Hiruk-pikuk terdengar ke seantero penjuru sekolah yang terletak di pusat kota Jogjakarta ini. Ocehan siswa-siswi menjelang lonceng bel masuk menjadi soundtrack alami di pagi nan dingin. Semburat cahaya sang surya masih belum bisa mengurangi hempasan angin di penghujung musim kemarau. Langkah kaki Chika terasa ringan, sambil berjalan ke arah kelasnya yang terletak di lantai atas, sesekali dia menjawab sapaan teman-teman sekolahnya. Chika dikenal sebagai atlit lari yang cukup di perhitungkan, kakinya yang jenjang dan terlihat sporty menjadi daya tarik tersendiri bagi gadis bergummy smile itu.Beberapa murid berlarian di sepanjang lorong yang menghubungkan kelas-kelas, Chika memelankan langkahnya, ketika sayup-sayup terdengar suara tembang jawa yang tidak asing bagi indra pendengarannya itu. Tembang jawa itu seperti berjalan seirama mengikuti Chika dari arah belakang, mendadak waktu seperti berhenti, Chika berhenti total di tengah lorong, yang kini dalam penglihatannya murid-murid yang berlalu-lalang itu seperti sebuah video rusak yang di perlambat seperti film Matrix.
Tidak gusar, Chika menarik dalam nafasnya, di ujung lorong perempuan belanda tengah berdiri sambil menatap Chika. Perempuan dengan wajah terbelah itu seperti tengah mengisyaratkan sesuatu.
Gaan!
Chika mengangguk, namun sebelum situasi horor ini menariknya kedalam alam Dunia Furter yang semakin gelap, dia menghentakkan kakinya, lalu merapalkan mantra dalam bahasa jawa kuno yang kadang Shani sendiri tidak mengerti maksudnya. Tubuhnya berbalik, matanya terbuka, dan waktu seperti kembali berjalan seperti semula.
"Eh.. kamu nggak apa-apa?" suara dari gadis yang tak dikenal Chika langsung membuat atensinya menoleh ke arah gadis tersebut.
Chika menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Enggak, aku baik-baik aja kok. Tadi cuman sedikit pusing, mungkin karena belum sarapan.." bohong Chika disertai senyumannya.
Gadis dengan kulit kecoklatan itu mengangguk paham, lalu melepaskan tangannya pada lengan Chika.
"Aku Jinan Safa. Panggil saja Jinan.." gadis yang ternyata bernama Jinan itu mengulurkan tangannya, lalu tersenyum ke arah Chika. Senyuman yang dimata Chika terasa ganjil.
Chika membalas uluran tangan Jinan, menjabat tangan gadis itu yang terasa dingin. "Yessica Tamara, panggilanku Chika." Chika tersenyum, jabat tangan mereka terputus.
"Kamu murid baru ya?" tanya Chika yang merasa tidak pernah sekalipun melihat wajah Jinan di area sekolah. Pertanyaan dari Chika mendapat anggukan dari Jinan.
"Iya, ini hari pertama aku masuk.." Jinan kembali tersenyum, kini sambil mengelus rambutnya yang di biarkan tergerai panjang. Dan entah kenapa gerakan itu sedikit horor dimata Chika.
"Chik!!"
Suara panggilan terdengar menyapu ke indra pendengaran Chika juga Jinan. Laki-laki dengan jaket kulit berwarna hitam berjalan menghampiri keduanya, lebih tepatnya menghampiri Chika.
"Aku tungguin loh dari tadi." ucap laki-laki itu sambil bersedekap dada, lalu sedikit melirik ke arah Jinan.
"Mau nyontek lagi?" Chika mendengus.
Laki-laki itu terbahak, lalu mengacak pelan pucuk rambut Chika yang membuat si empunya langsung melempar tatapan mematikan, menepis tangan laki-laki itu.
"Oniel ih!!! Berantakan nih rambutku!"
"Halah tetep cantik kok.." Oniel tersenyum jenaka, lalu mencolek dagu Chika yang membuat Chika langsung meninju bahu Oniel. Pertengkaran keduanya menjadi tontonan gratis untuk Jinan. Senyum itu masih terukir jelas di wajahnya yang terkesan dingin.
"Stop Oniel! Dasar badung!" Chika mencubit bibir Oniel hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan.
"Kalian pacaran yaa?" pertanyaan dari mulut Jinan spontan membuat Chika dan Oniel langsung menghentikan aksi geludnya. Suara jangkrik terdengar nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
WENGI
FanfictionYessica Tamara, gadis keturunan jawa yang di anugrahi kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan bangsa lelembut. Pertemuannya dengan seorang gadis pindahan membuat kehidupannya yang sudah menakutkan, berubah menjadi semakin mencekam. Bersama sang k...