“MAMA ... ECA PULANG,” teriak Eca.
“Jangan teriak-teriak,” ucap Evan yang berada di belakang Eca.
“Kok kayaknya Mama sama Papa keluar,” ucap Eca sambil celingukan ke kanan kiri.
“Mungkin, hati-hati jalannya”
Setelah mengucapkan itu Evan pergi meninggalkan Eca yang masih mencari orang tuannya. Eca yang di tinggal Evan ke dapur, berjalan menuju ke sofa menunggu Evan.
“Ca, mau di sini apa ke kamar?” tanya Evan.
“Ke kamar aja, bantuin” rengek Eca.
Evan pun membantu Eca berjalan ke kamarnya yang ada di lantai dua. Setelah mengantarkan Eca ke kamar Evan pergi ke kamarnya sendiri yang berada di samping kamar Eca.
Sedangkan di kamarnya Eca tengah duduk di sofa yang ada di balkon kamarnya sambil menelepon seseorang.
“Kapan sampai?”
“Besok kita sudah sampai, Nona”
“Baiklah, saya tunggu di bandara dan satu lagi kamu harus cari tempat untuk kalian sekaligus untuk mereka”
“Baik, Nona”
Eca mematikan secara sepihak panggilan itu.
Setelah itu Eca berdiri melihat ke halaman belakang rumahnya. Ia melihat ada sebuah rumah kaca Yanga berada di halaman belakang. Eca pun segera keluar menemui Evan yang ada di kamar. Terapi saat memanggil nama Evan, Eca tak mendapat sahutan. Akhirnya Eca berjalan sendirian.
“Non, mau kemana?” tanya Bi Inah ART rumahnya.
“Bi, tadi Eca lihat ada rumah kaca. Bisa anterin Eca?” tanya Eca.
“Ayo,” ucap Bi Inah.
Eca akhirnya diantar oleh Bi Inah. Saat sampai di halaman belakang Eca meminta Bi Inah pergi. Eca membuka pintu di rumah kaca itu, ia kaget melihat isi dalamnya ternyata banyak tanaman strawberry.
“Kok baru tahu sih? Mama juga gak kasih tau Eca,” guman Eca.
“Ihhh ... strawberry nya merah-merah,” sambungnya sambil tersenyum senang.
Sedangkan di dalam rumah Rani dan Rendi baru saja masuk melihat anak sulungnya yang sedang menonton televisi.
“Bang, Eca mana?” tanya Rani.
“Di kamar,” jawab Evan.
Rani langsung menghampiri Eca yang katanya ada di kamar.
“Dek, Mama masuk ya?” ucap Rani dari depan pintu.
Tak ada jawaban dari dalam Rani langsung masuk. Ternyata di dalam kamar Eca tidak ada, Rani turun ke bawah berpapasan dengan bi Inah.
“Bi, Eca dimana ya?” tanya Rani.
“Nona ada di rumah kaca,” jawab bi Inah.
Rani langsung menghampiri Eca yang ada di rumah kaca. Eca di sana sedang memetik strawberry yang ada di sana.
“Dek, Mama cariin loh ternyata kamu di sini,” ujar Rani.
“Hehe ... tadi Eca gak sengaja lihat rumah kaca ini,” ucap Eca.
“Yaudah itu sudah banyak, ayo ke ruang tamu ada yang mau Mama dan Papa bicarakan,” ucap Rani.
Eca hanya menurut dan mengikuti Rani, saat di rumah tamu ternyata Evan juga berada di sana. Eca segera duduk di samping Evan sambil menyenderkan kepalanya di bahu Evan.
“Langsung saja, Eca kamu sayangkan sama Papa dan Mama?” tanya Rendi pada anaknya.
Eca hanya menganggukkan kepalanya saja. Sedangkan, Evan yang mendengar pertanyaan itu mengerutkan keningnya dan perasaannya tiba-tiba tidak enak seperti akan ada hal besar yang akan dikatakan.
“Jadi, Papa mau Eca menerima perjodohan dengan anak teman Papa dan Mama,” ucap Rendi.
Belum sempat Eca menjawab, “gak bisa gitu dong, Eca masih sekolah. Kenapa kalian berpikir ingin menjodohkan Eca? Eca masih muda,” ucap Evan yang tak setuju.
“Ini demi kebaikan Eca, Papa dan Mama tak mau Eca salah pergaulan apalagi dia sudah pernah hidup di luar negeri walaupun sekarang di sini. Tolong ini juga janji Papa dan Mama pada teman kita,” ucap Rani.
“Baiklah,” sahut Eca dengan santai.
“Dek, yakin kamu masih muda loh,” ucap Evan frustrasi mendengar ucapan Eca.
“Iya, Abang tenang aja,” sahut Eca.
Evan hanya bisa pasrah mendengar ucapan Eca.
***
Dilain tempat ...
“Gak, Lino gak mau dijodohkan. Lino punya pilihan sendiri,” ucap Lino tak setuju.
“Kamu harus terima, Papi gak mau tau. Lusa kita ke rumah calon istrimu,” ucap Roy Papi Lino.
“Kamu terima ya? Mami mohon,” ucap Sera Mami Lino.
Lino yang tak bisa menolok sang Mami hanya pasrah, “baiklah”
Setelah itu Lino langsung pergi keluar lagi. Padahal dia baru saja pulang, tapi pergi lagi karena kesal dengan perjodohan itu. Lino pergi ke markas Diamond Blue, saat sampai di sana hanya ada beberapa anggotanya saja. Lino pun memutuskan untuk pergi ke kamar yang sering di gunakan. Di kamarnya Lino mulai menghisap rokok yang dia bawa. Tak hanya dengan rokok itu Lino juga berniat pergi balapan nanti malam.
***
Sedangkan Eca yang berada di kamarnya berbicara pada dirinya sendiri tentang keputusannya tadi.
Eca yang baru saja pulang beberapa hari dari rumah neneknya, langsung di hadapan dengan keadaan seperti ini.
“Ini aku disuruh pulang berarti memang untuk di jodohkan dong? Kenapa jadi seperti ini? Tapi tak apa aku bisa bebas tanpa ada yang tahu. Kalau orang yang dijodohkan denganku jelek, gendut, gimana dong? Tapi tadi Papa bilang dia ganteng, pokoknya awas aja kalo Papa bohong,” guman Eca panjang lebar memikirkan nasibnya.
“Sepertinya pergi ke arena balap seru,” sambungnya sambil tersenyum.
Malam harinya Eca benar-benar pergi ke arena balap tanpa di ketahui siapapun. Saat sampai di sana Eca langsung berdiri diantara orang-orang yang sedang melihat juga. Saat Eca menatap sekelilingnya mata Eca tak sengaja menatap mata tajam seorang yang dia kenal yang tak lain Lino dan teman-temannya termasuk Evan yang juga berada di sana. Eca langsung panik dan mencoba menundukkan kepalanya agar tak terlihat.
Tanpa Eca sadari Lino sekarang sudah berada di belakangnya.
“Gadis nakal,” bisik seseorang yang Eca kenali.
Eca langsung menoleh ke belakang ternyata benar dugaannya orang itu Lino. Eca hanya bisa tersenyum menatap Lino yang sedang menatapnya dengan tajam. Tak berpikir panjang Lino langsung menarik tangan Eca menuju anggotanya termasuk kakak dari gadis itu.
Evan dan lain kaget melihat Eca yang berada di sana.
“Dek, ngapain kamu di sini?” jawab Evan sambil menghampiri Eca.
“Bosen, jadi Eca kesini,” jawab Eca.
“Ca, di sini bahaya Lo gak seharusnya di sini,” ucap Andra.
“Maaf,” ucap Eca sambil menunduk.
“Jangan di ulangi, Abang bilangin ke Mama nanti,” ancam Evan.
Eca hanya menganggukkan kepalanya.
“Bos gawat bos si Brian minta bawa bonceng cewek,” ucap Andra yang baru saja bertemu dengan pengurus arena balap.
Lino hanya diam dan mencoba melihat siapa yang pantas dia bonceng. Pandangan Lino berhenti pada gadis di sampingnya.
“Ca—“
KAMU SEDANG MEMBACA
CALIN
RomanceRecalova Adeline Joan, gadis cantik delapan belas tahun yang harus pulang kembali ke rumah orangtuanya setelah sekian lama. Hari pertama sudah di buat kesal dengan seseorang bernama Erlino Andrew Herdio. Yang ternyata adalah teman dari Abangnya send...