L

3.3K 318 16
                                    

WARNING!

Di sini ada 3 waktu berbeda, alias flashback saat awal pdkt, awal jadian dan pernikahan.

୨⎯ "INEFFABLE" ⎯୧

"Deketin aja, sih, Chan. Siapa tau lo jodoh sama dia. Keburu nanti dia didapetin sama yang lain. Lo tau sendiri, tuh anak banyak yang ngincer."

Haechan menghela napas. Dia menatap Jaemin yang sedang duduk bersama teman-temannya. Mereka berada di cafetaria dekat kampus. Jaemin sendiri sedang mengerjakan tugasnya, sementara Haechan cuman nongkrong.

"Nggak papa emang?"

"Ya gak papa," Jeno ikut menatap Jaemin. "Kalo lo gak mau, buat gue aja."

"Nggak usah maruk lo." sinis Haechan, "Udah ada Karina juga."

Jeno terkekeh, dia menepuk pelan pundak Haechan. "Bawa aja es krim cornetto, siapa tau dia terima."

"Ini nyata, Jen, nyata. Bukan iklan. Tuh iklan pasti digampang-gampangin."

"Kan coba, Chan, coba. Kalo lo ngasih es krim, pasti diterima es krimnya. Nggak tau soal perasaan lo."

Haechan mendengus. Akhirnya dia menuruti ucapan Jeno esok harinya. Membeli es krim modal sekitar 10 rebuan lalu nekat mendekati Jaemin.

"Jaemin."

Jaemin menoleh, dia tersenyum. "Dalem."

Haechan terdiam kaku. Ya tuhan. Manis sekali. Haechan mau peluk boleh tidak, sih? Gemas sekali manusia di depannya ini.

Jaemin mengernyit, dia mengibaskan tangannya di depan wajah Haechan. "Kok diem?"

Haechan mengerjap. Dia tersenyum bodoh. Menyodorkan es krim cornetto yang sejak tadi dia pegang.

"Buat lo."

Jaemin berkedip, dia menatap es krim cornetto yang Haechan sodorkan. Dia tersenyum lebar, dan Haechan tidak bisa untuk tidak salah tingkah.

Meleleh, nih, meleleh. Haechan mau meleleh dapat senyuman dari Jaemin.

"Makasih, Mas."

Haechan makin terdiam kaku. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Sialan sekali. Panggilan Jaemin untuknya membuat Haechan tidak bisa berkutik.

Tolong. Haechan benar-benar salah tingkah. Wajahnya yang memerah tidak bisa dia tahan. Kapan lagi dipanggil Mas, 'kan? Apalagi kalau itu dari gebetannya.

"Tapi, maksudnya apa, ya, kasih es krim?" tanya Jaemin. Dia kembali menatap Haechan.

"Mau minta nomor hpnya."

"Oh!" Jaemin segera mengambil ponselnya, "Kalau kasih nomor hp bisa buat aku dapet cornetto tiap hari gak papa."

Haechan tersenyum. Dia men-scan barcode yang Jaemin tunjukkan. "Nanti gue kasih cornetto satu box." balasnya senang.

Tau semudah ini, kenapa dia tidak melakukannya sejak dulu, ya?

Jaemin tersenyum. Dia mengangguk. "Duluan, ya. Masih ada matkul."

"Ah, iya. Semangat, ya. Biar pinter dan bisa ngajarin anak-anak kita di masa depan nanti."

Lee Haechan. Pertemuan pertama dengan Jaemin, sudah ngumbar gombalan recehnya.

◦•●◉✿✿◉●•◦

Haechan berlari mengejar Jaemin yang akan pulang. Sengaja jemput Jaemin soalnya Haechan libur kerja.

"Jaemin!"

Yang dipanggil menoleh, memandang Haechan yang napasnya ngos-ngosan. "Kenapa, Mas?"

"Lo abis ini nggak ada acara, 'kan?"

"Nggak ada, aku niatnya mau langsung pulang ini."

"Kebetulan." Haechan tersenyum lebar. "Mau ikut gue gak? Bentar aja kok."

"Ke mana emang?"

"Ada yang mau gue tunjukin."

Jaemin mengikuti langkah Haechan ke mobil cowok itu. Membukakan pintunya dan Jaemin mendapati satu buket besar berisi jajan. Terutama es krim cornetto.

Kedua mata Jaemin berbinar. Sejak dideketin Haechan, Jaemin jadi sering jajan dan makan es krim. Tidak apa, sih. Jaemin senang.

"Jadi pacar gue, mau?"

Jaemin langsung menatap Haechan yang entah sejak kapan duduk di kursi kemudi. "Mas?"

Haechan nyengir, dia mengambil buket di kursi belakang. Memberikannya ke Jaemin. "Sogokan gue biar diterima. Tapi gue berharap besar, sih. Hehe."

Jaemin menerima buketnya. Dia menghitung es krim cornetto yang ada di buketnya. "Cair gak?"

"Itu palsu, yang asli ada di apartemen gue."

"Jadi, kita ke apartemen Mas Haechan?"

Haechan tersenyum, "Terima dulu. Nanti gue kasih es krimnya. Plus kue susnya."

"Qtelanya ada?"

"Ada, kok. Asalkan di rumah."

Jaemin tersenyum, kepalanya mengangguk. "Okay. Aku mau jadi pacarnya Mas Haechan."

Haechan mau peluk, tapi ketahan buket. Jadilah, nanti saja.

Ternyata, pdkt-an ala cornetto berguna juga. Haechan beneran jadian sama Jaemin yang sudah ia incar sejak Jaemin jadi mahasiswa baru.

"Mas pacar."

Jangan tanya gimana perasaan Haechan sekarang. Pokoknya rasa mau gigit Jaemin.

◦•●◉✿✿◉●•◦

"Kenapa ngelamun? Ayo, kita mau ke altar sekarang."

Jaemin menoleh. Papa berdiri di depannya. Memandangnya lembut dengan senyum terpatri di wajahnya. Senyum yang diwariskan ke Jaemin.

"Siap gak?" tanya Papa, dia menatap anak semata wayangnya yang bangkit berdiri.

"Siap, tapi deg-degan banget." balas Jaemin membuat Papa terkekeh pelan.

Keduanya berjalan ke area tempat pernikahan terjadi. Di belakang rumah Jaemin yang memang luas banget. Sampai disediakan altar untuk pernikahan mereka berdua.

Tidak banyak yang diundang saat ucap janji. Teman-teman dekat keduanya saja. Dan beberapa teman Mama dan Papa.

Di tempatnya, Haechan memandang Jaemin yang berjalan bersama Papa. Haechan nyaris tidak berkedip. Dua minggu tidak bertemu, Haechan sadar kalau Jaemin tampak berubah.

Lebih manis, cantik dan buat Haechan makin jatuh cinta dengannya.

Papa mengambil tangan Haechan, membawanya untuk menggenggam tangan anaknya.

"Saya percayakan Jaemin untuk kamu. Tolong jaga jauh lebih baik dari apa yang Papa dan Mama lakukan."

Papa menjauh setelahnya, membiarkan anaknya berdiri bersisian dengan Haechan. Papa percaya kalau Haechan bisa menjaga anaknya jauh lebih baik darinya. Walaupun mungkin, caranya akan berbeda. Rasanya juga akan berbeda.

Mereka saling mengucapkan janji. Haechan meengusap punggung tangan Jaemin dengan ibu jarinya. Betapa beruntungnya Haechan mendapatkan Jaemin. Haechan tau, kehidupan pernikahan tidak akan semudah saat mereka pdkt-an.

"Suami aku." kata Jaemin membuat Haechan kembali salah tingkah.

"Ciuman cepat!"

Jaemin dan Haechan terkekeh. Haechan menangkup wajah Jaemin, mengusapnya lembut. Mencium keningnya lalu dia menjauh.

"Dedek gemes sekarang berubah jadi suami gemes."

◦•●◉✿✿◉●•◦

Satu lagi selesai, yeay!


©LisaPutri0503 - Ineffable

INEFFABLE » HYUCKNA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang