Bab 29: Acara kenaikan kelas

26 16 6
                                    

SMA Diamond adalah salah satu sekolah elit di kota. Mereka memiliki aturan yang berbeda dari sekolah lain yaitu hanya ada satu ujian di setiap tahun. Tepat di ujung-ujung kenaikan kelas. Sekolah mereka juga akan mengadakan pesta kenaikan tahun setiap tahunnya. Karena itulah SMA Diamond sangat terkenal. Bahkan sekolah itu pernah masuk televisi beberapa kali dalam setahun.

Setelah mengalami dua minggu yang berat, semua siswa akan menghilangkan stress sejenak dengan pesta kenaikan kelas kali ini. Lupakan rasa kecewa tuk sementara waktu. Hari ini adalah hari untuk menenangkan pikiran yang penat karena ujian berat itu.

Tiap angkatan akan mengadakan pertunjukan. Adapun pertunjukkan yang ditampilkan bebas. Boleh drama, menyanyi, dance, menari daerah, dan lain sebagainya. Tapi kebanyakan kelas memilih menyanyi. Karena hanya menumbalkan satu orang saja untuk menyanyi saja, sudah dianggap mewakili kelas. Orang yang ditunjuk tuk menyanyi pun hanya bisa pasrah melawan seluruh teman-teman yang menunjuknya. Satu lawan sedemikian orang.

Tak sedikit pula kelas yang menampilkan paduan suara. Beberapa kelas termasuk kelasnya Saphire dan Argo, menampilkan paduan suara yang harmonis. Bahkan ada satu kelas yang menampilkan 'Balonku Ada Lima' pada pilihan lagu paduan suara mereka. Jiwa ini sudah lelah dengan ide kreatif kalian.

Sementara itu, kelas Ruby dan Joy menampilkan drama. Drama mengenai Roro Jongrang yang dipermak sedemikian rupa. Ruby awalnya terpilih sebagai Putri Roro Jonggrang dan Joy sebagai Bandung Bondowoso. Merekalah pemeran utama drama ini. Namun, sudah beberapa hari Ruby belum masuk sekolah. Hingga akhirnya peran itu pun diganti. Arumi yang menjadi Roro Jonggrang, Januar yang menjadi Bandung Bondowoso, dan Joy sebagai ajudan Bandung Bondowoso.

"Kenapa aku harus dipasangin lagi ama Januar jelek?!" protes Arumi tak terima.

Januar pun tak kalah sebal. "Lagian siapa yang mau pasangan sama nenek lampir galak kek kamu?!"

Yah... tumbal kelas. Harus ada yang berkorban ya, kan?

Sementara itu, Joy merasa cemas dengan Ruby. Gadis itu... Seberapapun menyebalkannya gadis itu, Ruby tetaplah gadis yang dicintainya. Walaupun gadis itu telah menyukai seseorang, ia tetap mencintainya. Apapun yang terjadi.

Sudah dua hari gadis itu tidak berangkat sekolah. Ada apa sebenarnya terjadi dengan gadis itu? Joy amat penasaran. Apa yang sebenarnya dialami Ruby selama dua hari ini?

Tidak biasanya Joy merasa cemas. Kali ini ia cemas karena satu orang gadis. Ia amat khawatir dengan keadaan Ruby. Apa Ruby baik-baik saja?

×××××

Tiga hari setelah itu adalah acara puncaknya. Banyak penampilan memukau yang akan memanjakan panca indra. Nyanyian, drama, paduan suara, stand up comedy, tari, semuanya akan ditampilkan dalam satu rangkaian acara.

Tibalah ke urutan nomor 13. Kelas XD. Semua siswa termasuk Joy tampak gugup di belakang panggung. Padahal sudah rapi begitu penampilannya. Lengkap dengan tata rias yang menghiasi wajah. Tampak mempesona nan indah.

Walaupun kelakuan Januar dan Arumi begitu. Selalu bertengkar tak kenal hari layaknya Tom and Jerry, tapi mereka mampu memerankan peran mereka dengan baik. Adegan Roro Jonggrang yang menolak lamaran dari Bandung Bondowoso. Sangat persis ketika kejadian pemilihan tokoh drama ini. Arumi dengan mentah-mentah menolak tawaran menjadi Roro Jonggrang bersama Januar. Ya, persis seperti itu. Padahal kalau diperhatikan, mereka sebenarnya adalah pasangan yang serasi.

"Aku telah membuktikan kalau aku menaklukkan kerajaan ini. Tak ada siapapun yang berani menentang keinginanku. Yang berani menentang, berhak mati di bawah kakiku. Namun satu orang itu. Satu orang itu berani menolakku mentah-mentah?" Joy yakin kalau Januar mengatakan itu dengan perasaan muak.

Bondowoso menghabiskan minuman yang telah disediakan oleh para pelayan kerajaan lalu mengusap bibirnya guna membersihkan sisa minuman yang ada. Ia pun menyeringai, seringaian yang penuh kegilaan.

"Tapi tenang saja, Putri. Aku akan mendapatkanmu sepenuhnya. Itu pasti. Siapapun akan terbuai oleh ketampananku. Suatu saat akan kubuat hatimu takluk olehku." Arumi juga tak kalah muak dengan perkataan Januar. Geli sekali mendengarnya. Mengerikan. Rasa-rasanya ia ingin mual sekarang juga.

Dari atas panggung, Joy diam-diam mencuri pandang di kursi para tamu. Tidak, ia tidak ada. Ruby sama sekali tak datang ke acara ini. Padahal sudah lima hari berlalu, tapi gadis itu masih belum berangkat ke sekolah?

Joy makin cemas. Pikiran-pikiran aneh itu mulai bermunculan. Seketika banyak gambaran-gambaran peristiwa terjadi pada gadis itu, lalu terputar secara bersamaan di otak Joy. Argh, kepalanya mulai pusing. Itulah kenapa Joy amat tidak menyukai otaknya yang jenius. Begitu menyebalkan dan melelahkan.

Ah, ia amat benci dengan kemampuan fotografi memory miliknya. Karena ia tidak bisa melupakan hal-hal yang menyakitkan.

"Apa yang Tuan Putri mau? Emas, mutiara, separuh tanah kerajaan, berlian, tuanku Prabu Bandung Bondowoso akan mencoba untuk menyanggupinya. Mohon berikan tuanku kesempatan, Tuan Putri..." Joy berlutut di hadapan Arumi yang berperan menjadi Roro Jonggrang. Sebagai ajudan yang baik, ia harus memerankan tokoh ia perankan dengan benar. Demi tuan Bandung Bondowoso.

"Baiklah, saya akan menerimanya. Tapi... saya meminta dibuatkan 1000 candi untuk mas kawin pernikahan kami. Dan candi itu harus sudah selesai dalam satu hari. Besoknya saya akan berkeliling untuk melihat hasil pekerjaan tuanmu dan menentukan keputusan."

"Se-seribu candi? Apa itu tidak terlalu banyak, Tuan Putri?" Joy kembali menundukkan kepalanya.

"Tidak. Kalau memang berniat melamarku, mengapa ia bersikeras seperti ini? Kalau dia sungguh-sungguh, seharusnya ia melakukan syarat yang dikatakan gadisnya itu sebelum menikah. Apa aku benar? Tapi ya... Kalau memang ia tidak bisa menyanggupinya, ya sudah kita batalkan saja pernikahan ini..." sahut Roro Jonggrang santai.

"Baiklah, akan hamba coba untuk menyampaikan pesan tuan putri ke beliau. Hamba permisi dulu. Terima kasih atas kesempatannya, Tuan Putri." Joy pamit undur diri. Sang putri mengangguk dan Joy pun keluar dari ruang panggung dan kembali ke belakang panggung.

Sesampainya di sana, ia melihat Saphire yang buru-buru dan langsung tepar tepat ketika menutup pintu. Joy menepuk-nepuk pipinya, "Saphire... Oi, Saphire... Jangan tidur gini dong... Kan aku jadi cemas."

"Tidak, bukan, hah, hah... begitu. Aku tidak... ingin menidurkan diri. Ke... mana... Kemana Ruby? Apa dia selalu masuk ke kelas? Aku belum pernah melihatnya semenjak satu minggu ini. Biasanya kami sering berangkat dan pulang bersama. Namun satu minggu ini... Ia sama sekali tidak ada kabar. Pintu rumahnya pun sering dikunci dari luar setiap pagi," terang Saphire dengan napas ngos-ngosan.

Joy menjawab, "Tidak. Padahal satu minggu ini dia tidak pernah masuk kelas sama sekali. Jadi bagaimana hal ini bisa terjadi?"

"Aku tahu dimana Ruby berada saat ini." Sebuah suara mengagetkan mereka. Evan dan teman-teman basket mereka berkumpul di sana. Tak lupa dengan teman-teman Ruby dari ekskul 'english club'.


Ruby and Saphire [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang