BAB 2

662 120 6
                                    

"Apa yang kau lakukan?" Pria itu berbicara sendiri di depan toko kelontong setelah membeli plester dan juga obat merah untuk mengobati luka nya akibat gesekan aspal. Sesekali ia menggerutu mengingat pertanyaan pemuda dengan raut wajah datar itu hingga ia terus menggelengkan kepalanya tak percaya, ada sosok seperti itu melintas di kehidupannya.

Sesekali ia meringis karena sungguh luka bekas gesekan aspal sama sakitnya dengan luka akibat sisi kertas persegi. Ia kembali menghela napas nya, bersandar pada sandara dan membiarkan sepeda nya bersandar di tempat parkir yang tak jauh dari jarak pandang nya.

Ia tengah berpikir, apa mungkin sepeda itu tidak cocok untuknya hingga di hari pertama sepeda itu menyentuh jalanan beraspal, terjatuh begitu saja karena orang berhenti mendadak di hadapannya. Ia tak ingin menyalahkan pemuda itu dan ingin segera melupakan kejadian hari ini. Ia cepat lupa dan tak masalah, asal kejadian ini tidak terulang.

"Taehyung, semoga hari ini jadi hari yang baik." ucapnya pada diri sendiri, memanjatkan doa pada langit dan berharap tak ada kejadian aneh. Ia harus fokus untuk mata kuliah sore nanti. Taehyung sungguh tak menyukai mata kuliah itu dan itu hal yang wajar bagi mahasiswa akhir sepertinya. Ia cukup muak dengan kehidupan kampus dan ingin pindah ke kehidupan lain.

"Mungkin, aku merasakan hidup sebagai seorang pelukis, daripada mahasiswa bisnis." Ia kembali bergumam hal yang tidak jelas, memilih untuk menunduk dengan siku yang bertumpu pada paha. Ia memastikan perban nya tak akan terlepas hingga suara koin yang masuk pada vending machine di sampingnya, membuyarkan lamunan.

Taehyung terdiam, pandangannya terjatuh pada sosok pemuda yang tengah memasukkan beberapa koin ke dalam vending machine, raut wajah nya tampak datar, rambutnya menutupi hampir seluruh kening nya. Taehyung tak percaya, ia kembali bertemu dengan pemuda tadi pagi yang- Taehyung menghentikan ucapannya, tak ingin menyalahkan.

Merasa diperhatikan, pemuda itu melirik ke arah Taehyung dengan tatapan tak bersahabat. Kejadian saling pandang pun terjadi selama beberapa detik, sebelum Kim Taehyung menghela napas dan membiarkan pemuda itu untuk melakukan kegiatannya, memasukkan koin entah berapa banyak ke dalam vending machine.

"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, tapi hari ini luar biasa. Aku melihatmu dua kali dalam sehari," ucap Taehyung yang mencoba untuk menyapa walaupun sedikit sinis. Entah kenapa, pemuda itu tampak menyebalkan di hadapannya.

Namun, ucapannya diabaikan begitu saja dan Taehyung kembali melirik ke arah pemuda yang masih memasukkan koin ke dalam vending machine. Taehyung mengerutkan kening nya, berapa banyak yang pemuda itu masukkan dan apa yang sebetulnya dilakukan. Taehyung tak mengerti.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Taehyung penasaran, berhasil menarik iris hitam untuk menatapnya sejenak sebelum tatapan itu sangat tidak bersahabat. "Kau melihatnya sendiri." ucapnya tanpa ada keramahan sedikitpun. Taehyung menyesal telah bertanya dan memilih untuk bangkit, pergi dari toko kelontong ini adalah pilihan terbaik.

Langkahnya terhenti ketika pemuda itu masih memasukkan koin ke dalam vending machine. "Kau ingin merusak mesin itu?" tanya Taehyung membuat pemuda berkulit seputih susu itu terdiam dan menghentikan kegiatannya. "Kau pikir aku bodoh?" pertanyaan itu diajukan oleh pemuda sinis yang tak Taehyung ketahui masalah hidupnya.

"Aku hanya ingin membeli 10 minuman, karena itu aku memasukkan banyak koin." ucapnya dan melirik pada Taehyung sejenak. "Dan berhentilah mengatakan 'kau' aku memiliki nama." ucap Jungkook yang tak menyukai panggilan dari pria aneh itu.

"Baik, siapa namamu?" tanya Taehyung dengan tingkat kesabaran yang cukup tinggi sehingga pemuda itu meliriknya. "Kita tidak memiliki alasan untuk berkenalan."

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang