[8] Lucas, Are You?

142 20 0
                                    

Detective Song's pov

"Kamu percaya omongan orang tadi?"

"Ya menurut kamu?"

Setelah pertemuan kami dengan si pemuda asing itu, aku dan Lucas menjadi sedikit panas. Singkatnya, kami bertengkar.

"Babe kamu sadar ga sih dia tuh ngecohin kamu banget, yang awalnya kamu mau introgasi dia eh dianya malah lempar ke aku"

"Dari awal emang harusnya aku introgasi kamu dulu, jelas jelas kamu juga ada disana"

"Ya kenapa kamu ga introgasi aku waktu itu? Karna kamu percaya kan sama aku?"

"Gini aja, aku tanya siapa yang sama kamu waktu itu!"

"Hendery! Kamu bisa tanyain dia sekarang"

"Ga ada yang bisa aku percaya, bisa aja kamu sengkongkolan sama dia"

"Kamu bahkan ga ngasih aku waktu buat ngejelasin, mudah banget cowo itu ngecuci otak mu"

"Kamu selalu nyalahin dia! Bahkan setelah kamu ketahuan selingkuh dari aku"

"Terserah, kamu satu satunya yang paling benar disini kan? Silahkan kamu nikmatin gimana kecewanya percaya sama diri sendiri"

"Lucas!"

.
.
.

Kang Daehyun's pov

Aku membaca surat kabar yang tergeletak di kantor. Ya, lagi lagi bagian ku berlatarkan jam makan siang. Tak ada gangguan kali ini, aku menikmati makan siang ku dengan damai.

'Sudah ada tiga korban, entah mengapa polisi tak menemukan apa apa'

Aku membaca koran itu dengan senyuman. Tidak, aku tidak senang atas semua keributan yang terjadi. Aku tidak menaruh atensi atas hal itu.

Aku menaruh atensi kepada.. Pelakunya.

'Kringgg'

Sial jam istirahat sudah habis. Aku segera menutup koran itu dan kembali kepada mobil ku. Aku pergi ke tempat ku biasa menarik pelanggan.

Yap, disana aku melihat Lucas kembali.

"Hey Bung!" sapa ku informal.

"Wahh sebuah kebetulan, apa kau berniat menjadi taxi pribadi ku?" candanya.

"Bayarannya tak sebesar itu, apa yang bisa aku harap kan darimu?"

"Sial! Oh ya, aku ingin pergi ke makamnya Taehyun"

Mendengar hal itu, aku tersenyum sambil menaikan alis ku. Segera ku tancapkan gas untuk menuju pemakaman yang diharapkan.

"Untuk apa? Kau ingin menyusulnya?"

"Tidak, hanya memastikan sesuatu"

Ya pada akhirnya kami sampai juga ke pemakaman itu. Aku mengikutinya, maksudku menemaninya. Ia menatap ku heran.

"Untuk apa kau disini?" tanya nya.

"Ini makam kembaran ku, apa ada masalah?"

"Tidak, aku hanya ingin memastikan sesuatu"

Keadaan hening sejenak. Ia terus mengelus batu nisan itu sambil memperhatikan tanggal yang tertera. Keadaan yang sangat canggung.

"Kau tau, aku dan Taehyun sudah empat tahun tak bertemu, dan pertemuan kami pertama kali setelah empat tahun itu adalah dihari kematiannya"

"Aku menempuh pendidikan tinggi di luar negeri, dan kembali kesini untuk makan malam keluarga, aku tak menyangka di kecelakaan itu hanya aku yang terselamatkan" jelas ku.

"Aku pikir kalian sangat dekat karna rupa kalian yang sangat mirip"

"Kami memang sangat mirip, bahkan dulu di universitas ada teman Taehyun yang berbisik 'Aku tak menyangka Taehyun bisa masuk universitas ini' padahal aku bukan Taehyun"

"Apakah Taehyun tak pernah menceritakan sesuatu kepada mu?"

"Tidak, dia orang yang sangat tertutup"

"Begitu ya"

.
.
.

Choi Yeonjun's pov

Aku curiga Soobin adalah vampir. Kemarin ia terlihat sangat abu abu, tetapi sekarang seperti bahagia sekali.

"Soobin sekarang menjadi tertutup" keluh ku dengan dagu yang menempel pada meja makan.

"Oh, kau mau aku terbuka?" tanya nya sambil berusaha melepas kaosnya.

"BUKAN! Ishh" kesal ku sambil sedikit memukul meja dengan genggaman tangan ku.

"Lalu apa? Biasakan bicara yang jelas"

"Soobin yang tidak jelas!"

"Siap si paling jelas" sindirnya.

Kan kan kan, tiba tiba dia jadi menyebalkan.

Meskipun tiap hari memang menyebalkan.

"Soobin ngapain waktu itu ke pasar malam Blue Hour?" tanya ku mengingat kejadian semalam.

"Aku salah meletakan titik tujuan pada aplikasi ojek, aku minta di antar ke toko kue yang kau minta dia malah mengantar ku kesana, jadi sekalian aku mencoba masuk kedalamnya" jelasnya.

"Rill kah?"

"Ini, lihat saja di riwayatnya" aku melihat ponsel Soobin dengan seksama. Benar apa yang ia katakan. Lagi pula Soobin tidak bisa berbohong, kalau dia bohong nanti hidungnya merah seperti tomat!

Aku mengangguk percaya, ia tersenyum lega. Aku melihatnya mengolesi roti dengan saus tomat. Terlihat enak.

"Aku mau, aku mau, aku mau!" pinta ku memohon. Ia mengabulkannya, bahkan ia menambahkan potongan sosis dan keju untuk ku.

"Enak?" tanya nya. Aku hanya mengangguk sambil fokus mengunyah.

"Enak enak enak!"


...

Hi there! Sorry ya kalo besok malam aku ga update. Soalnya kan hari raya, aku takut kecapekan huhu.

Have a nice dream everyone
*aku post malem btw

Best(killer)friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang