11

66 3 0
                                    

Sesampainya mereka di markas, Kay segera berlari mencari bumi yang sedang bermain dengan anak anak.

"Sorry lama" Ucap Kay

"Kak Kay kemana tadi?" Tanya Alisce

"ada urusan tadi"

Mozza berjalan ke arah Kay dan langsung mengenggam tangan Kay erat.

"Kasian kakak Bumi nunggu kakak Kay lama" Ujar Mozza

"Iya, maaf ya tuan ku"

Anak anak yang berada di sana terkekeh pelan. Mereka sangat menyukai saat Kay sedang bercanda.

"Ayo pulang gw anter"

"Iya Kay"

Bumi melambaikan tangan kepada anak anak sesaat sebelum mereka berjalan keluar Markas. Mereka berdua menaiki motor dan segera pergi pulang.

*****

Bumi melukis di halaman rumah, suana pagi hari dan burung burung yang berkicau menambah kehangatan suasana.

"Bumi" Panggil Om Rion, sembari membawakan segelas susu.

"Om Rion"

Om Rion duduk di sebelah Bumi, memperhatikan gadis yang ia dulu temui pada usia 8 tahun kini sudah sebesar dan secantik ini. Kedua sudut bibir om Rion terangkat.

"Saya bersyukur bisa merawat dan menjagamu sampai sekarang"

"Terimakasih Om, udh jaga Bumi"

Om Rion mengelus rambut Bumi pelan.

"Tugas om bentar lagi selesai Bumi, Om harap kamu bisa memanggil Om dengan sebutan Ayah."

Tangan Bumi Reflek terhenti melukia, dirinya terdiam saat mendengar kata 'Ayah, sulit baginya jika harus mengatakan itu pada Pamannya.

"Bumi Om hanya berharap itu saja. Om ingin mendengarkannya nanti, Bukan sekarang"

"Iyaa Om" Bumi tersenyum sambil memeluk Om Rion.

Om rion melepas pelukan itu, lalu bangkit dan pergi dari taman. Air mata dari matanya ingin menetes, namun ia tahan. Mustahil dirinya menangis di depan Bumi.

Beberapa hari lalu ***

"Tumor itu sudah menyebar bahkan sudah sulit untuk mengatasinya. Tapi percayalah kami akan menyelamatkan dirimu" Ucap maili, Dokter.

Rion melihat hasil pemeriksaan yang ia lakukan minggu lalu, menghasilkan positif Kanker otak stadium akhir.

"Saya sudah tidak kuat lagi, hanya sedang menunggu kapan saya harus pergi. Tapi saya harap setelah menyaksikan putri bahagia."

"Semoga saja"

****

Rion termenung di taman mengingat bahwa dirinya sedang mengidap tumor.

"Nugraha semoga saya diberikan sedikit lagi umur agar bisa melihat Bumi berasama orang yang tepat" Ucap Rion sembari menghapus air matanya.

Ia mengeluarkan Handphone dari saku celana nya, dan membuka galeri melihat foto anak gadisnya yaitu Bumi.

"Om Rion sayang kamu nak. Om Rion akan bertahan buat Bumi"

*****

Queen, Ara dan Sasa berjalan melewati koridor kelas, namun mereka tak sengaja bertemu dengan Bumi bersama Ria dan Hayla.

"Ciyee kalah" Ejek Ara

Ria yang merasa Ada meledek Bumi mengehentikan langkahnya. Lantas menoleh ke belakang.

"Brisik lo tau"

"Kesindir?" Tanya Sasa. Kedua tangan gadis itu melipat.

"Ria udh biarin aja" Ucap Bumi.

"Bumi!!" Pekik Ria.

"Mereka bukan saingan kita,
paham?" Ucap Bumi

"Enak aja bilang gitu, Lo yang bukan saingan kitaa" Ujar Ria

Queen berjalan beberapa langkah lebih mendekat dengan Bumi.

"Gw tau lo ga punya ortu. Kasian lo"

Bumi yang mendengar itu sontak tak bisa berkata apa apa, matanya berkaca kaca seolah itu menyinggung hatinya.

"Mereka ada, Ada di hati ku"

"Upss iyakah?" Ejek Sasa.

"Kalian ga paham, karena kalian ga ngerasain jadi aku."

Hayla memegang tangan Bumi dan Ria, dirinya mengajak kedua temannya itu pergi.

"Pergi yang jauhhhh!" Ujar Queen.

Di kelas mereka duduk bertiga, Ria dan Bumi bersebelahan. Ria yang menatap Bumi yang termenung, Ia merasa bersalah karena tidak pernah mengendalikan emosi dan mudah terpancing.

"Maaf" Ucap Ria dengan nada kecil

"Lo lain kali jaga emosi Ria" Ucap Hayla.

"Bumi.." Panggil Ria kecil

Bumi menoleh ke sumber suara, sudut bibirnya terangkat, dan kedua matanya juga ikut tersenyum.

"Gapapa loh, kenapa kalian sedih?"

Ria memeluk Bumi erat. Bumi hanya bisa terdiam saja, dirinya sedih namun ia tak bisa memperlihatkan di depan teman temannya.

"Riaa, aku gapapa. Lagian dia gitu doang"

"Bumi gw tau lo sedih, ga usah di tutupin gitu" Ucap Ria.

"Engga" Jawab Bumi.

Hayla tersenyum, "udah udah, mending kita ke kantin makan. Pamer banget hikss"

Mereka bertiga terkekeh pelan, seolah hal tadi sudah terlupakan bagi mereka.

Bumi dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang