laut

355 13 0
                                    

kematian orang yang dicintai adalah pengingat bagi kita. Bagaimana pun, hidup adalah persiapan untuk harimu bertemu dengan Sang Pencipta
_Bumi_

Suara nyaring dari pohon dan angin yang menyatu dan menghasilkan irama yang indah, matahari yang tenggelam dan dinginnya suasana pantai. Seorang gadis kecil yang berusia 8 tahun menatap pantai dengan segala keindahanya kala sore itu.

"Ibu tau, aku sangat menyukai warna biru dari pantai dan juga deburan ombaknya" Kata gadis itu, ia menatap wanita yang ada di sampingnya, itu adalah ibunya alvina

Alvina mengelus rambut putri kecilnya, "laut memang indah, namun yang indah kadang mematikan bumi" Ucap Alvina ke putrinya Bumi.

Gadis itu menggeleng pelan, "tidak ibu, aku percaya keindahan ini tidak akan membuat seseorang tiada bukan? " Bumi tersenyum dan berjalan mendekati air pantai dan meninggalkan ibunya yang sedang duduk di pinggir pantai.

"Lihat ibu, air laut ini tidak menyakiti ku bukan?, aku sangat senang berada disini ibu" Ucapnya

Alvina berdiri dan menghampiri putrinya yang sedang bermain air "kalau begitu, ibu boleh ikut main ya. Hmm, ibu siram kamu pakai air ini" Alvina mengambil air pantai dengan tangannya dan menyiramnya ke putrinya.
Bumi reflek berlari menjauh, Di ikuti alvina yang mengejar dirinya.

*rumah*

Suasana khas rumah dan suasana hangat keluarga kecil yang sedang duduk di meja makan sambil menikmati masakan yang di buat Alvina.

"Ayah, ibu. Aku ingin bertemu dengan Kiano" Ucap Bumi

Ayah tertawa pelan "baiklah tuan putri ayah, besok ayah suruh Kiano kerumah yah, bermainlah sepuasnya besok"

Bumi tersenyum lepas "syap kapten"

Ayahnya adalah seorang pelaut, ia libur setiap 1 bulan dua kali, oleh karena itu ia disebut kapten oleh Bumi.

"Bumi, apa kamu ingat ajaran ayah?" Tanya ayah ke Bumi

Bumi mengangguk "jika sesuatu hilang dari kita, maka kita tidak perlu bersedih,  percaya saja Tuhan akan memberikan yang terbaik dari yang pernah kita dapatkan"  Alvina memeluk Bumi yang duduk di sampinganya

"Anak ibu dan ayah pintar sekali" Ucap Alvina

Keluarga kecil itu melanjutkan makan malamnya, suasana yang sangat indah dan tentram tanpa adanya usikan dari orang luar. 

*keesokan harinya*

Sesuai janji ayahnya semalam, Kiano kini telah tiba di rumah bumi. Anak laki laki yang seumuran dengan Bumi.

"Bumi, ayo keluar. Kita ke pantai" Panggil kiano yang berada di ruang tamu

Bumi yang mendengar suara kiano bergegas keluar dari kamarnya dan menghampiri kiano. "Hai kian" Sapa Bumi

Kiano menatap Bumi, yang membawa alat alat lukis dan berpakaian selayaknya akan kemah.

"Kita ke pantai atau kemah? " Tanya kiano

Bumi tersenyum "aku akan melukis keindahan pantai, dan juga dirimu kian"

Kiano mengangguk mengerti, ia tau Bumi sangat menyukai seni terutama ia ahlinya dalam melukis. Mereka berdua ber genggaman dan keluar dari rumah menuju pantai yang dekat dengan rumah Bumi.

Sesampainya mereka di pantai, kiano membantu Bumi untuk mempersiapkan alat alat lukisnya.

"Kian tau, aku akan menjadi pelukis yang terkenal suatu hari nanti. Dan kamu harus menjadi yang pertama memberiku ucapan selamat dan memberikan diriku hadiah"

Kiano menatap Bumi sejenak "benarkah?, tentu saja. Aku janji, akan memberikan kamu hadiah dan juga memberikan ucapan selamat yang pertama"

Kiano menunjukan kelingking nya dan Bumi membalas kelingking kiano dengan kelingkingnya  kini mereka sudah berjanji.

"Kiano nanti datang yah, waktu aku ulang tahun" Ucap Bumi

"Tentu saja Bumi, Aku akan memberikan hadiah terbesar hanya buat Bumi, Sahabat ku" Jawab kiano

Bumi melukis keindahan lautnya, dengan tangannya, ia juga melukis kiano temannya, suasana dingin pantai dikala sore dan keindahan sansetnya membuat mereka semakin senang.

"Bumi, kenapa kamu menyukai pantai"

Bumi menatap kiano "karena pantai itu sangat indah, ia juga menenangkan dan aku tau di tengah pantai itu ada keindahan yang tiada tanding" Ucapnya

Kiano menjawab "apa kamu sudah selesai melukis? "

Bumi menoleh " Apa kamu menginap di rumah ku? "

Kiano mengangguk, yang artinya mengiyakan ucapan bumi, "lalu ibumu? , nanti dia sendiri di kamar"

Kiano tertawa "tidak perlu kawatir, ibu hari ini lembur dan aku di suruh menginap di rumah mu"

"Oo gitu ya" Jawab Bumi.

Kiano melihat jam tangan superhero nya dan melihat pukul 18.20 "ayo pulang udah sore" Ajak kiano.

"Tunggu aku harus merapikan ini semua, owh ya ini lukisan laut dan dirimu kian. ibu ku dan ayah ku ada di dekat pantai dan aku ada disini dan kamu ada di dekat orang tua mu"

Kiano melihat kenapa Bumi ada di sisi pantai? , "kamu kenapa tidak ikut
disini? " Tanya kiano

Bumi tersenyum "laut tau, tanpa aku lukis aku akan berada di tengahnya,  bersama orang tua ku " Ucap Bumi.
Kiano mengangguk "baiklah, ayo pulang"

Kiano menarik tangan Bumi, "tunggu dulu Bumi, aku mau memberikan dirimu gelang ini. Tadi aku membuatnya" Bumi memeluk kiano "terimakasih ini sangat cantik"

"Gelang cantik untuk sahabat ku yang cantik"

*rumah*

Di dalam kamar, Bumi menaruh lukisan yang di meja belajarnya. Lalu ia bergegas menemui kiano yang berada di kamar tamu, gadis itu menuruni tangga satu persatu.

Bumi terkejut melihat kedua orangnya berada di kamar kiano, dan kiano tampak sedang mmenangis.

"Ayah ada apa ini? " Tanya Bumi

Kiano yang mendengar suara Bumi langsung memeluknya

"kita tidak akan berteman lagi, kita akan berpisah jauh" Ucap kiano

Bumi terkejut "apa maksud mu? " Tanya bumi yang terlihat panik.

Ayah memegang tangan Bumi, dan ibunya memegang tangan Kiano. "Kiano akan pergi ke Jepang , kalian tidak akn bisa bertemu. Tetapi kalian masih bisa berteman, kan ada telpun. " Ucap ibu

Bumi menatap kiano "kenapa kiano akan ke jepang? Rumahnya kan disini" Tanya Bumi

Ayah mengelus rambut putrinya "karena tadi ibu kiano menghubungi ayah, katanya mulai besok kiano akan tinggal di jepang. Tidak lagi di Jakarta, kalian tetap bersahabat tetapi jarak jauh. Dan ya, kiano disana untuk belajar dan ibunya mendapatkan tugas disana" Jawab ayah

Bumi terlihat murung, ia menatap temannya "kamu tau, aku ingin bersama mu"

Bumi memeluk kiano, "tapi kita akan tetap bersahabat, jangan lupain aku ya kian"

"Iya bumi, aku ga akan lupakan kamu" Jawab kiano

"Ayo kiano, kita siapkan semua yah. Ibumu akan menjemput mu besok pagi" Ucap ibu Bumi

Bumi berlari ke kamarnya, ia menangis karena akan kehilangan teman terbaiknya, ia bisa mengerti tetapi ini sulit. Terlebih untuk anak 8 tahun, perpisahan adalah hal menyakitkan, "

"kiano" Ucapnya menatap foto kiano

____setiap pertemuan pasti ada perpisahan_______Bumi dan kisahnya

Bumi dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang