ABM ~ part 11 Flashback

18 6 7
                                    

happy reading

Bel pulang sekolah sudah berdenting 20 menit yang lalu tapi Clara belum juga menemukan angkot yang cocok untuknya, sebenarnya Kayla sudah menawarkan tumpangan untuk Clara tapi dirinya tidak mau karena memang rumah mereka tidak searah. Clara tidak ingin merepotkan sahabatnya yang satu itu.

"Neng mau naik angkot?" tanya seorang supir angkot yang berhenti tepat di depan Clara. Cewek itu melihat ke dalam angkot, penumpangnya tidak banyak hanya ada empat orang jika ikut dirinya ada lima orang. Angkotnya juga tampak sangat bersih. Sepertinya ini angkot yang sesuai untuknya.

"Iya, Pak," jawab Clara menaiki angkot itu.
Angkot yang ia tumpangi perlahan mulai melaju, awalnya angkot itu tampak berjalan elok, kecepatannya masih di atas rata-rata tapi seorang ibu-ibu dengan sanggul besar di kepalanya tiba-tiba saja menyuruh supir angkot untuk menambah kecepatannya, ibu itu baru saja mendapatkan telepon dari suaminya kalau anaknya masuk rumah sakit karena demam tinggi.

Awalnya supir angkot itu menolak untuk menambah kecepatannya tapi ibu itu ngotot meminta supirnya menambah kecepatannya dengan air mata yang bercucuran, katanya dia sangat khawatir dengan keadaan anaknya. Supir angkot itu akhirnya menambah kecepatannya, penumpang lainnya mulai merasa cemas. Sama halnya dengan Clara, cewek itu sedari tadi terus berdoa supaya perjalanannya kali ini tidak terjadi apa-apa.

Namun takdir berkehendak lain, angkot yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan saat ingin mengelakkan mobil truk yang ada di depannya. Rem angkot itu blong sehingga menyebabkan angkot, supir beserta penumpangnya masuk ke dalam jurang.

Lima penumpang angkot termasuk Clara sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat, sementara supir angkot tadi masih dalam pencarian.

Mendengar kabar Clara kecelakaan orang tua beserta adiknya langsung menuju ke rumah sakit. Clara dinyatakan koma oleh Dokter karena Clara mengalami luka yang cukup parah dibagian kepala. Tiga penumpang lainnya dinyatakan meninggal saat dalam perjalanan menuju rumah sakit dan ibu-ibu dengan sanggul besar di kepalanya itu hanya luka ringan dibagian tangan dan kaki.

***

"Ayah, Bunda," panggil Clara masih dalam keadaan mata tertutup, ini sudah hari ketiga Clara terbaring lemah di rumah sakit. Selama Clara dirawat di rumah sakit Kayla sering menjenguknya.

"Ayah, Bunda," panggil Clara lagi dengan suara lemah. Jari-jarinya perlahan mulai bergerak. Keano-adiknya Clara yang melihat kakaknya mulai menunjukkan tanda-tanda sadar segera memanggil dokter. Saat ini yang berjaga di ruangan Clara hanya adiknya, kedua orang tuanya sedang ke kantin rumah sakit untuk membeli makan siang.

"Dok, kakak saya mulai sadar," ucap Keano pada Dokter yang baru saja masuk ke ruangan Clara. Dokter dengan name tag 'Farhan' itu bergegas memeriksa keadaan Clara.

"Ada apa ini, No?" tanya Fey pada Keano, ia dan suaminya baru saja masuk ke dalam ruangan anaknya. Tapi sudah ada dokter di dalamnya, padahal sebelumnya hanya ada Keano di situ.

"Pasien sudah berhasil melewati masa-masa komanya, kita tinggal nunggu waktu saja untuk pasien sadar," ujar Dokter Farhan selepas memeriksa keadaan Clara. Kedua orang tua Clara beserta adiknya saling mengucap syukur, akhirnya doa-doa mereka selama ini terkabulkan.

"Terima kasih, Dokter. Terima kasih," ucap Reno-Ayahnya Clara.

Dokter Farhan tersenyum, "sama-sama, Pak."

"Ayah, Bunda," panggil Clara, secara perlahan matanya mulai terbuka.

Reno, Fey dan Keano mendekati Clara, "iya, Nak. Bunda, Ayah sama Keano ada di sini." Fey memegang kedua tangan Clara. Mata Clara perlahan demi perlahan terbuka sempurna. Clara sontak terkejut ketika melihat ada banyak makhluk tak kasat mata di ruangannya, ada hantu pria dengan wajah hancur sebelah, ada hantu wanita yang ngesot dengan berpakaian suster, bahkan ada hantu anak kecil tanpa tangan.

Clara mendudukkan tubuhnya ketakutan, "Ayah, Bunda mereka siapa? Kenapa wujud mereka sangat menyeramkan?" Clara menutup matanya, sementara kedua orang tua, adiknya, beserta dokter kebingungan dengan sikap Clara yang aneh. Reno melihat sekeliling ruangan Clara, tidak ada siapa-siapa di situ. Hanya ada dia, istrinya, anaknya dan dokter.

"Tidak ada siapa-siapa di sini, Nak," ujar Reno, "siapa yang kamu maksud?"

"Ada, yah. Mereka ada di sini, mereka menyeramkan sekali Ara takut, Ara mau pulang saja," tukas Clara menggoyang-goyangkan lengan Ayahnya.

"Dok, anak saya kenapa? Kenapa tiba-tiba sikapnya aneh seperti ini?" tanya Fey panik.

"Sepertinya akibat kecelakaan yang dialaminya mata batin pasien jadi terbuka, itu sebabnya pasien dapat melihat mereka yang sudah meninggal."

Fey, Reno, dan Keano terkejut, mereka tidak menyangka hal ini akan terjadi pada Clara. Setelah Clara diizinkan untuk pulang, kedua orang tua Clara mencoba beberapa cara alternatif untuk menutup mata batin Clara tapi tidak ada yang berhasil.

Lambat laun berjalan Clara akhirnya mulai terbiasa dengan kelebihannya itu, Clara, orang tua dan adiknya bersepakat menyembunyikan hal itu pada semua orang termasuk sahabat Clara, Kayla. Mereka takut kalau orang-orang tidak ada yang percaya dengan kemampuan Clara ini dan malah menganggap Clara tidak waras.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Bisa Melihatnya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang