Pak Maul menepati kata-katanya, tepat pagi hari sesudah subuh, laki-laki paruh baya itu sudah berdiri di samping mobil tua yang dia parkirkan di pelataran depan rumah Chika dan Shani. Mobil bak tua berwarna coklat dengan cat yang mulai mengelupas itu membawa cermin berukuran lumayan besar. Chika dan Shani langsung menyambut kedatangan Pak Maul yang langsung di persilahkan duduk di ruang tamu."Pagi banget pak.." ucap Chika sambil duduk di sofa. Pak Maul tersenyum.
"Iya Mbak Chika.. biar lekas selesei." jawab Pak Maul sambil menggesekkan kedua tangannya, karena cuaca yang memang cukup dingin pagi itu.
"Silahkan pak diminum dulu, mumpung masih hangat.." Shani datang membawa nampan berisi 3 gelas teh hangat, yang langsung dia letakkan di atas meja.
"Waduhh iya Mbak Shani.. jadi repot-repot ini loh.."
"Ah enggak pak, santai aja.." Shani tersenyum sambil duduk di sebelah Chika.
"Monggo pak monggo.." ucap Chika di iringi senyumannya yang manis.
Pak Maul mengangguk, lalu mengambil teh hangat itu dan menyesapnya pelan-pelan.
"Nanti saya juga yang akan antar kalian ke Parangkusumo, biar ndak kerepotan kalian bawa cermin itu.." ucap Pak Maul sambil meletakkan gelas berisi teh hangat itu.
"Wah apa nggak ngrepotin bapak? Bapak udah jauh-jauh sampai sini saja kami sudah banyak berterima kasih loh.." ucap Chika, nadanya sedikit sungkan karena tak enak hati sudah merepotkan Pak Maul.
"Ah ndak apa-apa mbak, sekalian saja.. biar kalian juga ndak kerepotan. Itu cerminnya gede loh, harus pake mobil bak ngangkutnya.." ucap Pak Maul sambil tersenyum hangat.
Chika menatap ke arah Shani, dan Shani hanya mengangguk tanda setuju.
"Ya sudah pak, matur nuwun sanget loh.. jadi ngrepotin gini.." Chika tersenyum tulus ke arah Pak Maul.
(Terima kasih banyak loh..)
"Wes santai wae mbak.." Pak Maul tertawa renyah, membuat suasana sedikit mencair.
"Kalau gitu sebelum berangkat kita sarapan dulu pak, seadanya aja tapi.." Shani bangkit dari duduknya dan mengajak Pak Maul untuk bergabung sarapan dengannya dan Chika.
"Waduh... Malah saya yang jadi ngrepotin ini.." Pak Maul berkata sungkan namun sambil berdiri.
"Udah ayo pak, nggak usah malu-malu.." Chika mempersilahkan Pak Maul untuk berjalan duluan mengikuti Shani. Akhirnya mereka bertiga pun sarapan dengan menu makanan yang di masak Shani. Begitu hangat dan di selingi dengan obrolan ringan.
.
.
.
Langit terlihat mendung namun tanda-tanda hujan turun belum terlalu tampak, jam tangan di pergelangan tangan Chika menunjukkan pukul 8 pagi. Gadis itu berjalan keluar rumah setelah mengunci terlebih dahulu pintu, di pundaknya tercangklong tas ransel berwarna biru laut. Chika berjalan ke arah mobil bak terbuka yang sudah terparkir di depan halaman rumahnya, sedangkan Shani dan Pak Maul sudah menunggunya sedari beberapa menit yang lalu.
"Sudah??" tanya Shani.
"Udah mbak, yuk berangkat sekarang aja.." balas Chika yang langsung di angguki Shani dan Pak Maul.
Tak lama mobil bak tua itu menderu dengan suara mesinnya yang khas, berjalan dengan tempo sedang menjauh dari perumahan Chika dan Shani.
Perjalanan dari Jogjakarta menuju pantai Parangkusumo memakan waktu 1 jam'an, sekirar pukul 9 lebih 12 menit mereka bertiga sampai di tempat tujuan. Chika dan Shani langsung turun, tak lama Pak Maul pun juga ikut turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
WENGI
FanfictionYessica Tamara, gadis keturunan jawa yang di anugrahi kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan bangsa lelembut. Pertemuannya dengan seorang gadis pindahan membuat kehidupannya yang sudah menakutkan, berubah menjadi semakin mencekam. Bersama sang k...