16

34 11 15
                                    




Seluruh murid SMA MULTI JAYA sudah siap untuk menghadiri undangan pekan olahraga yang berlangsung di lapangan umum. Semuanya sudah lengkap berpakaian olahraga dan tidak lupa membawa balon tepuk bagi supporter. Riuh pikuk di lapangan sekolah terdengar meriah menunggu bus datang menjemput.

Sementara di pojok sana tengah khawatir menunggu satu anggota mereka yang belum juga menampakkan diri.

"Duh man... april mana yaa" tanya naya khawatir. Manda menggeleng matanya mencari cari april, mungkin saja anak itu berkeliaran sebelum pergi.

Tidak ada tanda tanda april sudah datang. Ponselnya pun juga tidak aktif. Manda dan naya hanya pasrah menunggu. Mereka lebih panik lagi ketika deretan bus memasuki lapangan sekolah mereka.

Satu persatu bus diisi sesuai kelasnya masing masing dan akan pergi setelah bus tersebut sudah memenuhi kapasitas.

April yang baru saja menginjakkan kaki di depan gerbang langsung tersenyum bahagia melihat suasana sekolah yang berbeda dari biasanya. Ia melihat satu persatu badan bus yang mulai berangkat. Saking senangnya ia jadi lupa jika ia juga bagian dari mereka.

"Huaaa gue ditinggal bege" tuturnya berlari lari masuk ke lapangan. Matanya mencari cari tim basketnya berada.

"Apriiillll....." teriak manda membuat april menoleh ke sumber suara. April melanjutkan senyumnya dan berlari santai menyusul mereka.

Beruntung april datang tepat waktu kalau tidak mungkin ia sudah naik ojol ke lapangan umum. April duduk tepat di samping jendela, ia menatap bangku kosong di sebelahnya. Sementara naya dan manda berada jauh di depannya.

"Pril gue di samping lo yaa" tutur sandi sudah menaruh tasnya sebelum izin. Apa boleh buat, april hanya mengiyakan.

Setelah bus terisi penuh, perlahan bus tersebut menggerakkan keempat rodanya. April sangat suka dengan kebersamaan seperti ini.

Seisi bus sudah bersenandung ria dipandu oleh ketua kelas mereka yang super heboh dan kocak. Ada saja aksi lucu yang mereka lakukan menggelitik perut april, hingga ia tertawa sampai terbahak bahak. Saking lucunya satu tangan april tanpa sadar memukul lengan sandi yang berada di sampingnya.

Sandi bergidik ngeri melihat april tertawa begitu histeris.

"Haduhh sakit banget perut gue san, ngakak bener tuh paketu" tutur april menghela napas.

April menoleh ke jalanan yang masih dibalut dengan udara segarnya pagi. Ia menghirup udara beberapa kali mengeluarkan sedikit kepalanya. Senyuman lebar spontan tergambar di wajah imutnya.

Sudut bibirnya perlahan menurun, matanya membulat dan mulutnya terbuka sedikit setelah melihat rafi yang juga berada di lapangan tersebut. Tanpa ia sadari bus yang ia tumpangi sudah menghabiskan tukas rem, hingga rodanya tidak bergerak lagi.

April menutupi wajahnya ketika rafi mulai menoleh ke arahnya. Ia cepat cepat turun dari sana hingga tak sengaja menginjak kaki sandi yang berbalut sepatu futsal.

Sandi merintih kesakitan, ia hanya bisa menatap april yang tersesak meraih pintu bus, bahkan april pun juga tidak sempat meminta maaf saking paniknya melihat rafi.

"Untung lo cewek ya pril" gumam sandi kesal mengusap ujung sepatunya yang sedikit kotor.

"Wehh permisii gue dulu yang keluar, mabok gue... minggir" teriaknya berkacak pinggang, karena ucapannya mereka sedikit menepi dan memberi april jalan. Pasalnya ia bukan mabok sebab menaiki bus tetapi karena jantungnya yang sudah berdenyut melebihi batas hingga terasa mual di kerongkongan.

"Nay itu april kenapa dah kok tumben mabok gitu?" Heran manda menatap april dari kejauhan.

"Hmm gak tau man, apa mungkin dia belum makan kali, haduhh untung gue bawa roti ya" balas naya mengunyah pipihan roti cokelat.

Senja dengan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang