Diamond Blue

8 3 0
                                    

Evan baru saja sampai di rumahnya, dia langsung masuk dan menemui Eca. Evan tau Eca pasti sudah memberi tahu Rani. Saat di ruang tamu ia melihat Rani dan Eca menonton televisi.

“Bagus ya, adeknya di cuekin,” ucap Rani.

Belum sempat Evan menjawab Rani kembali berbicara.

“Kemaren minta Mama buat minta Eca pulang sekarang udah pulang malah dicuekin,” sambungnya.

“Iya Mah ... Evan minta maaf,” ucap Evan.

“Minta maaf ke Eca,” ucap Rani.

“Ca, maafin Abang ya,” ucap Evan.

Eca yang mendengar ucapan Evan hanya mengangguk. Biar Mama aja yang marahin, mangkanya jangan cuekin Eca, pikir Eca.

“Eca tadi juga cerita kamu punya pacar terus dia labrak Eca, maksudnya apa nih?” tanya Rani sambil berkacak pinggang.

“Mah ... itu Evan gak tau,” ucap Evan.

“Awas aja Mama gak mau kamu kayak tadi lagi,” ucap Rani.

“Udah sana ganti baju,” sambungnya.

Eca yang melihat Evan berjalan dengan lesu, membuat Eca tertawa. Evan yang melihat Eca langsung melotot ketika Eca menjulurkan lidahnya, berniat mengejeknya.

“Sayang, Mama ke kamar dulu ya,” ujar Rani.

“Otteyy,” sahut Eca.

Setelah itu Eca menatap sekelilingnya, ia bingung harus ngapain. Eca mencoba berjalan ke teras depan siapa tau ada yang bisa dia lakukan, saat di depan ia melihat pohon mangga yang kelihatannya enak dan segar.

Eca menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata aman tak ada yang tau kalau dia mau naik pohon. Eca segera berlari menuju pohon mangga itu dan melihat mana yang sudah mulai matang. Setelah itu Eca langsung naik pohon itu sebelum ada yang melihatnya.

“Uhhh segarnya,” gumannya sambil memakan salah satu mangga di situ.

Eca melanjutkan makannya sambil melihat jalanan di depan rumahnya. Sangat sepi. Tak lama kemudian Eca melihat beberapa motor masuk ke dalam halaman rumahnya. Eca hanya melihat sambil menaikkan kakinya agar tak kelihatan. Saat orang-orang itu membuka helm baru Eca tau ternyata teman-teman Evan. Padahal baru ketemu kenapa mereka ke sini, tapi kalo di lihat-lihat sepertinya mereka mau pergi keluar.

Eca yang melihat Evan keluar dengan rapi pun meneriakinya.

“BANG MAU KEMANA?” teriak Eca yang membuat mereka bingung dan mencari asal suara itu.

“WOI KEMANA IKUT,” teriak Eca lagi.

Mereka semakin bingung, pintu sudah di tutup terus di balkon tak ada orang.

“LO DIMANA?” teriak Evan frustasi mencari suara Eca.

“POHON MANGGA,” teriak Eca.

Evan langsung melihat pohon mangga membuat teman-temannya yang tak lain Lino, Gio, Aldi dan Andra bingung, tapi mereka berempat langsung ikut menyusul Evan yang terlebih dahulu menghampiri pohon mangga.

“Astaghfirullah, Eca. Lo gak ada kerjaan lain selain memanjat pohon mangga?” tanya Evan sambil menatap heran Eca yang santai duduk di atas pohon dengan cengengesan.

Sedangkan teman-temannya melongo menatap Eca kecuali Lino yang menetap datar, kaget iya tapi ... aaarrggg tak bisa di jelaskan.

“Lo gak puas apa dimarahin kayak kemaren?” tanya Evan.

Eca hanya menggelengkan kepalanya.

“Astaga dedek manis, kalau jatuh gimana?” ucap Aldi.

“Emang beda adeknya Evan,” ucap Gio yang takjub melihat Eca di atas pohon.

“Van, adek Lo mau gantiin mbak Kun deh,” ucap Andra sambil geleng-geleng kepala.

“Abang mau kemana? Eca ikut ya?” tanya Eca.

“Ayo ikut sama babang Andra aja,” ucap Andra yang mendapat tatapan tajam Lino.

“Turun,” ucap Lino datar.

“Gak bisa turun,” sahut Eca.

Mereka sekali lagi di buat melongo. Belum ada satu hari kenal mereka sudah menggelengkan kepalanya beberapa kali.

“Lompat,” ucap Lino sambil memposisikan diri di bawah Eca.

Eca yang melihat Lino pun senang, tapi sebelum turun Eca mengambil beberapa mangga dan meminta abangnya untuk menangkap mangga-mangga itu.

***

Sekarang mereka semua berada di cafe tempat mereka nongkrong di tambah dengan Eca yang ikut. Hal itu menjadikan mereka menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana.

Eca tak memperdulikan tatapan orang-orang dan juga Lino dkk yang asik membicara sesuatu yang tak Eca pahami, ia hanya fokus pada makanan yang ada di meja depannya. Tak lama kemudian suara dering telepon entah milik siapa mengalihkan mereka semua termasuk Eca sendiri. Ternyata itu suara ponsel milik Lino.

“Halo bos, cepat ke markas,” ucap orang di sebrang.

“Ada apa?”

“Markas berantakan dan yang berjaga di markas terluka semua”

“Oke”

Setelah itu Lino mengepalkan tangannya dan langsung menaruh uang.

“Markas,” ucap Lino setelah itu mereka pergi keluar.

Eca yang tengah asik makan harus berhenti dan mengikuti Evan dan teman-temannya. Eca berjalan di belakang mereka dengan cemberut. Sekarang ia pun tak tahu kemana Evan membawanya. Eca hanya diam dan cemberut, ia juga tak bisa protes.

Eca memperhatikan jalanan yang di lewati ternyata bukan jalan menuju rumahnya tadi, ia di buat semakin bingung karena jalanan itu lumayan sepi. Tak lama kemudian mereka berhenti di depan rumah yang berantakan tapi hanya ada rumah itu dan beberapa rumah dengan jarak yang cukup jauh. Melihat Evan turun Eca langsung naik ke punggung abangnya karena banyak pecahan kaca dan beberapa balok.

Eca memperhatikan raut wajah Lino dkk yang berubah menjadi menyeramkan. Eca hanya bisa menyembunyikan wajahnya di bahu Evan.

“No, semua aman kan?” tanya Gio.

“Ada yang terluka,” ucap Lino sambil mengepalkan tangannya.

Setelah itu mereka langsung masuk ke dalam terlihat beberapa barang masih berantakan. Namun, sebagian sudah rapi.

“Bang, itu kenapa?” tanya Eca pelan.

“Habis berantem, Lo main Ama temen gue dulu. Bentar gue panggil,” ucap Evan.

Evan memanggil seorang cowok dengan boneka di tangannya.

“Ca, ini namanya Dino. Lo main dulu sama dia, ini Eca adek gue jaga dia, gue ada urusan sama yang lain. Tenang dia baik kok,” ucap Evan.

Eca tentu saja senang dan langsung turun k dari punggung Evan. Sama dengan orang yang bernama Dino berbinar menatap Eca.

“Oke,” ucap Dino.

“Ca, ayo main di halaman belakang,” sambungnya.

Setelah itu mereka berdua pergi bermain di belakang. Evan yang melihat Eca di halaman belakang akhirnya menyusul Lino dan yang lain ke ruang khusus.

Di halaman belakang mata Eca berbinar-binar melihat pohon mangga madu. Ia pun mengajak Dino ke sana.

“Kak, Eca mau mangga itu,” ucap Eca.

“Aku gak bisa manjat pohon, gimana dong” ucap Dino.

“Tenang Eca bisa manjat, “ ucap Eca.

Eca segera memanjat pohon itu dan mengambil beberapa buah dan langsung turun dengan pelan-pelan sebelum ketahuan.

“Ini dimana?”

“Ini di markas Diamond Blue ”

CALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang