Bab 1: Tentang Saphire

105 39 15
                                    

Sore hari mungkin adalah hari yang paling ditunggu para siswa karena sudah waktunya untuk pulang ke rumah. Tapi tidak bagi seorang remaja laki-laki dengan rambut berantakan yang tengah dipojokkan di kelasnya. Laki-laki itu akan dibawa ke taman belakang sekolah.

Namanya Saphire Prasetyo atau biasa dipanggil dengan Tyo. Setiap hari di jam-jam segini, ia pasti akan dirundung oleh sebuah geng yang berisi anak-anak bermasalah. Semua anak di kelasnya sudah tahu akan perundungan yang terjadi pada Saphire tapi tak ada yang bisa menghentikannya. Entah mereka takut atau memang tak peduli.

Geng itu biasa dipanggil dengan Panca Darma lantaran berisi lima orang anak yang sering sekali berurusan dengan BK. Honma, Belial, Gilang, Yui dan Hanzo yang menjadi ketuanya. Tyo bahkan hanya bisa pasrah dengan segala perilaku mereka.

Kejadian perundungan itu sering terjadi bahkan selalu ditonton oleh siswa lain. Tapi tak ada yang pernah membantu Tyo.

Kali ini, Tyo melihat seorang gadis berkuncir kuda yang lewat dekat situ sembari meminum es coklatnya dengan santai. Gadis itu menoleh sedikit kearah Tyo tapi tak lama kemudian gadis itu langsung beralih atensi.

"Oi... Oi... Tyo, kok kamu nggak keluar aja dari sekolah sih? Bukannya kamu muak karena setiap hari kami merundungmu?" ujar ketua geng itu.

"Aku tak mau meninggalkan sekolah ini setelah susah payah mendaftarkan diri," sahut Tyo dengan suara yang kecil.

"Hah? Lembut sekali. Bicara yang tegas dong. Kamu itu cowok atau bukan, sih?" Belial meninju pipi Tyo hingga Tyo terpental.

Kelima remaja itu tertawa keras tanpa dosa melihat Tyo yang tersungkur. Laki-laki itu hanya memegang pipinya yang nyeri.

"Aduh... Aduh... Kamu kan cowok. Masa lemah lembut kayak gini..." kekeh Belial. Dasar! Ia benar-benar tak merasa bersalah.

"Tolong hentikan." Tyo tak didengarkan oleh mereka. Mereka berlima malah meninju tubuh Tyo dengan semangat.

"Haduh... Dengan tubuh yang mungil begitu, kami jadi gemas deh. Bagaimana kalau kita bermain dengan serius?" Honma tersenyum lebar.

Tyo tak bisa membantah perkataan itu. Dibandingkan lelaki yang lain, ia pasti akan terlihat yang paling pendek. Kalau anak yang lain berotot kekar, maka lengan Tyo persis sekali dengan gagang sapu ijuk. Benar-benar datar. Terakhir, kalau ia tengah berolahraga, lelaki itulah yang paling cepat lelah. Bahkan stamina Tyo terbilang lebih lemah dibanding perempuan.

"Aku ini... Memang lemah, ya?" gumam Tyo.

"Pendek... Dasar anak kecil... Anak SD... Anak SD..." ejek Gilang. Gilang adalah anak yang tak suka kekerasan. Ia lebih suka beradu mulut daripada baku hantam. Mungkin kalau ada lomba adu debat, Gilang akan dimasukkan ke calon peserta karena dia berisik.

Tyo kembali bergumam, "tapi aku bukan anak SD."

Gilang tetap tidak mau berhenti. Ia bahkan dengan riang menjulurkan lidahnya kearah Tyo. "Anak SD... Bocil SD..."

Entahlah, tapi bukankah Gilang yang malah terlihat seperti anak SD disini? Dasar mental anak kecil dengan kedok tubuh remaja SMA.

Jtak!

"BERISIK ANJIRR..." Lama-lama Belial jadi kesal. Akhirnya ia langsung memukul kepala Gilang karena terlalu berisik.

"Leh... Aku kan cuma mau nurunin mentalnya..."

"Tapi mau bagaimanapun, kamu tetep berisik. Kupingku aja sampai mau muntah," celetuk Yui. Buset, sejak kapan telinga bisa muntah? Tyo melihat mata Yui. Orang yang satu ini... Tatapannya seperti ikan mati. Benar-benar kosong.

"Eh Yui, kok kamu ikut-ikutan juga sih?" protes Gilang.

"Apa? Mau adu tinju?" tantang Yui dengan nada yang ter... amat datar.

Ini adalah waktu yang tepat bagi Tyo. Selagi tiga orang ini bertengkar, ia bisa dengan mudah melarikan diri dari mereka.

Tyo segera mengambil ancang-ancang dan berjalan dengan meminimalisir suara agar tak ada yang mendengar langkahnya untuk kabur.

"Sudah... Sudah... Bukankah harusnya kita memainkan Tyo dengan perasaan senang? Ayo kita bersenang-senang bersa-" Sang ketua geng anak nakal itu terbelalak. Sudah tak ada sosok Tyo lagi di taman ini.

'Sial, sejak kapan ia melarikan diri? Ah, pasti karena pertengkaran tiga orang ini,' batin Hanzo.

Keempat orang itu terdiam. Honma yang geram langsung meninju batang pohon yang berada tepat di sebelahnya. "Sial! Gara-gara kalian, mangsa utama kita kabur..."

×××××

Tyo menghela napas lega. Akhirnya ia bisa melarikan diri dari kelima orang itu. Ia berhasil kabur secara diam-diam! Tyo mungkin anak lelaki yang paling pendek di sekolah, tapi ternyata hal itu malah memudahkan Tyo untuk melarikan diri dari mereka.

"Heh, kau berhasil keluar dari cengkeraman mereka?" Sebuah suara dari atas pohon menyapanya. Tyo yang serasa diterbangkan setinggi-tingginya kini seperti telah dijatuhkan sedalam-dalamnya.

"Siapa... kau?" Orang itu tak menyahut pertanyaan Tyo. Samar-samar, orang itu terlihat seperti tengah menyeringai lebar. Memangnya ada apa dengan orang ini?

"Padahal kan kau pendek, kurus, tak berotot, dan lemah. Kau benar-benar seperti anak kecil. Lucu banget lagi. Ya, walaupun anak kecil masih tetap hebat sih karena mereka sudah bisa berkelahi. Sedangkan kau... Menjawab kalimat mereka saja kau tak bisa. Dasar bodoh," ujarnya dengan nada yang dingin.

Tyo terus menatap orang itu. Ia merasa pernah melihat orang ini sebelumnya. Tapi siapa? Siapa dia? Siapa namanya? Rasa-rasanya Tyo ingin tahu segalanya tentang orang misterius ini.

Selang beberapa waktu, orang itu akhirnya turun. Alangkah terkejutnya ketika yang ia lihat adalah seorang gadis berkuncir kuda yang tadi dengan santainya tak mau menolong Tyo ketika ia dirundung.

Lagi-lagi gadis itu berkata dengan nada yang datar, "haduh... Salam kenal, bocah lemah..."

Ruby and Saphire [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang