01

1.2K 54 4
                                    

"Rieta kamu adalah satu-satunya teman yang berarti bagiku!"begitulah kalimat yang dia ucapkan sambil tersenyum dan menggenggam tanganku.

Seharusnya aku tidak mempercayai senyum palsu dan kata-kata itu.

Tapi sayangnya saat itu aku terlalu lugu dan sangat menginginkan akan kehangatan yang baru saja ku dapatkan setelah 18 tahun berlalu.

Kehangatan yang bagaikan sebuah racun yang perlahan-lahan membunuhku tanpa aku sadari.

Aku pun mengiyakannya lalu menyambut genggaman tangan nya.

Kebahagiaan yang tak terlukiskan itu menjadi memori yang sangat indah dalam hidupku.

Selama ini keluargaku selalu mengabaikanku dan hanya fokus pada kakak yang merupakan penerus keluarga dan adik perempuanku satu- satunya.

Setelah kedatangan Firentia,rumor buruk tentangku mulai berdatangan,para bangsawan mulai menjauhiku, reputasiku memburuk di dunia sosial dan keluargaku meninggalkanku sendirian di tengah semua itu.

Hanya suamiku Issac ergy Claudian yang merupakan pangeran pertama Kekaisaran Cesia,Sir Feldeym Lanker yang merupakan kesatria pribadi kami dan Mielle satu-satunya pelayan sejak aku masih menjadi seorang putri duke yang masih tetap bersamaku bahkan setelah kejadian itu.

Sejujurnya aku menyesal karena telah menyeret Issac dalam hal ini yang membuatnya terhambat dalam suksesi tahta kekaisaran melawan Padahal akan lebih mudah baginya untuk menceraikanku dan kembali merebut tahta itu

Tapi...

Dia tidak melakukannya dia tetap disampingku sembari melindungiku dari semua ini.

Aku tau tak ada alasan yang mengharuskannya melakukan itu disisi lain aku merasa tak pantas berada di sampingnya.

Setiap malam di ruang baca istananya  aku melihat Issac duduk di sofa dekat jendela yang menghadap langsung dengan istana kaisar,mata birunya yang memandang kesana terlihat bersinar penuh harapan dan pikirannya melayang sangat jauh.

Dia melihat pemandangan itu lama sekali.

Bisa dibilang ini untuk yang kesekian kalinya.

Aku menyalakan sebatang lilin dan menaruhnya di didekat meja disamping sofa tempat ia duduk lalu memegang kedua tangannya dengan lembut sambil berlutut dihadapannya.

"Aku tahu...aku tak pantas mengatakan ini tapi aku tak punya pilihan."

Aku menengadah kepala ku dan melihat dirinya dengan ekspresi muram sambil tersenyum pahit.

Aku tak kuasa melihat pemandangan itu lalu menundukkan kepalaku.

"Kenapa kamu melakukan itu?" bisikku.

Issac mendekatkan kepalanya ke arah ke arahku.

"Aku rasa kau tak perlu berpikir begitu."

Aku kaget dan langsung menatap wajahnya.

"Apa maksudmu, kalau aku tidak ada kamu pasti tidak perlu mengalami nasib seperti ini, aku telah menyeretmu ke dalam hal ini!!!

Aku telah membawa kemalangan ke dalam hidupmu, menghancurkan reputasi, impian dan hidupmu!!!

Aku....kalau bukan karena aku pasti kau sudah menjadi...Ah!!."

Aku tersentak merasa tak berdaya dan penyesalan itu bercampur aduk didalam diriku saat ini.

Air mataku perlahan menetes dari kedua ujung kelopak mataku,aku pun menggenggam kedua tangannya dengan erat.

"Maafkan aku Issac"ucapku pelan.

The Real Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang