan putri tunggalnya untuk masuk kedalam rumah.

Anne hanya diam tanpa ekspresi mengikuti sang mama. Pikirannya berkelana entah kemana.

Jika tadi pagi Anne tidak terlalu memperhatikan kondisi mamanya. Kini dirinya bisa dengan jelas mengamati mamanya.
Jihan memang tidak banyak berubah bahkan bertahun-tahun ke depan dirinya akan tetap cantik dan awet muda.

"Penjaga makam tadi telpon mama, katanya kamu habis dari sana" tanya Jihan
"Kenapa sayang? Ada yang kamu pikirkan?" Ia bingung dengan perubahan putrinya yang terasa seperti orang asing.

"An capek, An ke kamar dulu" pamitnya tanpa menjawab pertanyaan Jihan.

Jihan hanya menghela nafas panjang melihat putri kesayangannya itu.

"Kamu kenapa sayang" lirihnya.

_________________
Di kamar,

Anne merebahkan dirinya di tempat tidur tanpa melepas seragam miliknya.

"Mama menyesal sudah melahirkan dan membesarkan kamu"

"Ingat apa yang sudah mama berikan untuk kamu?"

"Mama yang sekolahin kamu susah payah, sekarang saat kamu udah pinter berani melawan mama"

"Tanpa mama, kamu bukan siapa-siapa"

Kilasan-kilasan ingat masa lalu membayangi Anne.

"Hah" tersenyum miris
"Aku bahkan ingin memilih tidak dilahirkan sama sekali"

Tes
Tes
Tes

Air mata lagi-lagi meluncur begitu saja dari mata indah Anne. Perasaan menyesakkan menghimpit dadanya.

"Mengapa begitu sakit" dengan memukul-mukul dadanya keras. Membenamkan wajahnya ke dalam bantal guna meredam isak tangisnya yang kian keras.

Anne lemah. Yah, Anne memang lemah jika menyangkut masalah keluarga. Anne bahkan tidak menangis saat pacarnya berselingkuh dengan Kayla. Namun, kali ini dirinya menangis begitu keras.

Mengasihi dirinya yang begitu buruk dan menyedihkan.

Setelah menangis begitu lama hingga matanya bengkak.

Anne berdiri mengusap sisa bekas air mata di pipinya.
Duduk di depan meja rias, menatap matanya yang jelek dengan hidung memerah.

"It's okay Anne"
"Kamu pasti bisa"
"Tuhan kasih kamu kesempatan sekali lagi itu artinya tuhan sayang sama kamu"
"Ayo gapapa, ayo bangkit lagi"
"Bukan demi mereka, bukan untuk orang lain. Tapi demi diri kamu sendiri"
"Lakukan yang dulu nggak pernah kamu lakukan"

"Bahkan jika perlu ayo lawan mereka yang menentang mimpi dulu"
"Jangan pedulikan mereka yang menyakitimu, lakukan semuanya demi dirimu sendiri"
"Kamu pasti bisa, aku percaya"

"Ayo lewati ini bareng-bareng " kata Anne meyakinkan dirinya sendiri melalui cermin.

"Ayo belajar pelan-pelan bersama"
"Semua akan baik-baik aja"
"Kamu harus percaya itu" tersenyum manis menatap dirinya dengan mata berkaca-kaca.

______________________________
Next???
Bosen nggak sih ceritanya???
Boring kah??

Mengulang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang