Kantin

7 3 0
                                    

Pagi harinya Eca kembali dengan aktivitas sebelumnya. Namun, kali ini ia harus menuruti Evan yang mode posesif padanya.

"Bang ... udah turunin Eca," rengek Eca di gendongan abangnya.

"Gak, Lo lagi sakit," sahut Evan.

"Terserah"

Eca yang lagi tak minat berdebat dengan Abangnya hanya diam di gendongan Evan.

"Pagi," sapa Evan.

Eca hanya diam tak berniat menyapa orang tuanya. Hanya duduk dengan cemberut itu yang dilakukan Eca.

"Anak Papa kenapa?" tanya Rendi pada Eca.

"Bang Evan tuh, masa gak bolehin Eca jalan sendiri sih," jawab Eca.

"Coba kamu kayak gini salah siapa?" tanya Rani.

"Iya deh iya ini semua salah Eca sendiri," ucap Eca dengan cemberut membuat mereka tersenyum.

"Berarti Eca harus ikuti ucapannya ini semua juga buat kebaikan Eca," ucap Rendi sambil mengelus kepala Eca.

"Nah denger tuh," sahut Evan dengan senang.

Setelah itu tak ada lagi pembicaraan diantara mereka semua. Tak membutuhkan waktu yang lama sarapan pagi mereka sudah selesai dan mereka berangkat menuju ke sekolah mereka berdua.

Saat ini Eca bersama Evan sudah berada di parkiran sekolah dan Eca menjadi pusat perhatian karena kejadian di kantin kemaren. Asik dengan melihat sekitarnya Eca tak sadar bahwa Selin menghampirinya.

"Pagi Evan, Eca" sapa Selin.

"Pagi"

"Hmm ... Ca, gue minta maaf soal kemaren gue udah salah paham tentang Lo yang gue kira selingkuhan Evan dan maaf juga kemaren bikin Evan cuekin Lo," ucap Eca.

"Baiklah berhubung Eca lagi baik hati Eca maafin deh," sahut Eca.

"Makasih ya, apa Lo mau temenan sama kita?" tanya Selin dengan senang.

Eca langsung menatap Evan berniat meminta izin. Sedangkan Evan hanya mengangguk kepala sambil tersenyum.

"Oke," ucap Eca.

Interaksi mereka bertiga menjadi pusat perhatian bagi para siswa-siswi yang sedang berlalu-lalang di area parkiran. Tak lama kemudian terdengar suara beberapa motor yang membuat mereka menoleh ternyata itu adalah Lino, Aldi dan Andra.

"Ada apa ini? Kenapa pada kumpul di sini," tanya Andra.

"Kepo," jawab mereka bertiga.

Andra menatap malas ketiga orang itu. Berbeda dengan Aldi yang langsung tertawa mendengar ucapan mereka, senang sekali melihat temannya di perlakukan seperti itu.

"Kelas," ucap Lino menghentikan tawa Aldi.

"Van, Eca biar gue yang nganterin ke kelas," ujar Selin.

"Oke, anterin Eca ya kakinya lagi sakit soalnya," ucap Evan.

Selin kaget, ia sedari tadi gak sadar kalau Eca menggunakan sandal yang membuat perban yang ada di kakinya terlihat dengan jelas.

"Ayo Ca, gue bantu bantuin Lo jalan," ucap Selin.

Setelah itu mereka berdua meninggalkan Lino dkk yang masih berada di parkiran menatap Selin dan Eca. Aldi dan Andra yang melihat cara Eca berjalan menatap ngeri.

"Mbak, makasih udah anterin Eca ke kelas," ucap Eca dengan tersenyum manis.

"Iya sama-sama, siapa nama temen Lo? Biar gue panggil bantuin Lo jalan ke dalam," ucap Selin.

"Karina," ujar Eca.

"KARIN CEPET KE SINI," teriak Selin yang membuat mereka yang mendengar terlonjak kaget.

Karina yang merasa namanya di panggil langsung menoleh ke sumber suara. Ia kaget kenapa Selin memanggil namanya, ia tak pernah berurusan dengan kakak kelasnya satu ini. Tetapi Karin tetap melangkah menuju Selin, karena di sana ada Eca juga.

"Bantuin Eca masuk," ucap Selin.

"Gue pergi dulu ya bentar lagi mau masuk dan nanti Lo jangan ke kantin dulu tunggu gue ke sini," sambungnya.

Setelah itu Karin langsung menarik tangan Eca dengan terburu-buru. Eca yang ditarik merasakan kakinya sakit kembali, tapi tak seperti kemaren.

"Aduhhh," teriak Eca dengan mata yang berkaca-kaca.

Karin langsung menoleh ke arah Eca dengan khawatir.

"Ca, kenapa?" tanya Karin.

"Kaki Eca," jawabnya.

"Astaga maafin gue, ayo duduk pelan-pelan," ujar Karin.

"Kenapa bisa seperti ini sih? Terus tadi kenapa Lo biasa sama kak Selin yang galak itu?" sambung Karin.

"Hiks tanyanya nanti aja," ucap Eca.

Karin hanya diam tak bisa memaksa Eca. Bel juga sudah masuk mungkin sebentar lagi guru akan masuk ke dalam kelas mereka.

Pelajaran berjalan dengan baik, tapi Eca kadang merasakan nyeri di kakinya membuat Karin yang berada di sampingnya langsung menatap tak tega.

Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi, kini di kelas tinggal Eca dan Karin. Yang masih sibuk membereskan buku sambil menunggu Selin.

"Ca, cerita sekarang deh gue penasaran tau dari tadi," ujar Karin.

"Kaki Eca keseleo gara-gara manjat pohon mangga, kalau mbak Selin itu bisa deket sama aku karena Eca adeknya bang Evan. Intinya gitu," ucap Eca dengan singkat.

Belum sempat Karin bertanya lagi Evan dan Selin datang menghampiri Eca dan Karin. Karin yang bingung harus apa cuma diam.

"Dek, mau makan di sini apa ikut ke kantin?" tanya Evan.

"Mau ikut ke kantin aja," jawab Eca.

Tanpa menunggu lama mereka semua ke kantin menemui teman mereka yang sudah ada di kantin duluan. Mereka semua langsung menuju ke tempat duduk Lino dkk. Di sana masih tersisa empat duduk yang berarti pas untuk mereka termasuk Karin yang mengikuti dari tadi.

Untuk teman Selin yang sebelumnya, Selin tak peduli karena kedua temannya itu tiba-tiba tak mau ke kantin bersama setelah melihat kejadian di parkiran pagi tadi.

"Eh dedek manis udah datang, siapa nih?" tanya Aldi ketika melihat Karin.

"Ini Karin teman Eca dong," sahut Eca.

Karin hanya tersenyum malu, karena tak di sangka ia bisa berkenalan dengan mostwanted di sekolahnya ini. Sedangkan Lino sedari tadi hanya diam memainkan ponselnya, tadi hanya menatap Eca sebentar lalu mengelus kepala Eca yang duduk di sampingnya setelah itu Lino kembali fokus kepada ponselnya.

"Al, pesen makanan," ucap Lino sambil menyerahkan uang kepada Aldi.

"Kak mau jus mangga ya," ucap Eca.

Aldi, Andra dan Karin pegi memesan makanan tinggal mereka berempat yang ada di meja itu. Eca sibuk mengganggu Lino yang tengah bermain game, sama juga dengan Evan dan Selin yang bermain dengan ponsel masing-masing.

Lino kesal menatap Eca yang mengganggunya, "diam," ucap Lino sambil memegang tangan Eca.

"No, sepertinya ada yang memperhatikan kita," ucap Evan ketika merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka.

Lino segera mematikan ponselnya dan menatap sekelilingnya dan benar kata Evan ternyata ada seseorang cewek memperhatikan mereka terutama Eca yang sedang asik dengan Lino.

Hmm ... ternyata sudah masuk lagi, belum kapok di skor. Kita lihat apa yang Lo lakukan setelah ini, batin Lino sambil tersenyum misterius menatapnya.

Dia adalah Clarissa Erina.

CALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang