ABM ~ Part 18 Jasad Raya 2

31 7 8
                                    

Huhu akhirnya bisa nyempetin waktu buat nulis :/

Clara masih terus melambaikan tangannya, "Zai."
Zai yang merasa terpanggil semakin mempercepat langkahannya bahkan sesekali ia berlari, Zai tidak tahu siapa orang itu, tapi Zai seperti tidak asing dengan suaranya.

"Kau," tunjuk Zai mencoba mengingat wajah Clara, "kau perempuan yang tadi siang beli piscok itu, bukan?"

"Iya," jawab Clara seadanya.

"Kenapa kau ada di sini? Sendirian lagi." Zai melihat sekelilingnya yang gelap dan dipenuhi dengan pohon-pohon besar ditambah lagi suara burung hantu saling sahut menyahut membuat suasana di hutan ini begitu menyeramkan. Ia masih tidak habis pikir kenapa gadis itu bisa ada di sini sendirian? Dan hanya berbekalan cahaya lampu handphone.

"Bodoh, siapa juga yang sendirian. Apa kau pikir aku ini cukup berani untuk datang ke hutan ini sendirian, " gerutu Clara dalam hati.

"Emh...."

"Langsung to the point saja, Ra. Sudah jam berapa ini," ujar Aksa yang diangguki Raya.

Clara melirik sekilas Aksa dan Raya, "Jadi, kau ke sini untuk mencari kak Raya, kan? Sekarang ikuti aku!"

Zai terkejut, bagaimana mungkin Clara mengetahui tujuannya datang ke sini? Tadi selepas pulang nongkrong Zai menyempatkan waktu untuk berkunjung ke kosan Raya, ia sedikit panik karena dua hari ini kekasihnya itu sama sekali tidak pernah mengabarinya.

Saat sampai di kosan Raya, Zai malah tidak menemukan keberadaan kekasihnya itu dan kata tetangganya Raya belum pulang sejak kemarin. Rasa khawatirnya semakin menggebu-gebu sampai akhirnya ia melacak keberadaan Raya menggunakan nomor handponenya.
Zai menemukan lokasi Raya yang letaknya ada di hutan ini, itu sebabnya ia bisa sampai ke tempat ini.

"Di dalam situ, Zai," ucap Clara menunjuk kearah jurang.

Zai menatap Clara bingung, "sebentar, kau tahu dari mana kalau Raya ada di dalam situ? Apa kau mencoba membohongiku?"

"Dasar! Tinggal masuk saja apa susahnya, sih," ucap Aksa yang sedikit melirik kearah Raya, sedangkan Raya menatap sendu Zai.

Clara menarik nafas dalam-dalam, di sini dia berniat baik untuk membantu Zai menemukan kekasihnya, kenapa sekarang malah dia dituduh yang aneh-aneh?

"Dengarkan aku baik-baik, Zai. Kau yang kuat, ya, aku tahu kau sangat mencintainya, dengan berat hati aku harus mengatakan kalau kak Raya sudah meninggal, dia dibunuh oleh sosok bertopeng dan sekarang jasadnya dibuang ke dalam jurang itu."

Zai menggeleng tidak percaya, dia sedikit tertawa, "jaga bicaramu, kekasihku itu masih hidup, aku yakin dia masih hidup. Kau hanya membuang-buang waktuku. Dasar aneh!"

"Aku tidak berbohong, Zai. Aku melihat semuanya! Kak Raya ada di dalam situ dan sekarang jasadnya benar-benar butuh bantuan, tolong percaya padaku." Clara menatap Zai dengan penuh keyakinan.

"Baiklah, aku akan masuk ke dalam jurang itu. Tapi awas saja kalau kau membohongiku."

Clara tersenyum bahagia, akhirnya setelah ini dia tidak akan diganggu lagi sama hantu kak Raya.

*****

Gundukan tanah yang masih basah banyak ditaburi bunga-bunga, cuaca mendung ditambah lagi hujan rintik-rintik membuat suasana semakin haru.

Acara pemakaman baru saja selesai. Satu persatu orang-orang disitu pun mulai pergi. Kini hanya tersisahkan Clara, Kayla, Thea dan Zai.

Thea dan Zai sama-sama masih memandangi nisan yang bertuliskan 'Raya' air mata mereka berhasil terjun bebas, mereka masih belum menyangka orang yang mereka sayangi akan pergi secepat ini.

"Sedari dulu aku memang ingin bertemu dengan kakak, tapi, bukan pertemuan seperti ini yang aku inginkan, Kak. Hiks," ucap Thea terisak. Sedangkan Zai, lelaki itu masih terus menangis, sesekali ia menunduk menggeleng-gelengkan kepalanya. Seakan belum terima kehilangan Raya untuk selama-lamanya.

Thea bisa tahu tentang keberadaan dan kondisi Raya itu semua karena Clara yang memberitahunya, Clara memberitahukan hal itu karena amanah dari Raya. Dia ingin adiknya juga hadir dipemakamannya.

"Bagimana kau bisa tau mengenai kasus kematian kakakku, Ra?" tanya Thea disela-sela tangisnya, tangannya masih mengelus nisan yang bertuliskan 'Raya'
Akibat pertanyaan Thea itu, kini Zai dan Kayla beralih menatapnya.

Clara terdiam cukup lama, gadis itu terus berfikir apakah dia akan menjawab pertanyaan Thea dengan jujur atau tidak.

"I-itu karena...."

"Karena aku bisa melihatnya." ucap Clara dalam hati.

"Karena aku dimimpikan kak Raya, hhh iya, aku dimimpikan sampai pada akhirnya aku tahu di mana kak Raya berada."

Thea, Kayla dan Zai hanya menggangguk kecil.
"Terima kasih, Ra. Berkatmu sekarang aku bisa tahu keberadaan kakakku."

Clara tersenyum, matanya tiba-tiba saja melihat seorang perempuan cantik bergaun putih bersih yang tengah berdiri di bawah pohon beringin besar sembari tersenyum seperti mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal. Perempuan itu adalah Raya. Sekarang keadaannya jauh lebih cantik dari sebelumnya.

 Sekarang keadaannya jauh lebih cantik dari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Bisa Melihatnya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang