07. Madness & Consequences (2)

23 2 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • • ☠️ • • •

Brianna dan kedua sahabatnya perlahan membuka netra dengan raut dan perasaan terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brianna dan kedua sahabatnya perlahan membuka netra dengan raut dan perasaan terkejut. Air dengan temperatur 3 derajat tersebut berhasil membuat mereka tersentak dari alam bawah sadar. Ketiganya sontak gelagapan dengan gerakan yang sia-sia. Sebab, tangan dan kaki mereka terikat, sekuat apa pun pergerakan refleks mereka, tetap saja terkekang, bahkan parahnya menciptakan rasa sakit di lengan dan betis mereka jika ketiganya tetap memaksa.

Sontak, Wileen pun tersenyum miring, ia kian duduk di bangku yang letaknya berhadapan dengan Brianna. Tentunya dengan kaki kanan yang menindih kaki kirinya, kedua tangan yang dilipat di depan dada dan daksa yang bersandar di badan kursi.

“Bagaimana rasanya? Dingin, ya?” tanya Wileen berpura-pura memasang wajah kasihan, spontan membuat Brianna kembali tersentak. Wanita angkuh itu kini mengangkat pandangannya untuk melihat siapa yang ada di hadapannya.

Mengetahui bahwa sosok yang berbicara remeh itu benar-benar Wileen, mata Brianna langsung membulat, arkian berkata, “K-kaauaww!” dengan gelagat yang masih kedinginan dan mulut yang tersumpal kain. Lalu, disusul dengan Quinza dan Valerie yang kian ikut melotot melihat keberadaan Wileen.

Menyadari ekspresi ketiganya yang terkejut akan kehadirannya, Wileen pun dengan santai berkata, “Kenapa? Kalian terkejut?” Ia lalu menarik satu sudut bibirnya dengan satu alis yang sedikit terangkat. “Seharusnya kalian tidak usah merasa terkejut seperti itu ... Bukankah kalian yang menginginkan semua ini?” lanjutnya sambil meminta bungkus rokok pada salah satu asistennya.

Sambil mengeluarkan satu batang rokok dari sana, Wileen kembali melanjutkan ucapannya. Ia berkata, “Padahal aku sudah sangat baik pada kalian dengan diam saja. Tapi, kalian malah semakin melewati batas.” Berganti meminta korek gas pada asisten lainnya sambil mengapit batang rokok yang dirinya pegang. Lalu, ia bakar ujung benda berisi tembakau tersebut secara perlahan.

“Jadi, jangan salahkan aku jika kalian berakhir di tempat ini,” lanjut Wileen, kemudian menikmati isapan pertama pada rokok premiumnya dan mengembuskan asapnya ke sembarang arah.

Mendengar kalimat remeh dan mengetahui Wileen yang sekarang merokok, Brianna dan kedua temannya kembali tersentak. Mereka terus membulatkan mata petanda bahwa ada banyak kejutan yang tidak pernah mereka duga.

[TERBIT] Pandora: Pandora Two-side Secret [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang