"Missing someone you can't talk to is painful'
Musik jazz mengalun begitu menenangkan, menyapa telinga yang masih setia untuk mendengarkan ketika waktu telah menunjukkan pukul 01.00 AM. Bukan diskotik, hanya restoran yang buka hingga pagi menjelang dan tutup sampai tengah siang nanti. Tak ada sorak- sorai, tak ada juga suara bisik dari meja sebelah, hanya ada suara denting garpu dan porselen yang tampak mewah.
Si pemilik makanan sesekali terdiam dan melirik ke arah lain, hanya untuk menangkap kata yang beriringan dengan musik jazz itu. Entah sejak kapan ia menyukai musik seperti itu, mungkin empat atau lima tahun lalu. Terkadang, suara yang mengalun itu menciptakan tenang, terkadang menciptakan cemas. Musik yang terdengar, mempengaruhi ingatan dan perasaannya begitu cepat.
Karena itu, ia memilih tengah malam untuk mendengarkan. Sekedar untuk mengenang ataupun menyesali yang telah terjadi. Steak di hadapannya dibiarkan begitu saja, iris hitam nya menyorot pada lilin yang menyala di hadapannya ketika lantunan musik jazz kembali menyapa nya setelah beberapa saat terhenti.
"I'm singing in the rain,
Just singing in the rain,"
Pandangannya perlahan terangkat, menatap kosong pada piringan hitam yang memutarkan lagu itu, lagu yang membuatnya terjebak dalam ingatan yang memang tak mampu dihapusnya begitu saja. Lagu yang mengiringi setiap langkah nya, bersama dengan rasa yang bermekaran seperti musim semi, musim semi beberapa tahun lalu hingga air mata terjatuh begitu saja, tanpa izin membuatnya melirik pada gelang berwarna merah yang tampak kesepian.
"Apa, kita bisa bertemu lagi, Ka Taehyung?"
***Bunga bermekaran di tengah dingin nya udara sisa musim dingin beberapa waktu lalu. Musim dingin terlewati begitu saja, tak terasa setelah perayaan natal yang begitu ramai, lebih ramai dari tahun baru. Mungkin euforia hari libur terpangkas habis di malam natal hingga suara kembang api tak lagi asing di telinga.
Angin berhembus begitu lembut, menyentuh kulit untuk memberitahu bahwa hari masih terlalu dingin untuk mengenakan lengan pendek di luar ruangan. Tas selempang tampak berat dengan buku yang dibawa, buku catatan, buku rumus dan buku yang berisi teori- teori yang dibutuhkan.
Waktu masih menunjukkan pukul 08.00 AM, masih terlalu pagi untuk memulai kelas, bahkan para profesor tampaknya memilih untuk memundurkan kelas mereka bahkan membatalkannya. Musim semi sangat cocok untuk sekedar minum kopi di tengah rimbunnya dedaunan dan mentari yang sedikit hangat. Tak boleh dilewatkan walaupun tanggung jawab mundur beberapa jam dari waktunya.
Namun, pemuda itu tampak terdiam cukup lama, mengabaikan dingin dan beberapa orang yang juga melewati jalanan yang sama menuju kampus ternama yang ada di ujung jalan. Ia menghela napas berat sebelum pandangannya beralih pada jalanan yang hanya dilewati oleh beberapa orang. Tak bersuara bahkan ketika kakinya melangkah.
Iris hitam yang dibingkai lentiknya bulu mata itu sesekali menatap pemandangan tengah kota yang dapat terlihat dari tempatnya melangkah sekarang. Indah walaupun ditutupi oleh sedikit kabut tanda dingin masih menyapa pagi ini. Tetapi, pemuda itu tampak tak peduli dan menikmati dingin nya hari ini.
Ponselnya berdering, sedikit membuatnya terkejut karena melenyapkan sepi begitu saja. Ia menghela napas dan memastikan siapa yang menghubungi nya pagi seperti ini. Tampak nama 'Ka Yoongi' di sana. Kode pager itu terlihat dan tampaknya, Ka yoongi ingin membicarakan sesuatu. Mungkin, hal yang penting membuatnya melangkah ke arah telepon umum di sana dan menghubungi Yoongi.
Jungkook memasukkan beberapa koin, membiarkan telepon itu berdering dan menunggu Yoongi untuk menyambungkan panggilannya.
"Halo," Pemuda beriris hitam itu menyapa tanpa mengalihkan pandangannya, menunggu rekan bicara nya untuk bersuara. "Aku tengah diperjalanan menuju kampus," jawab nya terjeda karena angin berhembus cukup kencang.
"Kampus? Pagi seperti ini, Jungkook?" Pertanyaan itu jelas diajukan untuknya, membuatnya mengangguk walaupun lawan bicara tak melihat. "Ada yang harus aku pelajari. Ku tutup telfon nya." ucap pemuda bernama Jungkook itu, tanpa menunggu keputusan dari lawan bicara, ia memilih untuk menutup telpon, tampaknya tak ada yang penting.
Kaki nya kembali melangkah, menghela napas pelan hingga ia kembali mendengar ponselnya berdering, membuat langkahnya terhenti begitu saja. Tanpa Jungkook sadari si pembawa sepeda yang ada di balik punggung nya kehilangan keseimbangan karena dirinya berhenti tiba- tiba. Jatuh bukan pilihan, tetapi sudah dipastikan, pengendara itu terjatuh dan membuat Jungkook sedikit terkejut karena nya.
Pengendara sepeda mengerang kecil karena lengannya bergesekan langsung dengan aspal, melirik pada Jungkook yang hanya menatapnya dalam diam, tanpa ada perasaan bersalah dan mengambil langkah mundur setelahnya.
"Apa yang kau lakukan?" ucap Jungkook dengan nada datar, pertanyaan penasaran, tetapi nada bicaranya terkesan hanya basa basi belaka. Jelas itu adalah basa basi, Jungkook mampu melihatnya sosok pria berpakaian aneh terduduk bersama sepeda nya, tak mungkin pria itu tengah piknik di jalanan menanjak.
"Kau bertanya, apa yang aku lakukan?" tanya pria yang mengenakan pakaian casual. Jaket berwarna hitam dan mantel musim dingin yang masih membalut tubuhnya. "Kau yakin, bertanya apa yang aku lakukan?" tanya nya sekali lagi membuat Jungkook terdiam, memasukkan jemari ke dalam celana nya dan mengangguk tanpa peduli.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jungkook lagi yang kini diabaikan oleh beberapa pejalan kaki yang tak ingin ikut campur dengan kejadian itu.
Angin berhembus cukup kencang, menerpa helaian rambut cokelat milik pria yang masih menatap tak percaya pada sosok di hadapannya. Tampak aneh dan tak ada kepedulian sama sekali hingga pria itu menghela napas, bangkit dari duduk nya dan menyandarkan sepeda pada tubuhnya yang telah berdiri tegap.
"Menyingkirlah," ucap nya membuat Jungkook membalas tatapan menyebalkan itu dengan seringai kecil di wajahnya. Ia tak menyangka akan dihadapkan dengan kejadian tak menyenangkan seperti ini di pagi hari musim seminya. "Jika tidak bisa menggunakan sepeda, lebih baik tak perlu menggunakannya." ucap Jungkook ketus, sambil berbalik dan melangkahkan kakinya. Rasa kesal nya bisa saja sampai ke langit jika masih melihat pria itu.
"Wah," suara tidak percaya itu terdengar dari si pemilik sepeda. Iris cokelat nya memandang tepat pada punggung yang kian menjauh, tak berbalik, dan tak ada niat untuk meminta maaf karena berhenti begitu tiba- tiba. "Anggap saja aku terjatuh karena angin." gumam nya mencoba untuk menerima kejadian pagi yang tak menyenangkan.
Jalanan itu menjadi saksi bisu pertemuan pertama nya dengan si pemilik sepeda model terbaru, iris berwarna cokelat begitu hangat dan rambut tebalnya. Jalanan itu menjadi saksi, betapa dingin nya awal musim semi di tahun itu, tahun di mana memang ia tak pernah merasakan hangat dan rasa bersalah. Seolah, perasaannya mati karena tak tahu digunakan untuk apa.
Waktu menunjukkan pukul 03.00 AM, angin masih berhembus begitu dingin, mencubit kulit nya di musim semi kali ini. Setelah mendengar lagu Singing In The Rain, kakinya melangkah begitu saja di jalanan menanjak di mana bunga sakura tampak tengah berguguran, tak seperti waktu itu, bunga sakura bermekaran cukup lama, sangat lama dan menyenangkan.
Tatapannya terlihat kosong, mengabaikan dingin nya udara di musim semi kali ini. Pandangannya menunduk, lengan nya terarah pada bibir yang tampaknya tengah terisak, tanpa suara. Kaki nya berlutut seolah tak sanggup lagi untuk menopang tubuh nya, pundak nya terasa begitu berat hingga isak tangis menghancurkan sunyi kali ini.
Isak tangisnya terdengar menyakitkan, napasnya sesekali terhenti hanya karena ia tak mampu lagi melanjutkan tangisnya, tetapi perasaannya semakin terasa sakit, sangat sakit hingga ia menangis begitu kencang di tengah tanjakan dengan kenangan yang mengawali hidup penuh warna nya.
"Kembali lah. Aku kesepian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
RomanceRindu. Kata yang menggambarkan kisah di musim semi yang bermekaran. Kata yang ditakdirkan untuk dua manusia yang terpilih oleh semesta. Rindu bukan hanya kata belaka, ada makna dan kisah bagaimana rindu bisa datang. Karena cinta, ingatan atau perpis...