୨⎯ "INEFFABLE" ⎯୧
Sore ini, sehabis mandi, Haechan cuman pakai celana pendek dan kaosan. Rambutnya masih sedikit basah dan acak-acakan, jangan lupa sendal yang dia kenakan.
Jaemin selalu suka kalau Haechan pakai pakaian seperti itu. Kayak, gantengnya nambah. Apalagi kalau pakai kacamata, walaupun bolong. Tapi ganteng banget.
Dia akan senyum-senyum sendiri bahkan kadang salah tingkah kalau Haechan beralih menatapnya.
"Dek, jajan alpa yuk." ajak Haechan, dia ngantongin dompetnya, sedangkan hpnya dia tenteng.
"Qtela, ya?" tanya Jaemin.
"Qtela mulu."
"Enak tau." Jaemin tersenyum, dia bangkit dari duduknya. "Adek mau qtela aja."
Haechan tersenyum geli, "Yaudah, ayo."
Keduanya berjalan bersisian, pergi ke alpa terdekat. Saat sampai, Haechan langsung mengambil keranjang. Tau banget kalau Jaemin akan jajan banyak.
"Beli minuman pororo aja."
"Jangan, Dek. Kita nggak ada anak kecil di rumah."
"Buat Adek kok."
"Enggak, yang lain aja."
Masalahnya, Jaemin kalau minum lucu banget. Nggak sehat buat jantung Haechan. Mending cari minumann lain aja.
Jaemin menggerutu, dia membuka pintu showcase, mengambil minuman favorite mereka lalu diletakkan di atas keranjang. Jaemin juga mengambil dua kotak minuman pisang.
"Mau cornetto."
"Nanti aja kalau mau ke kasir."
Ya sudah. Mereka lebih dulu mencari jajanan yang diingankan sampai-sampai keranjang penuh dengan makanan ringan. Kalau Haechan, harus ada sari roti. Roti sejuta umat. Dan Haechan amat sangat menyukainya.
"Dek, lip balm kamu abis, 'kan?" tanya Haechan, menahan lengan Jaemin di depan rak berisi skincare. "Mau beli enggak?"
"Enggak dulu, Adek udah beli. Online, hehe."
"Loh? Kapan? Ini syopi atau yang lainnya nggak ngasih notip kecuali gratis ongkir." Haechan membuka ponselnya, ingin melihat apakah Jaemin pesan online atau tidak. "Nggak ada loh, Dek."
"Adek pesen di hp sendiri, Mas."
Haechan langsung menatapnya, "Kok? 'Kan Mas udah bilang, kalau mau beli sesuatu mending di hp Mas aja." jelas Haechan, "Cod gak?"
"Enggak."
"Dek."
Jaemin nyengir, "Kali-kali, Mas. Ini udah lama Adek nggak belanja sendiri. Pakai uang sendiri."
"Batalin aja."
"Nggak bisa gitu, lah! Udah dikirim juga."
"Lain kali, bilang dulu kalau mau belanja online."
"Nanti kalo udah sah, Adek gak bilang-bilang mau belanja online pakai duitnya Mas Haechan."
Setelah berdebatan tidak guna mereka, sekarang keduanya sudah berdiri di depan kasir. Sudah ambil satu box es krim cornetto juga. Maklum, Jaemin bucin cornetto. Soalnya pdkt-annya gampang. Kayak dia sama Haechan.
Segampang diiklan, seriusan.
Soalnya Haechan coba deketin Jaemin juga karena iklan cornetto. Bawa es krim cornetto juga, ngasihnya waktu Jaemin di semester 4. Haechan juga mau wisuda. Dan karena tidak mau menyesal, Haechan nekat deketin Jaemin sambil bawa es krim.
Dan Haechan beruntung soalnya Jaemin suka cornetto.
"Mas, abis ini, jalan-jalan pakai motor, mau?"
"Ayo aja."
◦•●◉✿✿◉●•◦
"Mas, Adek punya tebak-tebakan, nih."
Haechan yang lagi ngunyah, langsung terhenti. Dia menatap Jaemin penuh tanya. Mulutnya penuh, dan tidak memungkinkan untuknya menjawab.
"Pas dimasukin, kering dan keras. Tapi pas udah selesai, basah dan loyo. Apa itu?"
Haechan mengerjap. Dia menatap Jaemin yang santainya makan mie yang dia pesan. "Er... Yang biasa kamu minta kali." balasnya ambigu. Lagian, pertanyaan Jaemin cukup ambigu.
Jaemin menahan tawanya, "Ya apa jawaban pastinya, Mas Haechan. Yang biasa aku minta banyak."
"Ya itu, yang biasa masuk mulut kamu abis nonton film rating dewasa."
"Dih!" Jaemin menatap Haechan kesal, "Mas mikir jorok!"
"Lagian tebak-tebakan kamu ambigu banget."
Jaemin mendengus, "Itu pikiran Mas aja yang kotor." gerutunya.
Haechan terkekeh. Dia sedikit mencondongkan kepalanya ke Jaemin. "Jadi, jawabannya apa, cantik?"
"Mie instan."
Haechan mengernyit. Otaknya membayangkan saat dia membuat mie instan. Benar juga, sih. Kalau udah direbus, pasti basah dan loyo. Alias lemes.
"Mas Haechan mikirin apa, sih?" tanya Jaemin, "Jangan mikir kotor, ya. Kita di tempat umum."
"Mana ada. Mas lagi mikirin waktu buat mie." bantah Haechan, "Lagian kamu yang mulai."
"Kok Adek?!"
"Oh iya, maaf. Mas yang mulai. Kamu lanjutin aja makannya, abis ini kita jalan lagi. Beli kue sus."
"Oh~" Jaemin tersenyum, "Kalau itu nggak papa."
Haechan menghembuskan napasnya lega. Nggak jadi kena omel.
◦•●◉✿✿◉●•◦
Jaemin menumpu dagunya di atas pundak kanan Haechan yang sedang mengendarai motor. Kedua tangannya masuk ke dalam saku jaket yang kekasihnya kenakan.
Hari sudah beranjak malam, dan niatnya mereka cuman mau keliling setelah makan banyak kuliner. Pokoknya beli minuman kopi aja.
"Mas!" panggil Jaemin sedikit berteriak.
"Hm? Kenapa, Dek?"
"Mas mau balek Jakarta nggak? Adek nggak bolehin sama Mama, katanya sini aja."
Haechan menatap wajah kekasihnya dari kaca spion motor. "Nanti pulang bentar setelah kerjaan selesai. Mungkin satu bulan sebelum hari-H, Mas udah di sini lagi."
Jaemin membalas tatapan Haechan di spion, "Mas gak bakalan lari, 'kan?"
"Apanya yang lari, sih, Dek?" tanya Haechan, dia memelankan laju motornya. "Mas nggak bakalan lari. Lagian, Mas juga udah yakin sama kamu. Udah bukan waktunya main-main lagi."
"Beneran?"
"Beneran, Jaemin. Seriusan ini. Mas juga gak mau kehilangan kamu."
Jaemin tersenyum. Dia mempererat pelukannya pada perut Haechan.
"Nggak papa takut, nanti Mas buktiin pakai tindakan lain."
◦•●◉✿✿◉●•◦
Yeay! 3 part lagi selesai^^
©LisaPutri0503 - Ineffable
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE » HYUCKNA ✔
FanfictionKarena bagi Haechan, Jaemin adalah segalanya. HYUCKNA short story Haechan! Dom Jaemin! Sub