Hirate Yurina menundukkan kepalanya sambil memijat pelipisnya merasa sangat gelisah. Dia tidak tau apa yang terjadi padanya. Ini hal baru baginya. Dia tidak pernah segelisah ini apalagi khawatir kepada wanita yang baru dia temui beberapa jam yang lalu.
Disampingnya, Kage yang tadi asik menscroll ponselnya kini mengalihkan pandangnya ke arah sahabatnya. Dia mengangkat alisnya saat menyadari Techi terlihat gelisah dan itu sangat mengganggunya. Dia ingin bertanya namun memilih untuk diam.
Techi tiba-tiba berdiri saat melihat pintu terbuka dan menampilkan seorang dokter keluar dari ruang tempat wanita itu diperiksa. "Bagaimana keadaannya?"
"Jangan khawatir. Dia tidak apa-apa, hanya saja dia kekurangan nutrisi dan kelelahan. Apa kalian keluarganya?" tanya dokter dan mereka berdua saling tatap, Techi dan Kage.
"Iya dok. Kami adiknya" bukan Techi tapi Kage yang menjawab. Dia tidak tau kenapa dia berkata seperti itu namun dia rasa dia harus mengatakannya.
"Kalian harus menjaganya. Memperhatikan pola makan dan nutrisinya apalagi sekarang pasien sedang mengandung"
"APA!!!!!" jawab mereka serentak. "Kalian tidak tau?" mereka berdua menggelengkan kepalanya. Dokter tersenyum tipis melihat mereka berdua. "Usia kandungannya sudah menginjak 2 bulan"
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu" ucap Dokter meninggalkan mereka berdua.
Techi dan Kage masuk kekamar dan mendekat ke arah wanita yang sedang tertidur di tempat tidur. Mereka berdua hanya dia menatapnya.
"Nee Techi, apa kau tidak mengenalnya? Ada kemungkinan besar dia istri kak Risao. Kau tau saat kita menyebut nama kak Risao, dia tiba-tiba menangis dan pingsan" Techi menggelengkan kepalanya "Aku tidak mengenalnya dan juga aku tidak pernah bertemu dengan istrinya." ucap Techi tidak mengalihkan pandangannya dari wajah wanita itu.
"Dan juga kemana kak Risao? Tidak mungkin kan dia meninggalkannya sendiri" Techi hanya diam saja membiarkan Kage mengoceh sendiri.
Tiba-tiba ponsel Kage berbunyi dan keluar dari ruangan untuk mengangkat panggilannya. Techi melangkah lebih dekat dan berhenti tepat disamping wanita itu.
Techi tahu ada sesuatu dalam diri wanita ini yang membuatnya merasa bersimpati. Apa karena ia melihatnya menangis? Namun Techi sudah sangat sering melihat orang menangis dan dia hanya membiarkannya. Apa mungkin karena wajahnya yang terlihat menderita? Entahlah, Dia tidak tau. Dia hanya merasa wanita ini butuh seseorang untuk menjaganya.
Techi mengangkat tangannya dan memperbaiki poni wanita itu dengan jari. Setelah itu dia menyentuh tangannya dengan jarinya.
"Techi aku harus pulang" ucap Kage saat kembali kedalam. Techi menatapnya dan mengangguk. "Kau tidak ingin ikut?"
"Aku akan disini sebentar lagi"
"Baiklah aku pergi"
Setelah Kage pergi, Techi hanya berdiri disana sambil memandang wajah wanita itu. Tidak melakukan apa-apa, hanya memandangnya. Setelah sudah cukup malam dia akhirnya pulang dan meninggalkan wanita itu. Yang ada dikepalanya saat ini kenapa kak Risao belum datang? Apakah dia tidak tau? atau memang dia meninggalkan wanita ini
Techi pergi dengan banyak pertanyaan dikepalanya
---
Keesokan harinya Techi berangkat ke sekolah seperti biasanya. Saat dia masuk kekelasnya dia mendapati gadis yang dia ingat bernama Kakizaki Memi sedang duduk di mejanya. Dia mengerutkan dahinya dan berjalan kearah gadis itu.
"Kenapa kau duduk disini?" tanya Techi dengan wajah datarnya. "Wali kelas menyuruhku untuk duduk di tempat yang sudah dia tentukan" jawab Memi saat dia menyadari kedatangan Techi. Techi diam menatapnya dan membuat Memi merasa ketakutan menatap mata hitam Techi. Dia segera menunduk dan berharap Techi pergi menjauh darinya.
"Ada apa ini?" ucap Kage yang baru masuk dan menepuk bahu Techi. "Oh Kakisaki-san, Kenapa kau duduk disitu?" Memi tidak menjawab pertanyaan Kage dan membuatnya kebingungan. Kage melirik Techi yang menghela napasnya dan pergi duduk didepan mejanya. Dia menggaruk kepalanya melihat Memi dan Techi yang tidak menghiraukannya. Tanpa banyak bicara lagi dia duduk di mejanya saat sensei sudah masuk kekelas.
Setelah pelajaran Techi merapikan bukunya lalu menoleh kebelakang untuk melihat Kage keluar dari kelas sambil meletakan ponselnya di teliganya, Sepertinya dia sedang menerima telpon. Sambil menunggu Kage kembali Techi melirik kearah Memi yang mengambil bentonya. Memi berdiri dari kursinya dan melihat Techi yang sudah memperhatikannya. Dia berjalan menunduk saat melewatinya. Techi hanya mengangkat alisnya saat dia melewatinya.
Kage kembali dan berjalan mendekatinya. "Techi wanita itu sudah sadar. Aku dapat telpon dari rumah sakit dan mereka meminta kita untuk menjemputnya. Sepertinya tidak ada orang yang menjenguknya termasuk kak Risao. Apa yang harus kita lakukan?" tanya Kage padanya.
"Apa lagi. Kita harus menjemputnya kan?" Techi langsung pergi keluar kelas dan berjalan menuju ke kantin
"eh? Tapi bisa jadi Wanita itu memang tidak ada hubungannya dengan kak Risao" ucap Kage yang menyusul Techi yang berada didepannya.
"Bagaimana pun juga kita yang membawanya kesana. Jadi kita harus bertanggung jawab" setelah mengatakan itu Kage memilih diam. Dia tau dia tidak akan pernah menang berdebat dengan sahabatnya.
Setelah pulang sekolah, seperti yang dikatakannya, Techi pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan wanita itu. Sebelumnya Kage meminta maaf karena tidak bisa ikut karena ada urusan keluarga dan juga Techi tidak masalah jika pergi sendirian. Techi langsung menuju keruang inap wanita itu.
Jika dipikir-pikir dia belum mengetahui nama wanita itu. Staff rumah sakit juga belum mengetahuinya karena tidak ada keluarga atau kerabat yang menjenguknya.
Saat berada tepat didepan pintu, Techi mendengar suara teriakan, tangis, dan keributan didalam. Merasa khawatir dia langsung membuka pintu dan melihat wanita itu memberontak untuk melepaskan genggaman para suster yang berusaha menenangkannya. Tanpa berpikir lagi, dia mendekati wanita itu dan berusaha untuk menenangkannya juga.
"Hei... Tenanglah. Tidak ada yang menyakitimu disini."
"Tidak papa" kata Techi dengan suara lembutnya sambil meletakkan tangannya di pundak wanita itu. Wanita itu menatap Techi tepat dimatanya sambil berkata dengan suara lemah "Jangan pergi.. kumohon" tepat setelah mengucapkan itu dia kembali tertidur karena suster memberikan obat penenang padanya.
Techi membaringkannya dengan lembut dan merapikan rambut panjangnya yang terlihat berantakan.
"Apa yang terjadi padanya suster?"
"Dia selalu seperti ini. Setiap sadar dia akan mulai menangis dan berniat untuk pergi jadi kami tidak punya pilihan untuk memberinya obat penenang"
apa yang terjadi padanya
"Ini dokumen data dirinya" ucap suster memberikan dokumen yang berisi data diri wanita itu. Techi mengambilnya dan melihat datanya. Ternyata namanya Nagahama Neru dan berusia 25 tahun dan sudah menikah dengan....
Hirate Risao
Techi tidak terkejut sama sekali karena dia juga sudah punya feeling kalau wanita ini istri dari kakaknya. Dia kembali membaca dokumennya dan sangat terkejut dengan keterangan 'tinggal sendiri karena suaminya sudah meninggal dunia'
Techi tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Kakaknya sudah tidak ada dan yang lebih parahnya tidak ada keluarganya yang tau, Bahkan ibunya. Dia tidak tau apa yang akan dirasakan ibunya jika mengetahui kalau kak Risao sudah tidak ada
ibu pasti akan terpukul
Techi tau di antara dia dan kakaknya, Ibu lebih menyayangi kakaknya. Dia bisa merasakan saat keluarga mereka masih baik-baik saja. Walaupun begitu Techi tidak iri sama sekali dengan kakaknya. Dia juga bisa merasakan cinta dari kedua orang tuannya.
Techi menghela napas dan memberikan dokumen itu kembali ke suster.
"Terima kasih suster" Suster tersenyum dan berjalan keluar dari ruangan meninggalkan mereka berdua. Techi duduk disamping Neru menatap wajah tidurnya.
bagaimana dengannya sekarang?
---------------------------------------------------------------
Author
~TNR~
KAMU SEDANG MEMBACA
Fleet of Time
FanfictionHirate Yurina tiba-tiba saja mendapat surat dari kakaknya yang telah pergi selama bertahun-tahun. Isi suratnya ternyata adalah permintaan terakhir dari kakaknya. Apa permintaannya? Apakah Hirate Yurina akan mengabulkannya? Cerita Baru untuk TechiNe...