Bab 11 ( masalah kecil )

2.7K 174 66
                                    

🔪


Di suasana pagi yang cerah, sinar matahari sudah memenuhi ruang kamar sempit itu. Seorang gadis bercemin dan menyisir rambutnya setelah memakai seragam sekolah. Ia tersenyum ceria melihat wajahnya sendiri di cermin itu.Kini ia sudah siap dan segera sarapan dengan sang ibu.


Saat makan ia dan ibunya memang selalu duduk di ruang tamu karna tidak memiliki ruang makan di denah rumah kecilnya itu.

Jika kalian berfikir mengapa tidak didapur saja? dapur nya sangatlah kotor dan tidak ada meja makan. Ia tidak menggunakan keramik, namun masih dengan tanah rata biasa. Namun dengan rumah kecil yang sederhana, dapat mereka syukuri selama masih berjuang bersama-sama.

"Ibu.. aku sudah siapp!" teriaknya. Desvia berlari menyusul ibunya diruang tamu.

"Sini nak sarapan, Uhuk! ini masih hangat." ucap sang ibu ketika melihat anak perempuannya menghampiri.

"Ibu? kenapa ibu keliatan makin pucat? batuk ibu semakin parah ya?" tanya Desvia. Ia menggosok lengan ibunya lembut.

"Ibu cuma kelelahan saja nak. Jangan khawatir" ibunya mengambil semua nasi ke piring putrinya "Ayo dimakan."

"Ibu juga makan" pinta Desvia.

Pasalnya, sang ibu menaruh semua nasinya dipiringnya saja. Bagaimana mungkin ia sarapan sendiri. Apalagi sang ibu sedang sakit.

"Buat kamu aja nak.." tolak sang ibu.

Desvia tetap kekeh pada keputusannya. Ia mengambil satu piring piring lagi. Membagi nasi yang ada dipiringnya ke piring baru.

"Nah, begini kan adil." Desvia tersenyum lebar " Kalau aku makan, ibu juga harus makan."

Sang ibu hanya menurut. Begitulah Desvia. Ia memang sabar, tapi sedikit keras kepala. Dan kini mereka pun sama-sama menikmati sarapan paginya sampai waktu menunjukkan pukul 06.40.

"Ibu aku sudah selesai. Ibu istirahat yuk, nanti biar aku yang cucikan. Tolong dengar yang Desvia bilang. Ini demi kebaikan ibu.."

Sang ibu hanya mengangguk. Memang sebenarnya ibunya ini sudah tua dan masih sakit, sehingga tak mampu lagi untuk berdiri terlalu lama.

Desvia segera menuntun ibunya kekamar untuk beristirahat. Dilanjutkan dirinya mencuci piring. Setelah selesai ia mencuci piring, Desvia segera mengambil tas dan berangkat sekolah.

Namun, saat ia membuka pintu, seorang laki-laki tinggi sudah berdiri di depan pintu seraya bersedekap dada. Gadis itu sempat terlonjak kaget melompat kebelakang. Siapa? siapa lagi kalau bukan kakak kelas kejam itu.

"Uh! untung aja." ucap Desvia sambil mengelus dada.

"Kenapa kamu kesini kak? sebentar lagi aku mau kesekolah. Jadi kak Rakha berangkat sendiri dulu ya"

Hendak menutup pintu, Rakha dengan cepat menahannya dengan satu tangan. Ia membuka kasar pintu tersebut lebar-lebar dengan sekali sentakan.

Bahkan sorot wajahnya mulai terlihat lebih tajam seperti saat kemarin Rakha menyiksanya. Desvia bisa menebak Rakha sedang tersulut emosi.

" Berani lo ngusir gue?! justru disini gue mau anterin lo sekolah Desvia."

"Tapi, eum.. aku mau berangkat sendiri aja kak. Ini masih terlalu pagi juga. Jadi aku berangkatnya nanti aja kak."

Perfection Psychopath [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang