Sekolah Baru

9 3 0
                                    

Pagi hari ini Eca sudah siap-siap, bahkan abangnya saja belum bangun dan sekarang masih jam enam pagi. Eca pun turun dan melihat Mama-nya sedang memasak.

“Mama,” panggil Eca.

Rani membalikkan badannya, “ada apa? Kok udah siap?”

“Hehe ... mau bantu, Eca gak sabar ke sekolah baru jadi Eca gak mau telat,” jawab Eca.

“Gak usah mending kamu bangunin Abang kamu aja bentar lagi mama selesai masaknya,” ucap Rani.

Eca hanya mengangguk dan langsung ke kamar abangnya. Tanpa pikir panjang pun Eca langsung masuk ke dalam kamar abangnya.

“Bang, bangun Eca gak mau terlambat,” ucap Eca sambil menepuk pipi abangnya.

“Iya”

Evan langsung bangun dan menuju kamar mandi. Eca melihat kamar abangnya tak sengaja ia melihat ada makanan ringan milik abangnya di kantong plastik.

“Abang, Eca minta jajannya ya?” teriak Eca.

“Iya, tapi jangan dihabisin,” teriak Evan.

Eca langsung mengambil dua bungkus makanan ringan milik abangnya dan menghampiri Mama-nya lagi. Tapi melihat Mama-nya sudah selesai masak dan sedang menata makanan, Eca yang akan membantu malah tidak dibolehin.

Tak lama kemudian papa dan abang Eca ikut bergabung dan makan dengan khidmat.

“Abang, ayo berangkat,” ajak Eca.

Evan hanya menganggukkan kepalanya dan segera menyelesaikan makannya yang tinggal sedikit.

“Mama, Papa, Evan berangkat dulu,” pamit Evan.

“Eca juga,” ucap Eca sambil mengikuti abangnya.

“Assalamualaikum”

“Waalaikumussalam”

Saat di teras rumah Eca melihat mobil dan ada satu motor yang siap di pakai.

“Abang kita naik motor?” tanya Eca.

“Iya, adek suka?” tanya Evan balik.

“Suka, ayo Abang,” ucap Eca dengan semangat.

Evan langsung naik ke motornya, sedangkan Eca hanya memperhatikan saja. Eca bingung gimana naiknya.

“Ayo naik,” ucap Evan ketika melihat Eca belum naik.

“Ihhh ... Abang gimana naiknya?” rengek Eca.

Evan pun langsung tertawa menatap Eca. Ia lupa Eca ini pendek bahkan tingginya hanya sedadanya aja.

“Pegang tangan Abang,” ucap Evan sambil mengulurkan tangannya membantu Eca.

Eca hanya mendengus mendengar abangnya tertawa tapi menerima uluran tangan Evan. Evan tak langsung menjalankan motornya, tetapi melepaskan jaket miliknya dan memberikan pada Eca untuk menutupi pahanya. Baru setelah itu Evan menjalankan motornya.

Di perjalanan Eca pun tak diam, mulutnya terus bercerita tentang dia yang tak pernah naik motor karena tak di bolehin, Evan hanya tertawa mendengarnya. Tak terasa mereka pun tiba di sekolah mereka, Eca memandang takjub sekolah itu dengan tulisan SMA PELITA.

Saat tiba di parkiran mereka menjadi pusat perhatian dan tak lupa ada beberapa teman Evan yang sudah datang. Mereka semua memperhatikan siapa yang dibonceng Evan.

“Ini Eca beneran sekolah di sini?” tanya Eca.

“Iya, cepat turun,” jawab Evan.

“Turunin ihhh,” rengek Eca.

CALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang