22

250 19 0
                                    

Pria muda tersebut menerjang masuk ke dalam kamar Rieta dengan kekuatan penuh, pintu terbuka lebar dan menghantam dinding dengan suara keras.

Wajahnya merah padam, mata berkilat dengan emosi yang kuat dan tak terbendung.

Beberapa pelayan berusaha keras menghalanginya, namun sia-sia.

Mereka terpental ke samping oleh kekuatan dan determinasi pria tersebut.

Wajah mereka penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan, mereka berusaha keras untuk memahami apa yang sedang terjadi.

Aku berdiri di tengah kamar, terkejut dan terdiam.

Dia tampak seperti patung, matanya membulat dan mulutnya terbuka lebar.

Wajahnya dipenuhi dengan rasa heran kontras dengan rambut pirang yang terurai di bahunya.

Mielle seorang wanita muda dengan rambut yang diikat rapi, berdiri di sampingnya, tampak sama terkejutnya.

Dia memegang roknya erat-erat, matanya berpindah-pindah antara kakak dan adik tersebut, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

Suasana di kamar tersebut tegang dan penuh dengan emosi.

Semua orang tampak terkejut dan bingung, tidak yakin apa yang harus dilakukan atau bagaimana harus bereaksi.

'Orang itu... Asterope Ken Of Versace sang calon penerus yang sah keluarga duke Versace sekaligus kakak laki-lakiku.

Meskipun kemampuannya untuk menjadi seorang penerus keluarga duke terbilang cukup baik namun dia masih belum bisa mengontrol secara penuh tempramennya hingga sekarang.

Aku dengar dia sangat sibuk saat ini dikarenakan adanya pendidikan yang ia terima sebagai calon penerus keluarga duke Versace.

Tapi apa yang orang itu lakukan disini sekarang?'

Aku menghela nafas pelan lalu menyuruh Mielle untuk segera menyiapkan teh untuk kami

Setelah ia pergi, aku mempersilahkan Asterope untuk duduk disalah satu kursi.

Dia masih saja mengerutkan alis dan menekuk wajahnya dihadapanku.

Sebelum akhirnya dia memutuskan untuk duduk di kursi yang berseberangan denganku.

Setelah dia menjadi sedikit tenang di kursinya.

Rieta mengangkat tangannya dengan lembut, memberikan isyarat pada para pelayan yang tampak gugup dan bingung.

Gerakan tangannya halus namun tegas, seolah mengatakan bahwa dia bisa menangani situasi ini.

Para pelayan tampak ragu-ragu, wajah mereka sedikit memudar.

Mereka mundur beberapa langkah dan kembali ke posisi mereka masing-masing dengan tujuan memberikan ruang untuk wanita tersebutl berbicara.

Meski situasinya tegang, dia tampak tenang dan terkendali, kontras dengan ekspresi tegas di wajahnya.

Matanya yang berwarna biru menatap kakak laki-lakinya, penuh dengan ketegasan dan keberanian.

Dia tampak siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya, menunjukkan kekuatan dan keteguhan hatinya.

Meskipun demikian Asterope tetap menutup rapat mulutnya tanpa berbicara sepatah kata pun dan itu membuatku berpikir tentang segala macam kemungkinan alasan kedatangan kemari.

Suasana menjadi hening didalam ruangan tersebut sebelum akhirnya suara ketukan pintu memecahkan keheningan disana.

Pelayan pribadinya, Mielle seorang wanita muda dengan rambut yang diikat rapi, memasuki kamar dengan hati-hati.

The Real Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang