8 Tahun kemudian

104 8 2
                                    

Jangan pernah takut untuk
memulai

°°°°°°

Di teras rumah. Seorang gadis, dengan rambut yang terurai sedang membaca Buku Braille.
Sekarang ke pekaan-nya  terhadap lingkungan sekitar sudah meningkat.

"Jika aku masih diam, maka aku akan kembali kehilangan" Ucapnya pelan

"Bumi " Panggil om Rion, ia menggunakan pakaian serba hitam. Ternyata hari ini adalah peringatan kematian ayah dan ibu bumi.

Bumi menoleh ke sumber suara, terlihat lengkungan bibir di wajahnya, "om
Rion?"

"Kamu melupakan hari ini?" Tanya om Rion, di jawab dengan gelengan bumi. Mana mungkin ia bisa melupakan sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Tunggu Om, bumi ingin membawa bunga kesukaan ayah dan ibu" Ucapnya.

Bumi masuk ke dalam kamar, ia mengambil setangkai bunga mawar putih dan mawar merah yang sudah ia siapkan tadi malam.

°°°°°°°

Sesampainya di kuburan. Bumi merasa sangat dekat dengan kedua orang tuanya rasanya seperti mereka sedang berhadapan dengan ku.

Angin menyentuh kulit Bumi, Langkah demi langkah untuk mendekat ke makam ayah dan ibunya, 'Semua kenangan bersama mereka kembali, canda tawa yang entah bisa kembali lagi'.

Kedua tangannya menyentuh makam, Nisan yang bertuliskan Nugraha dan Alvana.

"Kalian tau, aku sangat merindukan kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian tau, aku sangat merindukan kalian. Sudah 8 tahun ya?, rasanya seperti mimpi ayah, ibu. Mimpi kita yang harus terkubur dalam dalam. Kini anak mu telah besar, menjadi gadis yang kuat.
Bumi janji, bumi akan menjadi seorang pelukis yang terkenal" Ucap bumi.

Bumi menangis, ia meletakan setangkai mawar merah dan putih di atas makan ayah dan ibunya. "Tenang ya disana, jaga Bumi dari jauh ya ayah, ibu"

Bumi memeluk makam ayah dan ibunya, ia menangis karena sangat merindukan kedua orang tuanya.

Om Rion memegang punggung Bumi, mencoba menenangkannya. Sembari ia berkata "Nugraha, aku telah memenuhi janji ku untuk menjaga bumi, dan menganggap dirinya sebagai anak ku. Kamu dan istrimu tenang ya disana, jangan kawatirkan Bumi"

"Bumi pamit sayang, sama ayah dan ibu. Kita harus segera ke kota, karena paman ada kerjaan nak disana" Ucap Rion.

Bumi mengelap mukanya dengan tangan, ia mencium kedua makam ayah dan ibunya. "Bumi pamit ayah, ibu. Nanti bumi kesini lagi"

Bumi berdiri, ia menatap sejenak makam kedua orang tuanya, 'Mengingat wajah kedua orng tuanya'.

"Nugraha, Alvana. Saya pamit" Ucap Rion

Mereka berdua segera pergi dan meninggal kan pemakaman.

°°°°°°°°°°

Toktok!!
Om Rion mengetuk pintu kamar Bumi.

"Masuklah Om, pintunya tidak di kunci" Ucap bumi

Om Rion tersenyum melihat bumi, ia masih menyesal karena keadaan Bumi.

"Om udh daftarkan kamu di sekolah Jaya Sakti. Anak anak seni sekolahnya di sana dan kamu dapat mengembangkan bakat mu dalam melukis" Ucap om Rion

Kedua alis bumi mengerut, ia pernah mendengar jika sekolah itu harganya sangat mahal.

"Bukannya mahal ya Om? " Tanya Bumi

Om Rion tersenyum, ia menepuk kepala Bumi "Om cuman punya kamu, jadi yang terbaik buat Bumi"

Bumi terdiam, ia sedikit menunduk. "Terimakasih ya om"

"Jangan berterimakasih, Om kan ayah kamu juga" Ucap om Rion

Bumi menatap om Rion sebentar, rasanya ia belum sanggup jika memanggil om Rion dengan sebutan ayah. "Iya.. Om"

[rupanya dia belum menerima saya sebagai ayah angkatnya] kata hati Rion.

"Yaudah seragamnya udh om taruh di lemari, bersiaplah besok"

Bumi mengangguk sebentar, kemudian paman pergi dari kamar Bumi.




Bumi dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang