Chapter 16

614 86 14
                                    


Bunyi deru nafas Shani terdengar nyaring dan bersatu dengan kabut tebal yang membungkus Dunia Furter. Gadis ayu itu terus berjalan menembus kegelapan, tanpa peduli kedua kakinya yang sudah terluka akibat goresan dari ranting-ranting kayu yang tajam. Dalam pikiran Shani hanya memikirkan keadaan Chika yang sekarang entah dimana, tempat yang sangat luas membuatnya sulit untuk mencari Chika. Apalagi dengan dimensi yang berbeda-beda, Shani harus bisa tau di dimensi mana Chika berada. Tapi dari mata batinnya yang sedari tadi terbuka, Chika jauh berada di dalam kegelapan.

Shani menghentikan langkahnya, saat ada 2 persimpangan yang kini membuatnya bingung, harus ke arah mana dia melangkah? Sementara kabut semakin tebal dan waktu terus berjalan, 1 detik saja dia gagal menyelamatkan Chika, maka sukma Chika dan juga dirinya akan terjebak di Dunia Furter selamanya. Dan itu sama sekali bukan cita-cita mereka berdua.

Bunyi besi yang berdecit terdengar nyaring mengagetkan Shani, kepalanya menoleh ke arah kanan, dimana di jalur kanan sebuah gerbang tiba-tiba berdiri dengan pintu yang setengah terbuka. Shani ragu berjalan ke arah gerbang itu, dia berdiri dengan perasaan yang bergemuruh, bunyi burung gagak yang memekakkan telinga membuatnya yakin jika jalan ini adalah pintu gerbang dimana Jinan di tawan, itu artinya Chika pasti sudah berada disana.

Shani membuka pintu gerbang itu yang ternyata sangat berat, setelah susah payah akhirnya pintu gerbang itu terbuka seluruhnya, hawa dingin yang mencekam langsung menyambut Shani begitu gadis itu menapakkan kaki di atas tanah yang sedikit basah. Jantungnya mencelos, pandangannya terpaku pada tempat yang tadinya seperti hutan belantara kini perlahan berubah menjadi sebuah lorong yang sangat panjang juga gelap, dengan kiri-kanan terdapat pintu-pintu yang berjejer. Lentera gaib telah dia pegang sedari tadi menginjakkan kaki di tanah para lelembut ini.

"Mbak!!!"

Kembali teriakan Chika menggema, membaur dengan bunyi burung gagak yang memekakkan telinga. Shani bergegas, berlari mengikuti intuisinya, terus menyusuri lorong itu yang semakin dalam semakin gelap. Bunyi geraman dari kiri dan kanan dia hiraukan begitu saja, beratus pasang mata berwarna merah memperhatikannya dari atas dan bawah, tangan-tangan kurus dengan kuku yang runcing berwarna hitam menggapai-gapai dari balik pintu yang tertutup. Tidak ada yang lebih menakutkan di banding berlarian di lorong gelap bernama Dunia Furter.

Brak!!

Brakk!!!

Bug!!

Shani terpelanting, bahunya menabrak pintu hingga menimbulkan suara bising yang mengganggu. Tubuhnya terasa ngilu dengan mata yang berkunang-kunang. Shani perlahan bangun walaupun tubuhnya seperti di bebani oleh karung dengan berat berton-ton, tangannya terulur dan berpegangan dengan tembok-tembok kasar di sepanjang lorong. Tak jauh dari dia yang berdiri, ada satu pintu dengan warna yang berbeda, warna merah darah yang mencolok. Shani perlahan berjalan ke arah pintu itu, lalu saat dia sampai di depannya, Shani menempelkan daun telinganya ke pintu, sayup-sayup terdengar seperti suara tawa yang melengking, lalu jeritan yang memilukan, hingga isak tangis yang menyayat hati. Tidak salah lagi, ini pintunya!




"Arghhhhh!!!! Arghhhhhhh!!!!!!" suara jeritan dari mulut Chika menggema, membuat kawanan burung gagak terbang dari dahan pohon kamboja. Nyai Ratu Balajiwa melempar tubuh Chika hingga ambruk di atas gundukan tanah yang penuh dengan kelabang dan kalajengking. Chika menghentakkan kaki dan tangannya saat binatang-binatang itu mulai menempeli tubuhnya, sedangkan Jinan memukul-mukul jeruji besi yang mengurungnya hingga menimbulkan suara yang semakin berisik.

"Ehmmmm!!!! Ehmmmmm!!!!!" teriak Jinan tertahan, dan baru saja Chika sadari jika Jinan tidak bisa berbicara.

Gundukan tanah itu tiba-tiba amblas, membuat tubuh Chika terjun ke dalam lubang setinggi 3 meter, kelabang dan kalajengking ikut berjatuhan di atas tubuh Chika, dan sekarang tidak hanya kelabang dan kalajengking yang berada di dalam tanah itu, ribuan cacing, lintah dan juga kaki seribu merembet dan menyerbu tubuh Chika.

WENGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang