Bab 19: Tentang Ruby

26 22 1
                                    

Saphire menyahut, "Ah, Ruby. Perkenalkan dia Layla, adikku. Layla, perkenalkan dia Ruby, temanku." Ruby tersenyum miris mendengarnya. Jadi, Saphire selama ini hanya menganggap ia sebagai temannya.

Ugh, rasa sakitnya menusuk hati.

"Owalah... kirain sapa toh. Tapi... kenapa dia disini?" tanya Layla penasaran.

Layla Aquamarine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Layla Aquamarine

Dengan polosnya Saphire menjawab, "Soalnya aku kemarin sakit. Ruby akhirnya memutuskan menginap di sini dan menjagaku."

Layla menatap cengo ke arah Saphire."Ngapain kau susah-susah buat jaga kakak yang lagi sakit?"

Ruby hendak menjawab, tapi Saphire menyelanya. "Itulah gunanya teman. Kalau teman butuh bantuan, kita harus membantunya bu—aw!"

Tak biasanya Saphire bersikap menyebalkan seperti ini. Bahkan, saking kesalnya Ruby sampai menginjak kali Saphire kuat. "Dasar payah! Perkenalkan, namaku Ruby sebagai pacar Saphire."

"Kakak sudah punya pacar? Sumpah, ini  satu fakta dunia teraneh yang pernah kudapat. Kukira kakak tidak ingin memiliki pacar." Mata gadis itu berkaca-kaca. Sepertinya ia benar-benar terharu dengan pencapaian yang dilakukan kakaknya.

Ruby menatap datar ke arah dua bersaudara ini. Yang satu polos dan imut minta ampun, satunya lagi benar-benar berwatak bar-bar. Tidak ada mirip-miripnya sama sekali. Hubungan persaudaraan macam apa ini?

Layla kemudian menepuk-nepuk puncak kepala Saphire, "Yey... Kakak dah punya pacar. Layla bangga sama kakak."

"Benarkah?" tanya Saphire. Layla mengangguk mantap. Melihat keakraban Saphire dengan adiknya membuat Ruby menjadi agak iri. Ruby juga ingin menjadi akrab dengan Saphire.

Ruby selalu saja merasa kesepian. Ayah ibunya tidak bisa menemaninya di rumah. Ayahnya selalu bekerja lembur di kantor, sementara ibunya sudah meninggal beberapa tahun lalu karena sebuah kecelakaan. Hubungan Ruby dengan ayahnya sangat buruk. Ayahnya jarang sekali berkomunikasi dengan Ruby. Sekalinya berkomunikasi, tiap perkataan mereka hanya akan menjadi seperti perang dingin saja.

'Enak ya memiliki saudara yang sangat menyayangi kita,' pikir Ruby. Bagaimanapun, Ruby adalah anak tunggal di dalam keluarganya.

"Hei, Ruby. Kau ingin bermain game? Adikku suka sekali game. Mungkin kau bisa bermain bersamanya," ajak Saphire sembari tersenyum.

"Benarkah?" tanya Ruby dengan nada datar. Intinya wajah Ruby cukup imut ketika bertanya semacam ini.

"Ayo Kak, main bersamaku!"

"Ayo!"

"Emang mau main game apa?"

"Mobile legend!" sahut Layla bersemangat.

Eh? Mobile legend? Suasananya tiba-tiba menjadi aneh. Ruby tersenyum kuda. Semoga pikiran yang tiba-tiba muncul di otak Ruby salah.

"Kamu main pakai Hero apa?"

Ruby and Saphire [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang