13

52 25 16
                                    

Albi ya albiiiii
Trikni ya albiii.........



Happy reading.....

*
*
*
*


---o0o---


Pagi yang sejuk, april merasakan energi positif yang besar di awal hari. Usai sahur tadi ia tidak kembali tidur, justru ia melakukan ritual pagi yang tak biasa ia lakukan. April sudah selesai mengaitkan dua tali sepatunya, ini saatnya ia menyambut dunia dengan senyuman manis. April memutar bola matanya malas melihat rafi yang juga baru keluar dari rumah. Dengan langkah yang tidak terburu buru april menyusul rafi dari belakang.

April menatap heran, lelaki yang berada di depannya ini kadang terlihat aneh. Kadang ia belagak sok kenal dengan april namun justru kadang sebaliknya.

Drrttt.... drrtt....

April merogoh sakunya, pikirnya ponsel miliknya yang berbunyi.

"Iya wa'alaikumussalam bi, ada apa bi?"

Bi?? Udah punya cewek kah dia, batin april mengernyit keheranan.

"Oo gitu yaudah bi, assalamu'alaikum" lanjut rafi.

April diam sejenak, mulutnya ingin mengeluarkan suara namun tertahankan. Ia menggeleng mencoba berpikir untuk kedua kalinya.

"Hmm, bi? Bi? Oooo abi, kamu nelfon abi kamu yaa" gumamnya bersuara keras di penguhung kalimat.

Rafi menoleh ke belakang, ia benar benar tidak sadar jika ada seseorang di belakangnya. Otaknya dari tadi berpikir keras mengingat hafalan hingga lupa dengan keadaan sekitar.

"April? Iya abi aku tadi kenapa yaa kok kamu nanya?" Tanya rafi.

"Nggak ada kirain baby" balas april tersenyum.

"Hah" smirk rafi.

Langkah april terhenti, ia terpaku dalam lamunan saat melihat banyak anak kecil berada di gendongan ayahnya hendak menyebrang jalan.

Suasana hati yang ceria tergantikan awan mendung nan kelabu, hatinya merasakan sedih tiba tiba.

"Gimana sih rasanya punya ayah, huft" gumamnya pelan.

Rafi mendengarnya dan langsung menoleh kebelakan, ia turut berhenti. Memandangi apa yang april pandang.

"Kenapa emangnya?" Tanya rafi pelan takut april tersinggung.

"Hmm? Oh ga ada" april tersadar dari lamunan sontak tersenyum lebar, menghembuskan napas panjang. Ia enggan menjawab pertanyaan rafi.

Mereka sudah berada pada pemisah arah. Sebelum berpisah rafi menghentikan langkahnya dan menyuruh april berhenti juga.

"Sabar ya ini semua ujian" tutur rafi lalu kembali berjalan.

Kalau lo cewek udah gue peluk lo huaa sedihh, batin april menatap kelat punngung abda dari kejauhan. Matanya berkaca kaca menahan tangis

Senja dengan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang