Chapter 7

78 4 14
                                    

Techi menatap bosan kearah jalan sambil menunggu kedua wanita itu kembali. Ibunya memutuskan untuk menginap bersamanya selama seminggu karena dalam waktu 1 bulan ibunya akan pergi keluar negeri untuk urusan pekerjaan. Techi sudah terbiasa dengan itu dan dia mengerti. Dia juga terbiasa dengan sendiri jadi itu tidak masalah baginya.

Mereka sekarang kembali ke pemakaman, ibunya menyuruhnya untuk ikut bersama mereka, mengunjungi kakaknya tapi Techi hanya menunggu di mobil sampai mereka kembali. Terlintas dia bisa melihat kesedihan dimata ibunya. Techi tidak pernah secara blak-blakan mengatakan bahwa dia membenci Risao kepada ibunya tapi dari semua sikap dan ekspresinya saat ibunya menyinggung kakaknya, dia tau ibunya mengetahui hal itu dan berpura-pura tidak mengetahui apa-apa.

Meskipun dia sudah tidak ada, Techi masih tetap membencinya.

Techi melirik ke samping, melihat Neru dan ibunya sudah kembali. Dia turun dari kap mobil dan berdiri menunggu mereka menghampirinya. Dari kejauhan dia bisa melihat mata ibunya memerah karena air mata.

Keterkejutan dan kebingungan terlihat diwajahnya saat Ibunya tiba-tiba saja memeluknya dengan erat. "Yurina, ayah dan kakakmu sudah meninggalkan kita" Techi membalas pelukan ibunya dan membalasnya lebih erat. "Masih ada Yurina bu. Juga Neru dan calon anaknya." Techi mengangkat pandangannya menatap wanita yang menatap kearahnya juga "Jangan menangis lagi. Yurina benci melihat air matamu, ibu" ucapnya sambil melepaskan pelukannya dan menghapus air mata ibunya dan menghadirkan senyuman ibunya.

Tindakan Techi tidak lepas dari pandangan mata Neru yang membuatnya tersenyum manis. Gadis yang terlihat cuek dan dingin bisa bersikap lembut dan hangat. Entah kenapa hal itu membuatnya teringat pada Risao. Untuk sekian kalinya dia merindukannya. Air matanya jatuh dan hal itu ditangkap oleh Techi dan Ibunya.

Ibu mendekat dan memengang kedua tangan Neru. "Pasti sangat berat untukmu." ibu mengelus kepala Neru, memberikan kenyamanan pada gadis itu. "Terima kasih sudah mau bertahan Neru-chan. Sekarang ibu yang akan mengganti tugas Risao untuk menjagamu. Sekarang kamu tidak sendirian" Ibu mengelus kepalnya dan Air matanya Neru tidak bisa lagi bertahan. Perkataannya seperti sebuah penyelamat dalam hidupnya. Sekarang dia sudah bisa bernapas lega, sudah bisa membuang semua kekhawatiran dalam dirinya.

Saat Risao meninggalkannya, banyak kekhawatiran muncul. Seperti apakah dia bisa bertahan? Apakah dia bisa membesarkan anaknya sendiri? dan saat Techi muncul, itu seperti lampu kecil yang bersinar dalam hidupnya memberikan sedikit kehangatan dan saat bertemu dengan ibu, sinar itu perlahan meredup dan sekarang bersinar terang. Ibu menerimanya dan bisa merasakan rasa sayang seorang ibu.

Techi memperhatikan mereka dan kali ini dia merasakan kehangatan dalam hatinya, dia menunduk dan muncul senyum dibibirnya

-----

Pagi hari....

Pagi hari seperti biasanya, Techi bangun dikasurnya dan kali ini dia tidak tidur di futon lagi. Dia tidur dikamarnya sendiri dan ibunya bersama Neru tidur dikamar sebelah. Beberapa hari sebelumnya ibunya memanggil petugas kebersihan kamar untuk membersihkan kamar itu dan akhirnya Techi bisa kembali ke kasur empuknya.

Setelah bersiap, dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. orang yang tidak diharapkannya muncul didapur malah dengan senyum manis dibibirnya menatapnya sambil memakai celemek yang mengitari tubuh mungilnya.

Techi menghela napas. "Apa yang kau lakukan?" Senyum dibibir Neru seketika luntur mendengar pertanyaan Techi. Dia meletakkan semangku soup didepannya dan melepaskan celemeknya. "Membuat sarapan untuk kita"

"Bukankah sudah kubilang untuk berhenti memasak?" Neru hanya diam berdiri disana dan ibu datang sambil menyentuh pundak Techi. "Ada apa Yurina? Oh Neru-chan kau sudah selesai" Ibunya menghampiri Neru dan duduk disampingnya. "Ayo kita makan. Yurina Ayo duduk"

Fleet of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang