“Diamond Blue?” ucap Eca bingung.
“Masa kamu gak tau? Jadi Diamond Blue itu geng motor terbesar di kota ini, dipimpin sama bang Lino terus wakilnya bang Evan,” jelas Dino.
Eca hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Dino. Mungkin aku harus meminta mereka ke sini, pikir Eca.
“Yah ... habis kak, ayok kak naik pohon aja Eca ajarin deh,” ajak Eca.
Dino mengiyakan aja, karena juga penasaran rasanya naik pohon.
Sedangkan di sebuah ruangan.
“Gue mau Lo cari tahu ulah siapa kali ini,” ucap Lino.
“Menurut gue, kayaknya bukan geng Elang,” ucap Aldi.
“Iya, kayaknya bukan kita udah damai dengan mereka. Apa mungkin ada geng baru?” sahut Evan.
Seketika mereka semua melihat ke arah Evan. Apa yang di ucapkan Evan bisa aja benar, tapi perlu di selidiki dulu.
“Bang maaf sebelumnya gue masuk sini, gue gak sengaja denger ucapan bang Evan. Menurut gue itu mungkin benar, orang yang nyerang markas kita tadi punya tato huruf R,” ucap Jay salah satu anggota yang terluka.
R? Rajawali? Tapi gak mungkin, pikir Lino.
“Kita selidiki dulu dan kita lihat bagaimana selanjutnya,” ucap Lino.
Setelah itu tak ada pembahasan lagi mereka semua keluar dari ruangan tersebut. Baru saja keluar Evan langsung pergi ke halaman belakang, namun tak melihat siapa pun. Ia pun kembali masuk ke dalam.
“Guys, lihat Dino sama adek gue gak?” tanya Evan pada teman-temannya yang sibuk menata ulang markas mereka.
“Kagak, gue tadi terakhir lihat di halaman belakang,” sahut Adi.
“Mereka berdua gak ada,” ucap Evan.
Lino langsung menatap Evan kaget, ia segera berlari menuju halaman belakang. Saat di halaman belakang ia mendengar suara orang tertawa. Lino memperhatikan semua ujung dan tatapan matanya jatuh pada pohon mangga yang sedang berbuah, ia segera menghampiri pohon itu di ikuti teman-temannya. Dan benar ternyata ada dua manusia yang sedang duduk di atas sambil ketawa.
“Udah puas?” tanya Lino.
“Eh ada kak Lino sama yang lain,” ucap Eca.
“Eh bang maaf, Eca nih ngajak Dino,” ucap Dino ketika melihat tatapan tajam dari semua.
Jangan salah walaupun sikap Dino seperti itu, dia jago banget bela diri kayak Evan. Tak perlu di ragukan lagi kekuatannya.
“Turun,” ucap Lino tegas.
Dino pun turun duluan, baru setelah itu Eca. Eca Turun dengan pelan-pelan seperti tadi, namun saat udah sampai di bawah kakinya tak seimbang saat menginjak tanah yang membuatnya kakinya keseleo.
“Huaaaaa ... Mama kaki Eca sakit,” teriak Eca sambil menangis.
Lino dengan sigap langsung menggendong Eca dan membawanya keluar menuju mobil miliknya yang ada di sana. Evan dan yang segera mengikuti mobil Lino yang melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.
“Huaaa ... sakit hiks hiks,” tangis Eca.
Saat sampai di rumah sakit Lino langsung menggendong Eca. Dan tak lama kemudian Evan, Aldi dan Andra sampai di rumah sakit.
“Gimana Eca?” tanya Evan.
“Masih di periksa,” jawab Lino.
Mereka semua khawatir dengan kondisi Eca. Bahkan Lino dan Evan mondar-mandir di depan pintu. Saat pintu terbuka mereka langsung bertanya.
“Gimana adek saya, Dok?” tanya Evan.
“Dia baik-baik saja hanya kakinya keseleo, dia udah boleh langsung pulang,” ucap dokter itu.
Mereka semua bernafas lega mendengar ucapan dokter itu.
***
Setelah bertemu dengan dokter tadi mereka langsung membawa Eca pulang ke rumah. Saat di perjalanan Eca berbicara dengan Lino tapi tak ada jawaban. Eca yang capek berbicara akhirnya diam dengan cemberut.
Lino yang melihat tingkah Eca menggigit bibirnya sendiri, karena gemas melihat Eca yang bertingkah seperti itu. Tak lama kemudian mobil Lino sampai di halaman rumah Eca. Lino turun terlebih dahulu baru setelah itu ia menggendong Eca.
“Astaghfirullah Eca kaki kamu kenapa? ” tanya Rani saat melihat anaknya di gendong Lino.
Sekarang mereka semua duduk di ruang tamu. Bahkan Rendi yang sedang berada di kantor pulang karena mendengar bahwa Eca habis dibawa ke rumah sakit. Saat Rendi pulang langsung menatap tajam anak bungsunya yang sedang tertawa melihat ponsel miliknya.
“Dek, gimana kamu bisa keseleo? Kamu pasti naik pohon lagi kan?”, tanya Rendi.
“Iya, tadi Eca naik pohon mangga. Mangganya enak sih, pokoknya Papa harus tanam pohon kayak gitu juga,” ucap Eca.
“Dek, kamu habis jatuh loh. Gak sakit?” ucap Evan yang heran dengan Eca yang bukannya kapok.
“Gak dong, Eca bisa lompat-lompat tau,” ucap Eca yang membuat semua melotot.
“JANGAN,” teriak mereka saat Eca benar-benar mau lompat.
Eca yang mendengar teriakkan mereka semua langsung duduk lagi sambil senyum-senyum gak jelas.
“Papa gak mau tau kalau kamu sampai kenapa-kenapa lagi gara-gara pohon mangga itu, Papa gak akan segan-segan untuk menebangnya,” ucap Rendi dengan tegas.
“Ihhh ... Papa tega banget sih,” rengek Eca.
“Terserah kamu,” ucap Papa Eca dan langsung pergi sebelum luluh dengan anaknya.
Rani yang melihat suaminya pergi pun mengikutinya. Sekarang di rumah tamu hanya ada Lino dkk dan Eca.
Eca yang duduk di antara Lino dan Evan langsung menunduk, karena ia merasa mereka menatapnya dengan tajam. Aldi dan Andra hanya diam sambil memakan kripik pisang yang ada di meja.
“Awas Lo kalo sampai kayak tadi lagi gue aduin ke Papa,” ucap Evan.
“Gadis nakal,” guman Lino
Setelah itu tak ada pembicaraan lagi. Mereka juga langsung meminta Eca untuk istirahat.
***
Sedang di lain tempat dua orang paruh baya tengah membicarakan sesuatu.
“Apa perjodohan itu tetap berlanjut?”
“Iya, itu adalah janji kita dengan mereka”
“Tapi mereka berdua masih kecil dan juga masih sekolah”
“Kita bisa merahasiakannya dari publik, ini semua demi kebaikan mereka. Aku gak mau hal yang tak diinginkan terjadi”
“Baiklah tersebut padamu”
Seperti itulah pembicaraan dua orang itu. Setelah pembicaraan itu mereka berdua terdiam dengan pikiran masing-masing.
***
Sedangkan di kamar Eca tengah menatap kakinya yang di perban dengan tersenyum manis.
“Uhhh ... lumayan juga,” ucapnya.
Suara telepon berdering Eca segera mencari ponselnya dan mengangkat panggilan itu di balkon kamarnya.
“Halo”
“Apa kita harus menyusul anda?” tanya orang di sebrang.
“Hmm ... sepertinya iya. Aku tunggu kalian,” ucap Eca dengan tersenyum misterius.
Waktunya bobok manis sebelum hari melelahkan akan tiba, tapi sepertinya bobok di sini lebih enak, batin Eca.
Ia segera masuk ke dalam kamar membawa bantal dan selimut untuk tidur di balkon sambil melihat bintang-bintang. Ini sudah hal biasa ia lakukan.
“Selamat malam dunia tipu-tipu, Eca” gumannya sambil memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALIN
RomanceRecalova Adeline Joan, gadis cantik delapan belas tahun yang harus pulang kembali ke rumah orangtuanya setelah sekian lama. Hari pertama sudah di buat kesal dengan seseorang bernama Erlino Andrew Herdio. Yang ternyata adalah teman dari Abangnya send...