BAB 3

572 110 8
                                    

Masih di musim yang sama, seolah musim semi kali ini berjalan begitu lambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih di musim yang sama, seolah musim semi kali ini berjalan begitu lambat. Padahal tinggal beberapa langkah lagi menuju musim panas yang hangat, lalu terik di bulan selanjutnya. Belum ada kabar mengenai liburan akhir semester walaupun mahasiswa tingkat akhir, tidak merasakan adanya liburan karena penelitian yang sudah di depan mata.

Namun, sosok pemilik iris berwarna cokelat itu tampaknya masih sibuk menggenggam sebuah tiket yang sengaja ditutupi seolah orang lain tak boleh melihat. Ia tampak gelisah dengan pandangan yang terarah pada taman yang kini tampak indah dengan bunga bermekaran, bukan lagi bunga salju yang menumpuk di sana. Taehyung tersadar, taman itu cukup indah jika dilihat dari dekat.

Iris nya kembali menatap pada tiket dalam genggamannya, tiket berharga yang diberikan oleh seorang penulis teater bernama Namjoon. Taehyung sangat menyukai setiap tulisan kakak tingkatnya itu dan ia mendapatkan dua tiket untuk menonton.

Tampaknya, Namjoon menyindir nya keras agar segera mencari kekasih baru sebelum menempuh dunia kerja yang sebenarnya. Taehyung tak mengerti, sepenting apa mendapatkan pasangan sebelum lulus kuliah. Ia menikmati masa muda nya dan kebebasannya sekarang.

Taehyung menggelengkan kepalanya kuat, ia harus kembali fokus pada dua tiket yang kini dalam genggamannya. Sangat disayangkan jika tiket ini tidak terpakai, yang berarti satu kursi akan kosong di sampingnya. Namun, Taehyung tak tahu harus mengajak siapa. Tak semua orang menyukai pertunjukan teater di tengah gemparan film di bioskop.

"Orang pertama yang menyapa, akan kuberikan tiket ini." Taehyung membuat keputusan demikian. Memejamkan matanya dan tak peduli siapapun yang menyapa nya, akan mendapatkan tiket. Ia akan menunggu bahkan hingga nanti sore, karena kebetulan kelas nya telah selesai pagi ini.

"Taehyung,"

Taehyung merasa tak asing dengan suaranya, membuatnya ragu untuk membuka mata dan Taehyung berharap bukan sosok aneh yang menyapanya kali ini. Ia mengingat pernah ada yang menyapa nya dan meminta cium dengan alasan kalah dari permainan. Taehyung menggelengkan kepalanya hingga suara itu kembali memanggilnya diikuti dengan suara koin yang masuk ke dalam vending machine.

"Kau bermimpi buruk?"

Pertanyaan itu membuat Taehyung membuka mata nya, mendapati pemuda dengan iris berharap hitam pekat tengah menatapnya dengan raut wajah datar seperti biasa. Jika Taehyung perhatikan, pemuda itu tak pernah tersenyum. Hanya ada raut wajah kesal atau raut wajah datar hingga Taehyung pun mengangkat alis nya penuh tanda tanya ketika satu kaleng minuman ada di depan mata nya.

"Te-," Jungkook mencoba untuk mengucapkan kalimat yang sulit diucapkan seumur hidupnya. Namun, tatapan itu seolah menunggu membuat Jungkook berusaha begitu kuat agar kalimat itu keluar dari bibirnya.

"Kau mendapatkan tiket ini," Jungkook membatalkan rencananya untuk berterima kasih ketika pria itu memotong ucapannya dan mengambil sekaleng soda dari genggamannya. Mungkin, pria itu paham membuat Jungkook mengerutkan kening nya sebagai bentuk tanda tanya ketika tiket itu ada di dekatnya.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang