Bab 11: English Camp

23 19 0
                                    

"Hei, mau pulang denganku?" tanya Ruby kepada Saphire. Saphire yang murung hanya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Apa karena kekalahanmu saat pertandingan basket kemarin?"

"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku kalah?"

"Kalau kalian menang, wajah para pemain klub basket pastinya jadi sumringah, kan? Di kelas, Joy hanya murung seharian. Jadi kupikir... Kalian tidak memenangkan pertandingan itu kemarin," jelas Ruby sambil tersenyum. Padahal yang menyebabkan tim basket Saphire kalah adalah Ruby sendiri. Saphire hanya mengangguk-anggukan kepala paham.

"Hei, Ruby. Menurutmu, apa tim kami ini memang lemah? Saat pertandingan, selesih poin diantara kedua tim benar-benar jauh. Bahkan ketua ekskul bilang kalau mereka tak lagi membutuhkanku. Mereka bilang kalau aku hanya bisa melakukan operan. Aku ini tak berguna. Melakukan yang lain saja tidak bisa," tanya Saphire.

Ruby mengukir senyumannya. "Kalian itu sebenarnya adalah tim yang kuat, kok! Shooter yang selalu diberkahi keberuntungan, penyerang yang hebat, kapten yang pandai menyusun strategi, Joy yang bisa meniru banyak gerakan, dan juga kau. Kaulah pengoper nomor satu di tim mereka."

Saphire agak bingung dengan penekanan kata 'mereka' yang diucapkan oleh Ruby. Gadis itu kan termasuk murid di sekolahnya. Bukankah harusnya gadis itu dengan bangga mengucapkan, 'Pengoper nomor satu di tim kita.'

Ruby memiringkan kepalanya, "ada apa?"

"Ah tidak."

"Kau betulan tidak mau pulang bersamaku?"

"Sepertinya tidak dulu, deh. Aku ingin mampir dulu."

"Baiklah, tapi aku ingin memberitahumu sesuatu. Di depan sana ada 5 orang yang benar-benar kau kenal. Mereka sudah la... ma sekali ingin bertemu denganmu. Semoga kau senang bertemu kembali dengan mereka," ujar Ruby dengan riang. Entah kenapa, anak lelaki itu langsung bergidik ngeri. Sepertinya ia tahu siapa saja yang dimaksud gadis itu.

Saphire segera bersembunyi di balik punggung Ruby. Anak itu kemudian mengintip kelima orang itu dari belakang punggung Ruby. Seperti anak kecil saja. Benar saja dugaan Saphire. Kelima anak itu adalah Panca Darma yang selalu senang merundung Saphire.

Saphire menelan ludah takut. Ruby tersenyum menyeringai. Jadi mau tak mau, ia harus pulang bersama gadis itu supaya selamat dari mereka semua. Bagi Ruby, semua orang adalah boneka yang harusnya bisa ia kendalikan semaunya.

"Baiklah, aku pulang denganmu saja."

"Oke! Dengan senang hati!"

*****

English camp. Tatapan Ruby menjadi menyeramkan. Baginya, kegiatan perkemahan itu sangat membosankan. Salah satu tujuan berkemah adalah untuk bersenang-senang, tapi kenapa Ruby tak bisa melakukan semua yang ia suka. Tidak bisa terus berbaring, bermain hp, maupun menonton acara tv kesukaan. Apalagi banyak orang yang mengganggu disini.

Oh ayolah... Minimal bisa bawa orang lain, kek. Kalau itu terjadi, gadis itu pasti akan membawa Saphire agar tak kesepian. Ruby adalah anak tunggal. Ia memang terkadang merasa kesepian tapi selama ada ponsel pintarnya, ia bisa bermain game. Benar-benar menyebalkan.

English camp diikuti oleh anak-anak yang mengikuti English clubs. Karena Ruby mengikutinya, maka ia wajib mengikuti kegiatan tersebut.

Ruby menghela napas berat. Apalagi ketika ia dikelompokkan oleh anak yang angkuhnya bukan main. Siapa lagi kalau bukan Bella. Bella pun tampak kesal bukan main karena yang menjadi pasangannya adalah orang yang telah mengalahkannya.

"Kenapa aku harus berpasangan denganmu?" gumam Bella dengan geram. Ruby hanya mengacuhkannya, tak berniat untuk membalas perkataan gadis itu.

"Kau berani mengacuhkanku?" Ruby memutar kedua bola matanya. Yang ia ingin lakukan adalah segera menyelesaikan membuat miniatur rumah menggunakan sedotan. Guru yang membuat tugas ini benar-benar tidak ada kerjaan.

Ruby and Saphire [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang