Bab 5

432 171 61
                                    

Bismillah

Happy reading❤️❤️.

Saat ini Gendhis tengah menunggu Dikta di sekitar taman, pikirannya kalut bagaimana bisa seorang laki-laki yang terlihat lembut dan sayang padanya bisa mengatakan hal seperti itu. Ia dibuat bingung apakah benar Agarish benar-benar mencintainya selama ini.

Agarish dan Gendhis menjalin hubungan sedari kelas sembilan SMP bisa dibilang first love untuk keduanya wajar saja jika Gendhis dibuat syok dengan perkataan dari Agarish tadi. Terkadang memang benar cinta dan nafsu itu bedanya tipis jadi kita harus pandai-pandai mengerti keduanya. Ketika ia sedang termenung handphonenya pun bergetar nama Aga di sana.

Drttt...drtt...drttt

Aga

Sayang
Dimana?

Udah pulang?
Gue anter ya?
Maaf ya, gue cuman bercanda
Udah pulang belum?
Gue khawatir, kalo udah sampe kabarin
Kalo lo gamau bales gapapa
Lo baca doang gue udah bersyukur
Sekali lagi gue minta maaf
Gue cuman bercanda Gendhis.

Gendhis sama sekali tidak minat membuka pesan dari Agarish ia hanya menatapnya sekilas tanpa ingin membalas atau pun membacanya. Akan lebih baik baginya jika dia menghindar untuk beberapa saat itu lah yang ada dipikiran Gendhis.

Bukan menghindar lagi tapi akan baik jika keduanya menyudahi hubungan. Ia akan menjauh dan melupakan Agarish. Tidak baik jika dia terus bersama dengan laki-laki seperti Agarish.

"Bodoh banget gue ya? maafin Arcel ayah," monolognya.

"Ini Dikta lama banget, kemana si ah."

"Gue chat aja lah."

Pradikta 🤬

Bang, lo dimana?

Lah lo yg dimana anjir
Gue drtd disini

Dimana?

Dket apartemen Agarish

Gue disekitar taman
Buruan anjir gue digigit nyamuk disini

Hadeh blng drtd kan enak

Sekitar tiga menit kemudian Dikta pun sampai di dekat taman, Dikta melihat Gendhis tengah melamun seorang diri tiba-tiba saja ia mempunyai ide untuk menjahili adik kembarnya itu.

Setelahnya ia berjalan mengendap-endap ketika sudah tepat dibelakang Gendhis reflek ia berkata. "Dorrr"

Gendhis menoleh ke belakang dengan wajah yang sulit di artikan tanpa mengucap sepatah kata ia berjalan mendahului Dikta.

"Arcel," panggil Dikta

"Arcelia!!" panggilnya lagi tidak mendapat sahutan dari sang pemilik nama.

Dikta berlari mengejar Gendhis yang tengah merajuk "Dih ambekan lo," ujarnya.

"Gue pan bercanda doang, ah Arcel mah."

"Ga lucu, ayo pulang!" ajak Gendhis.

Takut jika sang adik akan tambah merajuk ia pun segera menuruti keinginan adiknya itu, Dikta di buat terkejut kala memakaikan helm untuk Gendhis ia melihat matanya sedikit sembab.

Ia pikir akan ia tanyakan nanti saja ketika Gendhis sendiri yang berbicara. Akhirnya mereka berdua pun pulang menuju ke rumah jika biasanya Gendhis akan marah jika ia kebut-kebutan maka kali ini Gendhis hanya diam saja tanpa mengomel.

NEPENTHE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang