Menikah lagi?

333 26 4
                                    

"Mba"

"Hm" sahut Jihan menoleh kearah adiknya

"Aku mau tanya" Irna memasang wajah serius

"Tanya apa?"

"Seandainya, ini seandainya loh yah"
"Umpamanya" terang Irna dengan jelas terlihat sedikit tidak nyaman

"Iya??"

"Aku cuma mau bilang seandainya" ulangnya lagi

"Iya adikku,, ngomong aja yang jelas jangan berputar-putar"
"Kepalaku sudah pusing memikirkan anak perempuan ku, jangan kamu tambahin lagi" keluh Jihan memijit pangkal hidungnya.

Irna tertawa pelan melihat ketidak berdayaan kakaknya melawan anak perempuan kesayangan itu

"Jadi ngomong nggak nih?" Ketus Jihan

"Iya mba, ini mau ngomong"

"Seandainya ada laki-laki yang ingin mengajak mba untuk menikah lagi? Bagaimana?" Kata Irna dengan serius

"Kenapa kamu mikir sampai kesitu?" Heran Jihan

"Aku cuma mau tanya aja" cuek Irna

"Orang pasti akan datang dan pergi, mba"
"Dan pasti ada salah satu orang yang membuat mba ingin kembali membina rumah tangga"
"Aku sudah menikah, dan aku tau rasanya berat jadi single parent. Selain karna faktor ekonomi, mental juga pasti capek"

"Mba pasti butuh orang buat tempat berkeluh kesah"
"Itu wajar, gapapa"
"Cuma bagaimana dengan Anne?" Tanya Jihan sangat khawatir dengan keponakannya itu.

Keponakannya itu sulit menerima orang baru dalam hidupnya. Mungkin kelihatannya Anne biasa saja tapi dalam hatinya An pasti sangat tidak nyaman dengan kehadiran orang asing.

"Anne yahh.." desah Jihan lelah
"Kamu tau memang berat rasanya jadi orang tua tunggal. Membesarkan anak sendiri nggak mudah, apalagi banyak stigma miring mengenai janda"

"Jujur aja ini berat, Na. Bahkan setelah bertahun-tahun ini masih tetap berat buat aku"
"Tapi Anne adalah prioritas mba. Satu-satunya alasan mba tetep hidup sampai sekarang cuma karna Anne"

Mengenang kembali saat Anne hadir di kehidupan nya.
Awalnya Jihan tidak senang dengan kehamilannya. Walaupun bukan hamil diluar nikah. Tapi saat itu dirinya masih remaja. Menikah diusia yang begitu mudah sebelum ia bisa mengontrol egonya dengan baik sangatlah berat.

Pernah terbesit untuk mengugurkan bayinya saat itu. Bahkan beberapa kali dirinya melakukannya dibelakang sang suami namun bayinya masih bertahan dengan kuat. Bahkan lahir dengan sehat.

Saat itu ia mencoba menerima kehadiran bayinya. Membesarnya dengan sepenuh cinta meskipun dirinya masih sangat minim pengetahuan membesarkan anak.

Saat sang suami meninggal dunia. Dunia Jihan hancur, ada penyesalan yang sangat besar untuk suaminya. Melihat anaknya yang saat itu terpuruk dan trauma, Jihan ingin menebus segala kesalahannya pada sang suami melalui Anne, putrinya.

"Mba masih belum berpikir ingin menikah"
"Mba justru ingin mendampingi Anne sampai Anne bisa berdiri dikakinya sendiri. Anne saja sudah cukup untuk mba" jelas Jihan tersenyum manis kearah adiknya.

"Mba tenang aja, aku pasti akan berusaha untuk buat Anne kembali seperti dulu lagi" terangnya menenangkan Jihan.

"Makasih ya, Na"
"Mba bersyukur punya adik kayak kamu"
"Mba titip Anne jika suatu saat ada hal buruk menimpa mba. Anne nggak punya siapa-siapa lagi" lirih Jihan meneteskan air mata jika membayangkan putrinya hidup sendiri di dunia yang kejam ini

"Mba ini ngomong apa sih" keluh Irna cemberut
"Nggak usah mikir yang aneh-aneh"
"Anne udah kayak anak aku sendiri. Tentu aja aku pasti akan jaga keponakan ku itu"
"Mba bisa percaya aku" tulusnya

"Sekali lagi makasih, Na"

----------------------------------------------
Next?

Mengulang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang