Chapter 8

613 85 6
                                    


Jum'at siang ini kelas Shani sedang ada pelajaran olahraga, beberapa siswa perempuan tengah bergerombol sambil mengobrol, sedangkan siswa laki-laki sedang bermain basket. Shani terlihat malas duduk di tepian lapangan basket. Pak Mario guru olahraga berhalangan hadir karena ada rapat di kantor dinas. Dari arah laboratorium, Agra berjalan sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana, pemuda itu tersenyum dan menghampiri Shani.

"Cah ayu?" sapaan itu terdengar, dan Shani tak perlu bertanya-tanya siapa yang memanggilnya. Memangnya siapa lagi yang memanggilnya 'cah ayu' selain Agra?

Shani menoleh ke sampingnya, dimana Agra sudah duduk manis sambil menatap ke depan, ke arah siswa laki-laki yang tengah bermain basket.

"Nglamun aja. Nanti kesurupan loh.." gurau Agra di sertai senyumnya yang khas.

"Paling juga kalau aku kesurupan kamu lari duluan, kamu kan penakut." jawab Shani di sertai smirknya yang terlihat menyebalkan.

"Apa sih.. aku tuh nggak penakut, cuman males aja sama hantu-hantuan gitu." bela Agra, lalu menyenggol bahu Shani dengan sengaja.

"Alibi terus. Nggak usah mengelak gitu lah.. hihihi." Shani balas menyenggol bahu Agra, di sertai tawanya yang jelas sekali tengah mengejek.

"Kalau demi kamu, aku nggak akan takut apapun.." Agra tersenyum, Shani hanya terdiam, sedikit melirik ke arah Agra yang masih betah menatap ke arah depan. Shani baper? Tentu saja tidak, dia hanya bingung apa yang harus di lakukannya ketika tau jika Agra sebenarnya menyukainya. Shani pun sebenarnya juga menyukai Agra, namun sebatas menyukainya sebagai teman. Tidak lebih.

Suasana mendadak canggung, dan Shani hanya bisa diam sambil terus menatap teman-temannya yang tengah bermain basket.

"Shan??" panggil Agra, memecah keheningan yang berlangsung beberapa menit.

"Ya?? Kenapa??" Shani menoleh ke arah Agra, dimana pemuda itu tengah tersenyum hangat.

"Aku -"

"Shani Indira?" panggilan dari Bu Melody memotong ucapan Agra, atensi Shani langsung mengarah pada salah satu guru killer itu, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat pada Bu Melody.

"Iya bu? Ada apa??"

"Kamu sedang tidak sibuk kan? Bisa bantu saya untuk menaruh buku-buku ini ke meja kantor? Saya harus buru-buru ke ruangan kepala sekolah." ucap Bu Melody, yang langsung mendapat anggukan dari Shani.

"Baik bu, biar saya yang bawakan.." Shani mengambil alih buku-buku yang berada di tangan Bu Melody, setelah itu perempuan berusia 37 tahun itu lantas pergi meninggalkannya setelah mengucapkan terima kasih.

"Shan biar aku bawain.." tawar Agra yang ingin membantu Shani, namun belum sempat membantu lonceng pergantian jam pelajaran berbunyi, mau tidak mau Agra harus masuk kedalam kelasnya, menyisakan Shani yang kini berjalan santai ke ruangan guru.

Begitu dia sampai di ruang guru, Shani langsung meletakkan tumpukan buku itu di atas meja milik Bu Melody. Ruangan guru terlihat sepi karena guru-guru yang tengah mengajar, Shani menatap ke sekitar lalu pandangannya tertuju pada buku absensi siswa milik kelas 10 IPS 3. Setau Shani itu kelas yang di tempati Jinan.

Shani menarik nafasnya, lalu membuangnya perlahan, kepalanya menoleh ke segala arah, oke aman. Perlahan tangan kanannya terulur, lalu meraih buku absensi itu, lantas membukanya secara perlahan, disana tertera seluruh nama siswa dan siswi dari kelas 10 IPS 3, mata Shani menatap dari barisan paling ujung bernomor absen 1, dia membaca secara urut nama-nama itu hingga matanya kini melihat sebuah nama yang membuat jantungnya otomatis berdebar.

"Jinan Safa Raharja.. Raharja?? Bukankah itu-"

Arghhhhh!!!!!!

Buku absensi yang di pegang Shani terjatuh saat sebuah teriakan menembus ke gendang telinganya, sayup-sayup dia bisa mendengar bunyi hentakan dari kaki-kaki yang berlarian. Shani mengambil buku absensi itu lantas berlari kecil menuju pintu ruang guru, dia keluar dari sana dan hal yang pertama dia lihat adalah hampir seluruh siswa-siswi tengah berlarian menuju ke suatu ruangan. Shani mencegat salah satu siswi.

WENGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang