Sinar mentari memasuki kamar seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya. Sinar mentari semakin masuk kedalam sampai membuat gadis itu mengerutkan matanya. Dia membuka mata lalu bangkit dan melihat jam yang menunjukkan pukul 6 pagi. Kemudian dia turun dari ranjangnya dan mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi. Hari ini adalah hari penerimaan siswa baru dan gadis itu harus cepat-cepat ke sekolah karena biasanya gerbang tertutup lebih awal
Setelah keluar dari kamar mandi, Techi berjalan ke lemarinya dan mengambil seragamnya. Dengan kombinasi kemeja biru dan rok berwarna abu-abu. Setelah itu, dia memakai dasi berwarna biru tua lalu mengambil blazernya.
Techi mengambil tasnya lalu keluar dari kamar. Dia menuju ke meja makan dan mengambil sepotong roti untuk sarapan. Pandangnya tiba-tiba tertuju pada surat yang kemarin dia terima. Dia hanya memandangnya sambil memakan sarapannya.
Setelah selesai dia langsung berangkat ke sekolah. Jarak apartemen ke sekolahnya hanya berjarak 1 stasiun. Tak lama berjalan dari stasiun, Techi sudah sampai di sekolahnya. Saat dia memasuki gerbang para siswa memandangnya sambil berbisik-bisik dan Techi tahu bahwa sekarang dia menjadi bahan omongan dari para siswa. Dia tidak suka menjadi bahan perhatian. Dia benci saat mereka hanya berbisik dibelakang dan tidak berani mengatakan langsung padanya.
Saat berjalan di koridor tiba-tiba ada lengan yang tiba-tiba merangkulnya. Techi menoleh dan menatap wajah sahabatnya yang tersenyum lebar kearahnya.
"Ohayo... Techi" Techi tidak menjawab dan hanya mengangkat wajahnya untuk merespon sahabatnya, Kageyama Yuka. "Kau sudah liat kelasmu?" tanya Kage yang sudah melepas rangkulannya. "Belum" jawabnya singkat. "Aku juga belum. Aku harap kita 1 kelas lagi".
Setelah berada didepan Mading. Kage mencari namanya dan juga Techi. "Ahh. Aku dapat. Kita di kelas 2-A" Techi hanya melirik namanya yang berada dikelas yang sama dengan Kage. Mereka segera pergi ke kelas mereka. Kage menggeser pintu dan membuat siswa yang didalam memandangnya. Dia masuk dan diikuti oleh Techi. Tanpa memandang siapapun, Techi pergi ke tempat duduknya seperti biasa tanpa tau di papan tertulis pembagian tempat duduk berdasarkan nomor absen.
"Maaf, itu tempat dudukku" Seorang gadis berdiri dihadapannya sambil menundukkan kepalanya. Techi yang tadinya ingin tidur sambil menunggu jam pelajaran dimulai mengangkat kepalanya dan memandang gadis itu. "Tempat duduk sudah diatur berdasarkan nomor absen" ucap lagi gadis itu. Techi mengintip untuk melihat papan tulis dan berdasarkan nomor absennya dia duduk ditengah baris ke 3. Lalu kembali menatap gadis itu dan berkata "Kau bisa duduk di tempatku" kata Techi lalu kembali tidur. "Tapi?"
"Hey.. ngalah aja. Dia memang tidak suka duduk di tengah." ucap Kage yang berada di samping Techi. Gadis itu hanya mengangguk dan berjalan ke tempat duduk Techi yang seharusnya. "Tunggu dulu. Namamu siapa? Aku Kageyama Yuka" Kage mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Kakizaki Memi" Gadis itu menyambut tangan Kage. "Oh dan dia Hirate Yurina." Memi mengangguk lalu berjalan ke tempat duduknya.
~~
Kring...
Bel tanda istirahat. Kage mengajak Techi pergi ke kantin untuk makan siang. Techi hanya mengangguk dan berjalan bersama Kage. Mereka langsung mengantri di barisan menunggu giliran mereka. Setelah mendapatkan makan siang, Mereka langsung duduk disalah satu meja yang kosong disana.
Saat menikmati makan siang, Kage tiba-tiba memanggil gadis yang sempat berkenalan dengannya. "Kakizaki-san" gadis yang dipanggil melihat kearahnya dan Kage menyuruhnya untuk menghampirinya. "Makan siang bersama kami aja. Sini" Kage menarik tangan Memi yang memegang nampan dan menariknya untuk duduk disampingnya. Techi hanya memandang heran Kage yang tiba-tiba menjadi ramah kepada orang yang baru dikenalnya.
"Apa?" Tanya Kage pada Techi tapi hanya kebisuan yang diterimanya. Techi hanya diam sambil melanjutkan makan siangnya.
"Kakizaki-san, kau masuk klub apa?" tanya Kage pada Memi. "Klub seni lukis"
"Wow.. Keren. Jadi kau pandai melukis dong? Bisalah lukis aku sekali-kali" Ucap Kage mengerakkan alisnya naik turun. Memi hanya tersenyum menanggapinya.
"Maaf aku akan duduk disana" ucap tiba-tiba Memi lalu pergi meninggalkan mereka berdua
"eh.. Cotto" Kage ingin mencegahnya tapi Memi sudah bergabung dengan teman sekelasnya. Kage menggaruk kepalanya tidak mengerti dengan sikap Memi yang tiba-tiba berubah.
"Apa aku terlalu sksd ya?" Techi tersenyum tipis melihat Kage. "Kau juga kenapa hanya diam saja? Tidak seperti kau biasanya. Pasti ada yang mengganggu pikiranmu" ujar Kage yang memandang Techi dengan penuh kecurigaan. Techi memang banyak diam saat dikelilingi oleh orang asing tapi diamnya sekarang seperti ada sesuatu yang dipikirnya. Setidaknya Kage melihat itu.
"Pulang sekolah ikut aku." ucap Techi yang masih memakan makanannya. Kage menyempitkan matanya kearah Techi untuk menanyakan kemana tapi "oke" yang keluar dari mulutnya.
Setelah sekolah Kage mengikuti Techi tanpa menanyakan mau kemana dia membawanya. Mereka turun setelah melewati 2 stasiun lalu berjalan kaki sekitar 15 menit dan tibalah mereka ketempat yang dikunjungi Techi.
Techi mengambil sesuatu didalam saku blazernya lalu mengeluarkan surat yang diterimanya. Sepertinya dia membawa surat itu ke sekolah dan berniat mengunjungi alamat yang tertera didalam.
"Ayo" ucap Techi melangkah tapi ditahan oleh Kage. "Oke.. sudah cukup. Apa kau tidak ingin mengatakan kemana kau akan membawaku."
"Atau kau ingin melakukan sesuatu yang tidak pantas kepadaku" lanjut Kage sembari memeluk dirinya sendiri. "Berhenti bertingkah seperti itu. Kau membuatku jijik" ujar Techi ceplas-ceplos dan dibalas tatapan tajam dari sahabatnya. "Ini" Techi memberikan surat itu kepada Kage. Setelah diambil Kage, Techi melangkahkan kakinya untuk berjalan lebih dulu. Kage yang membaca surat itu langsung menoleh kearah Techi yang sudah meninggalkannya dan masuk ke apartemen Ayase. Seperti itulah nama yang tertulis di tembok masuknya.
"Jadi kau ingin aku menemanimu bertemu kakakmu. Kenapa tidak katakan langsung saja?" Techi hanya diam saja tanpa memperdulikan ocehan sahabatnya.
"Kau ingin berbaikan dengannya? Ya sudah pasti kau ingin. Ini sudah 3 tahun kau tidak berhubungan dengannya. Kau pasti merindukannya" ucap panjang lebar Kage yang tiba-tiba menabrak punggung Techi yang tiba-tiba berhenti.
"Ada apa?" Techi berbalik berhadapan dengan Kage yang terlihat mengelus dahinya.
"Dengar. Aku kesini hanya ingin mengatakan padanya untuk berhenti mengirim surat. Aku juga tidak ada minat untuk mendengarkan apa yang ingin dia sampaikan. kau paham?" ucap Techi dengan wajah serius. Kage juga hanya menatapnya dalam diam. Dia sudah tau permasalahan keluarga Techi karena mereka sudah saling kenal saat masih di sekolah dasar. Techi selalu mengatakan perasaannya pada Kage dan Kage dengan senang hati mendengarnya dan mendukung dirinya. Hingga pada akhirnya Techi mengubah sifatnya menjadi cuek dan pendiam saat mereka kelas 2 SMP dimana ayahnya telah meninggal dunia. Namun Kage tidak mempermasalahkannya. Dia tetaplah Techi, tidak ada yang berubah.
Mereka telah sampai dil lantai 2 lalu tinggal mencari apartemen no. 27. Mereka berhenti didepan pintu yang memiliki angka 27 disamping pintunya. Techi menekan bel namun tidak ada yang membuka pintu. Dia mengulanginya beberapa kali tapi sepertinya tidak ada orang didalam.
"Sepertinya tidak ada orang didalam" ucap Kage. Namun terdengar bunyi klik dari dalam rumah. Seorang wanita yang lebih tua dari mereka menampakkan diri dalam keadaan yang terbilang sangat berantakan. Rambutnya berantakan dan juga matanya yang merah seperti habis menangis dan lingkaran hitam dimatanya.
"Cari siapa?" ucap wanita itu kepada mereka. Techi menatap wanita itu dalam diam sehingga Kage yang menjawab pertanyaan wanita itu "Maaf mengganggu. Apa benar kak Risao tinggal disini?" Wanita itu membelalakkan matanya mendengar nama itu. Sepersekian detik dia menangis seperti jika nama itu disebut akan membuatnya terluka sangat dalam.
"Risao...Hiks...hiks.." Techi menatapnya dengan khawatir melihat kondisi wanita itu. Dia cepat-cepat menolongnya saat wanita itu terjatuh berlutut didepan mereka.
"Anda baik-baik saja?" ucap Techi memegang gadis itu. "Risao~..." Wanita itu tiba-tiba pingsan dalam pelukan Techi. "Kage telpon ambulance. Kak... mbak.." ucap Techi menggoyangkan tubuh wanita itu.
---------------------------------------------------------------
Ini akan jadi update terakhir dari semua cerita yang kutulis. Untuk sekarang aku fokus dulu sama dunia nyata '(*>﹏<*)′.
Dengan kata lain aku hiatus dulu
Author
~TNR~
KAMU SEDANG MEMBACA
Fleet of Time
FanfictionHirate Yurina tiba-tiba saja mendapat surat dari kakaknya yang telah pergi selama bertahun-tahun. Isi suratnya ternyata adalah permintaan terakhir dari kakaknya. Apa permintaannya? Apakah Hirate Yurina akan mengabulkannya? Cerita Baru untuk TechiNe...