Chapter 12 : Angelical Light

11 2 0
                                    

Chapter 12 : Angelical Light
[Angelical Light]

Di kedalaman jurang yang gelap, Yuka terjun ke dalam kehampaan, tubuhnya mendarat di bantalan dedaunan lembut di dalam semak-semak, untuk sesaat tertegun oleh dampaknya.

Jurang memancarkan aura kegelapan dan kelembapan, esensinya terjalin dengan sekelilingnya.

Setelah beberapa saat berlalu, mata Yuka terbuka lebar, perasaan putus asa mencengkeramnya saat ia melangkah maju, mencengkeram pedangnya. Pergelangan tangannya berdenyut, menanggung beban banyak luka yang dideritanya.

"Mengapa kami dilemparkan ke alam yang tidak diketahui ini?" batinnya, pikirannya berputar ketika ia mempertanyakan tujuan di balik rangkaian peristiwa membingungkan yang telah mereka alami di dunia asing ini.

Perenungannya berlarut-larut, bergema di benaknya. "Aku pernah membayangkan hidup dengan Satoruu, bebas dari konflik setelah kematian orang tuaku. Tapi sekarang, kenyataan menghadapkan kami pada konflik saat ini yang meragukan kelangsungan hidup kami di dunia ini."

"Jika kami bertahan dalam menghadapi cobaan yang mengancam nyawa ini, salah satu dari kami pasti akan ... akan ...."

Saat air mata menggenang di matanya, menetes di pipinya, Yuka menghentikan langkahnya, turun ke dalam perenungan yang mendalam. Kesedihan yang luar biasa menguasainya, karena siklus konflik yang tiada henti terus menghantam mereka.

Saat satu pertempuran berkurang, yang lain muncul dengan intensitas ganas. Tanpa sepengetahuannya, dunia ini bahkan lebih kejam daripada dunianya sendiri, di mana sihir berkuasa dan konflik meletus, mampu memicu perang.

Seolah berempati dengan kesedihannya, hujan turun ke jurang, semakin memperdalam rasa keterasingannya.

Terpaksa melintasi medan berbahaya, ia merenungkan strategi pelariannya, tahu ia tidak bisa mengandalkan siapa pun kecuali dirinya sendiri. Cadangan energinya telah habis, membuat sihir cahayanya tidak dapat diakses.

Dengan berat hati, ia bangkit sekali lagi, wajahnya tergores kemurungan yang datar. Luka menghiasi tubuhnya, jejak darah menodai pipinya. Kakinya gemetar saat ia menekan, kekuatan mereka goyah, tampaknya tidak mampu menanggung perjalanan yang sulit. Pedang di tangannya, yang dulu berkilau, sekarang memiliki bekas kotoran dan aus.

Harapan berkedip dalam dirinya saat ia merindukan jalan keluar, dan akhirnya, ia menemukan sebuah gua. Terlepas dari kegelapan dan kelembapannya, ia memutuskan untuk menjelajahi kedalamannya, tekadnya mengesampingkan ketakutan apa pun.

Yuka merangkak ke dalam gua, napasnya tersengal, dan hatinya berdebar kencang. Kegelapan gua itu menelan cahaya, seolah-olah menelan harapannya juga. Dia berhenti sejenak, mencoba mendengarkan suara alam, mencari petunjuk atau jalan keluar.

Tiba-tiba, sebuah suara wanita yang merdu mengalun di udara, "Yuka ... kasihan sekali dirimu," bisik suara itu, lembut namun membawa racun.

Yuka menegang, mencari tahu sosok wanita itu. "Siapa? Tunjukkan dirimu!"

Dari balik tirai kegelapan, seekor kelelawar besar muncul, matanya berkilauan dengan niat jahat. "Mereka meninggalkanmu, Yuka. Teman-temanmu, Satoruu ... mereka tidak peduli padamu," lanjut kelelawar itu, suaranya sekarang terdengar menghasut.

Yuka menggelengkan kepalanya, tidak percaya pada kelelawar itu. "Tidak, itu tidak benar. Mereka mencintaiku."

"Oh, benarkah?" Kelelawar itu mendekat, sayapnya hampir menyentuh wajah Yuka. "Jika mereka mencintaimu, mengapa mereka tidak ada di sini? Mengapa kamu terluka dan sendirian?"

Misteri Gelombang Dunia Lain: Blood Moon [Volume 1] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang