B

3.2K 307 8
                                    

୨⎯ "INEFFABLE" ⎯୧

"Selamat bengi, teman-teman i ter-love. I mau kasih tau you, you semua kalau i udah buat undangan untuk wedding-nya i dengan Renjun ter-cute."

"Siapa yang mau mau menikah denganmu?!"

"Oh? Orang tua you sudah setuju kalau kita akan married tiga bulan lagi."

Renjun stress sekali menghadapi Mark yang menurutnya bule alay. Kenapa bisa, calon suaminya Jaemin bisa memiliki sepupu seperti Mark Lee ini?!

Jaemin menepuk-nepuk punggung Renjun pelan, menyemangatinya tanpa bersuara. Renjun mengerang, dia mau menangis. Lelah sekali diganggu setiap hari oleh Mark.

"Lo beneran mau kawin sama Renjun, Mark?"

"Hah? Kawin? Apa itu kawin?" tanya Mark bingung.

Haechan berdecak, "Menikah. Lo mau menikah dengan Renjun?"

"Oh, of course! I mau menikah dengan Renjun yang paling cute sedunia."

Sepertinya Mark memang alay. Atau ini karena efek jatuh cinta? Biasanya, Mark tidak seperti ini kok. Seriusan. Mark biasannya kalem, serius juga walaupun kata-katanya kadang buat ketawa.

Tapi enggak alay.

"Mas, tolong banget, ya. Bisa bawa dia balik ke kampung halamannya tidak? Saya sudah stress menghadapi manusia yang otaknya cuman setengah." keluh Renjun pada Haechan, sudah terdengar sangat berharap.

"Tapi dia datang sendiri." balas Haechan, "Sebenarnya dia enggak alay kok, cuman lagi jatuh cinta aja, makanya alay."

Renjun tampak semakin frustasi. Dia mau menendang Mark sejauh mungkin darinya.

"Sudah, ayo pergi. Kita harus pulang." Haechan bangkit, menarik lengan Jaemin agar mengikutinya juga.

Jaemin menurut, dia menoleh ke belakang dan melihat Mark menepuk pelan kepala Renjun, lalu memeluknya lembut. Sepertinya Haechan benar, Mark hanya alay karena jatuh cinta.

◦•●◉✿✿◉●•◦

Hujan mengguyur deras pagi ini. Jaemin semakin merapatkan tubuhnya di selimut. Saat hujan pagi hari, Jaemin akan berubah super malas. Dia akan lebih siang saat bangun, dan mandinya berubah nanti sore.

Karena kebiasaan yang sudah dipahami Haechan, pria itu sekarang memilih untuk memasak sarapannya sendiri. Mau hujan ataupun tidak, pukul 8 nanti dia harus sudah berada di kantornya.

"Dek—"

"Mas Haechan harusnya bangunin Adek. 'Kan Mas mau kerja." sela Jaemin yang baru keluar dari kamar dengan muka bantalnya. Rambutnya acak-acakan dan piyama yang ia kenakan juga semrawutan.

Haechan menatapnya. Sudah berpakaian lengkap. Setelan kantornya, hanya tidak ada dasi yang melingkar di lehernya.

"Kan! Mas udah lengkap, Adek masih kayak gembel."

"Gembel juga Mas tetep cinta."

Jaemin menggerutu. "Mas mengakui Adek kayak gembel."

"Oh, iya. Lagian kamu yang mulai."

"Kok jadi nyalahin Adek."

Sabar, Haechan, sabar. Orang sabar disayang Jaemin.

"Kamu cuci muka sana, abis itu kita sarapan."

Jaemin berdecak. Dia berjalan menuju kamar mandi. Haechan menggeleng, dia kembali memasak sarapannya yang tadi tertunda. Menunggu Jaemin sebentar sembari meletakkan masakannya di atas meja.

"Mas kenapa dasinya belum dipakai?"

"Oh! Tolong dong."

Jaemin berjalan menuju kamar, mengambil dasi yang sudah ia siapkan semalam. Haechan tetap duduk, sedangkan Jaemin berdiri. Memakaikan dasi ke leher Haechan dengan telaten.

"Nah, sudah." Jaemin tersenyum.

"Makasih, ya." Haechan tersenyum.

Keduanya duduk berhadapan. Memakan sarapan dengan tenang. Dan setelahnya, Jaemin mengantar Haechan ke mobilnya. Memegangi payungnya agar Haechan tidak kehujanan.

"Nanti pulangnya jam berapa? Biar Adek masakin makanan buat Mas."

"Enggak pasti, tapi nanti Mas kasih tau lewat chat."

Jaemin mengangguk, tubuhnya sedikit menunduk saat Haechan menarik lengannya. Haechan mencium kening Jaemin lembut. Jaemin tersenyum, dia menjauh. Menutup pintu mobil. Melambaikan tangannya.

"Hati-hati."

Setelah mobil Haechan menghilang, Jaemin kembali masuk. Menyimpan payungnya kembali ke tempatnya. Jaemin kembali membaringkan tubuhnya.

"Tidur lagi gak, sih?"

◦•●◉✿✿◉●•◦

Abis ini ada sedikit flashback awal pertemuan Haechan sama Jaemin^^


©LisaPutri0503 - Ineffable

INEFFABLE » HYUCKNA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang