"Ele ...."
Ele menegang ketika nada bicara Brianna berubah, tak seperti biasanya yang lembut dan ramah. Namun, Ele berusaha tetap tersenyum manis menanggapi majikannya. "Ya, Nona," sahut wanita itu sembari sibuk menyuapi Brianna.
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu."
Ele sudah menduga pasti Brianna curiga saat dirinya dan Alston kompak muncul dalam waktu bersamaan.
"Silakan, Nona."
Brianna memainkan jemarinya dengan gugup. Ia berusaha menyusun kata-kata yang tepat agar tak menyinggung perasaan siapa pun. "Kemarin ... kenapa kamu tiba-tiba menghilang?"
Ele kehilangan kata-kata. Ele ingin sekali mengatakan hal yang sebenarnya terjadi, tetapi Alston melarangnya
"Sampai detik ini pun, kamu seperti tak berniat menjelaskan apa pun padaku. Bukankah sebagai majikan, aku berhak tahu?" Brianna tersenyum lembut.
Ele menunduk tak enak. "Saya benar-benar minta maaf, Nona, karena sudah libur tanpa izin karena akan saya tiba-tiba sakit."
"Anakmu sakit? Maksudnya?" Mata Brianna membulat sempurna. "Berarti kamu sudah menikah?" serunya syok. Brianna sangat bodoh karena tak berhasil menebak status Ele. Penampil dan kecantikan Ele membuatnya gagal. Dia pikir perawatnya masih gadis atau minimal sedang menjalani hubungan spesial.
Namun, ternyata telah beranak satu.
Ele mengangguk sopan. "Benar, Nona. Saya telah menikah dan memiliki anak satu berumur satu tahun."
"Lalu bagaimana dengan keadaan anakmu? Apakah dia baik-baik saja, kan? Sudah dibawa ke rumah sakit?"
"Sudah, Nona. Dokter mengatakan anakku telah baik-baik saja. Karena itulah, kemarin saya pergi tanpa izin. Maafkan saya, saya benar-benar sudah lancang karena saat itu saya tak bisa berpikir jernih lagi," jelas Ele menyesal.
"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Aku berharap semoga anakmu cepat sembuh."
"Terima kasih."
Maafkan saya, Nona, karena saya tak bisa mengatakan hal sebenarnya, batin Ele sedih.
Perkataan Alston tadi kembali terlintas di benak wanita itu.
"Apa yang kamu lakukan di sini?! Lancang sekali kamu bisa masuk ke kamarku?" pekik Alston kaget ketika baru membuka mata.
"I-ini kamar saya, Tuan."
"Apa?! Kamarmu?!" Sontak Pria itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Ternyata benar. Alston bukan sedang berada di kamarnya.
"Bagaimana bisa aku berada di kamarmu?" Alston berusaha tenang.
Bagaimana bisa dia lupa pada kejadian kemarin? batin Ele heran. "Kemarin malam Tuan mengalami pendarahan akibat tertembak, karena itu saya membawa Tuan ke rumah saya."
Alston memegangi kepalanya yang berdenyut sakit sehingga pandangannya seakan berputar-putar.
"Tuan baik-baik saja?"
"Ya. Aku tak .... ya ampun!" seru Alston teringat sesuatu. "Kemarin kamu beli obat, kan? Mana obat yang kamu beli itu?! Aku harus memberikan dia obat!"
"S-saya belum membelinya, Tuan. Karena saya langsung dicegat oleh pria-pria itu," jelas Ele gemetar ketakutan. Lagi-lagi, dia melakukan kesalahan fatal.
"Sial!"
Alston bergegas menuruni kasur dan pergi ke luar. Meski kepalanya sangat berat, Alston tetap nekat memaksakan diri untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reckless
Ficción históricaElleanor selalu tahu nasibnya kurang beruntung dalam hal cinta. Setelah kehilangan suami di medan perang dan meninggalkan satu anak perempuan, nasib Elle tidak ubahnya seperti buruh miskin. Sampai pada satu saat, hidupnya berubah ketika menjadi pera...