Chapter 6

118 4 4
                                    

Hirate Yurina menatap ibunya yang sedang berbicara dengan seseorang melalui teleponnya dan ketika dia mengalihkan pandangannya dari luar, dia bisa melihat Nagahama Neru sedang duduk disalah satu meja restoran. Sekarang mereka berada di salah satu restoran dekat apartemennya. Ibunya ingin bicara berdua dengannya secara pribadi. itulah kenapa dia sekarang berada disalah satu ruang VIP restoran itu, dan Neru berada diluar menunggu mereka.

Techi beruntung ibunya mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Tapi apa yang ingin dia jelaskan? bukankah sudah jelas dia tidak mengabari lebih awal tentang kakaknya. Techi sudah melanggar janji yang mereka buat untuk selalu terbuka satu sama lain.

Dia mengangkat matanya saat menyadari ibunya sudah selesai menelpon, yang juga menatap kearahnya. Terjadi beberapa jeda antara mereka sampai ibunya memulai.

"Kamu bisa mulai Yurina. Jelaskan kepada ibu semuanya" ucap ibunya dengan suara tegas dan berwibawa. Ini tandanya Techi harus menjelaskannya secara rinci, tanpa ada kebohongan apapun.

"Yurina dapat surat dari kak Risao dan menyuruhku untuk datang ke apartemennya. Saat Yurina disana, Yurina malah bertemu dengan Nagahama Neru. Dia terlihat syok dan pingsan saat Yurina dan Kage menyebut nama kak Risao dan Yurina tidak punya pilihan selain membawanya ke rumah sakit. Dan disana dia mengatakan bahwa kak Risao sudah meninggal" Jelas Yurina singkat dan jelas, tanpa ada kebohongan sedikitpun. "Tapi jujur Yurina tidak pernah berhubungan dengannya. Tiba-tiba saja kak Risao mengirim surat dan memintaku untuk menemuinya".

"Kenapa kamu tidak langsung mengatakan hal itu pada ibu?"

"Yurina tidak ada niat untuk merahasiakannya. Yurina hanya mencari waktu yang tepat untuk itu"

"Apa kamu mengerti apa yang ibu rasakan saat tau kamu merahasiakan hal sepenting ini dari ibu?" Techi mengalihkan pandangannya dari wajah ibunya yang hampir mengeluarkan air mata. Hal yang tidak pernah dan tidak mau dia lihat lagi. Itu membuatnya sesak saat tau air mata itu jatuh karena dirinya.

Techi tau dia tidak seharusnya menundah untuk memberitahukan ibunya tentang hal sepenting ini tapi dia juga memikirkan perasaan ibunya. Dia seperti dikelilingi oleh pilihan yang benar-benar tidak menguntungkannya.

"Hirate Yurina!!! Tatap ibu!" Techi menutup matanya mendengar ibunya berteriak, untung saja ruangan itu kedap suara jadi tidak terdengar dari luar. Dia membuka matanya dan dengan rasa sungkan dia menatap kearah ibunya. Perasaan sedih menjalar ke dadanya melihat air mata ibunya sudah keluar dan berjalan menuruni pipinya.

"Ibu kecewa padamu. Ibu kecewa. Kamu mengingkari janji kita. Kamu berjanji akan mengatakan apapun pada ibu tapi hal sepenting ini kamu tidak mengatakan apapun pada Ibu" Yurina hanya menghela napas, melepaskan semua perasaan bersalah dan sedihnya melihat ibunya menangis. Dia tidak mau mengatakan apapun, dia tidak ingin membuat ibunya lebih marah lagi dan bersedih.

Ibunya mencoba mengatur deruh napasnya setelah mengeluarkan semua amarahnya. Perasaan kecewa pada Yurina dan berita kematian anak laki-lakinya yang tiba-tiba membuatnya tidak bisa berpikir dengan baik. Dia harus menjaga emosinya, tidak ingin lepas kendali dan membuatnya menyesal nanti.

"Kenapa kamu tidak langsung mengatakan hal ini pada ibu, Yurina? Jawab pertanyaan ibu." Techi tidak punya pilihan. Dia berniat untuk diam tapi sepertinya itu bukan pilihan yang baik.

"Karena aku memikirkan perasanmu ibu"

"Jika memang karena itu, kamu seharusnya mengatakan hal itu. Apa kamu bagaimana perasaan ibu saat tau kakakmu sudah tidak ada dan--"

Techi memotong. "Karena itulah!!" Yurina tanpa sadar meninggikan suaranya dan mencoba mengatur napasnya dan kemudian melanjutkan "Karena itulah aku tidak langsung mengatakannya pada ibu. Karena aku tau bagaimana perasaanmu saat mendengar itu. Ibu akan menangis lagi dan hancur mendengar kak Risao sudah tidak ada. Itu sangat menyakitiku, mengingat bagaimana ibu sangat menyayangi kak Risao dari pada aku. Bahkan saat kakak pergi dari rumah, ibu masih saja menyayanginya bahkan lebih dariku walaupun dia yang menghancurkan keluarga kita" Techi mengeluarkan semua yang dipendamnya selama 3 tahun dan tanpa sadar air matanya keluar.

Fleet of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang