Jum'at, 4 Juli 202*
05.00 a.mGue terbangun karena suara tangis ART gue yang terdengar sedang berada di lantai bawah. Namanya Surti. Walaupun dia hanya seorang ART, gue tetep menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Gue pun memanggilnya dengan sebutan tante.
Nggak biasanya Tante gue berada dirumah. Biasanya Setelah selesai bekerja, tante gue langsung pulang karena jarak rumah yang cukup dekat Dari rumah gue. Tujuannya dia disini adalah menjaga gue dan saudari - saudari gue karena bokap dan nyokap gue sedang dirumah sakit karena bokap gue yang terkena sakit kanker dan ini adalah jadwal kemotrapi yang kesekian kalinya.
Gue pun bergegas mencari tante gue. Setelah menuruni tangga, gue cukup terkejut melihat Tante gue yang sedang terduduk dengan tangis yang cukup kencang. Handphone miliknya seperti terbanting karena ada pecahan kaca disekitarnya.
" Tan... Tanteee... Kenapa nangis?? Masih pagi loh. Cerita ke Dewa kalo ada apa - apa."
" Papa... Papa... Papa udah enggak adaaa!!!!"
Tante gue langsung berteriak dan menangis sejadi - jadinya. Gue yang mendengar perkataan tante gue langsung terdiam.
Nggak, ini gak mungkin
Ini pasti salah
Pasti salah orang
Yang meninggal bukan papa
Gue harus pastikan sendiri
Gue pun langsung mengambil kunci motor dan bergegas pergi. Tante gue yang berusaha menenangkan gue gak bisa menahan tenaga gue yang cukup besar.
Gue langsung mengeluarkan motor yang terparkir di halaman rumah gue dan langsung melongos pergi.
Sepanjang perjalanan, gue gak memikirkan diri gue. Yang hanya di pikiran gue hanyalah papa. Orang yang paling dekat dengan gue. Yang selalu ada buat gue disaat apapun, mendengar segala cerita gue mau itu cerita bahagia maupun keluh kesah gue selama ini.
Tapi sekarang dia ninggalin gue?
Gue gak mau
Perjalanan dari rumah ke rumah sakit hanya gue tempuh dengan waktu 10 menit walaupun jaraknya cukup jauh. Gue langsung menuju ke receptionist rumah sakit untuk menanyakan dimana kamar bokap gue.
" Mbak, pasien atas nama Surya Sadewa dimana ya mbak? Kemarin malam baru masuk untuk kemotrapi." Tanya gue dengan nada sedikit tinggi
Receptionist yang mendengar pertanyaan gue sedikit terkejut namun langsung mencari data pasien rumah sakit.
" Di Bangsal Anggrek Nomor 9 dek. Lurus terus lalu belok ke kanan."
Setelah mendengar informasi Dari Receptionist, gue langsung berlari mencari kamar bokap gue.
Setelah menemukan kamar bokap, gue langsung masuk kedalam tanpa mengetuk pintu sama sekali. Terlihat beberapa orang berada didalam kamar bokap gue. Termasuk ada nyokap dengan kelopak mata yang sedikit menghitam dan basah. Seperti habis menangis.
Terlihat tempat tidur yang ditempati bokap gue tertutup kain putih. gue langsung membuka dan menghapus semua harapan gue.
Terbaring bokap gue dengan wajah yang sudah sangat kurus karena nggak bisa makan. Raut wajah yang terlihat sedih membuat gue menangis histeris.
" Papa... Maaf, Dewa nggak ada disamping papa sampai akhir. Harusnya Dewa kemarin malam ikut papa kesini."
Seseorang yang selalu gue peluk karena rasa hangat dan aman yang menenangkan hati gue. Namun kini hanya terasa dingin dan rasa sunyi didalam hati gue.
Sabtu, 5 Juli 202*
Rintik hujan menyambut kedatangan Jenazah papa yang akan dikuburkan. Hati gue yang Masih belum bisa merelakan hanya bisa terdiam dalam bisu dan dinginnya udara saat ini. Kali ini kesedihan gue ga bakal ada yang meminjamkam bahunya untuk sekedar bersandar sejenak menyandarkan rasa pilu yang gak bisa gue tahan sendiri
Siapa lagi yang bisa gantiin papa??
Gue hampir gak bisa menahan tangis yang sedari tadi gue tahan. Rasa sedih yang teramat mendalam membuat gue kembali berpikir.
Apa gue bisa bertahan tanpa papa?
Tetapi, gue gak melihat rasa sedih yang sama di wajah nyokap gue. Wajah tanpa ekspresi dengan mulut yang tidak berbicara sepatah kata pun. Tidak ada Hal yang Ia lakukan sama sekali untuk menenangkan gue.
Sabtu, 12 Juli 202*
Sikap nyokap jauh berubah. Lebih sering keluar rumah sendiri. Bahkan seminggu ini dia selalu pergi. Gue yang selalu bertanya hanya diberi jawaban " cuma pergi sebentar " Dan ketika gue menanyakan dengan siapa, nyokap, Ia nggak akan menjawab dan langsung pergi begitu aja.
Ketika kembali pun yang Ia bilang cuma sebentar, nyatanya bisa pulang sampai jam 1 malam. Entah dia Jalan - Jalan sama siapa.
Selasa, 14 juli 202*
gue muak ketika gue ngerasa nyokap gue udah terlalu mikirin dirinya sendiri. Gue pun mengikutinya ketika Ia pergi.
Gue terkejut ketika ternyata nyokap gue bertemu dengan seorang lelaki dengan jas rapi di sebuah restoran mewah. Gue gak bisa mengikuti sampai dalam karena harus booking terlebih dahulu.
Gue pun kembali kerumah dengan perasaan marah bercampur dengan kesedihan. Secepat itukah nyokap lupa dengan bokap?.
Seperti dugaan gue, nyokap pulang kerumah pukul 1 malam lagi. Ketika nyokap masuk kedalam, gue langsung melabraknya.
" Mama abis Darimana? Udah jam berapa mah? Adek daritadi nungguin!!.... Terus tadi sama siapa? Kok ketemuan sama cowok? Udah gitu cuma berdua lagi."
Nyokap hanya terdiam mendengar hujaman pertanyaan gue.
" Papa gimana mah? Cepet banget mama lupa sama papa. Anak mama Masih sedih dengan kepergian papa. Tapi mama gak ada di sisi kita. Mama sayang nggak sih sama adek?"
Nyokap terus terdiam dengan kepala menunduk.
" JAWAB MAH!!! ADEK INI ANAK MAMA APA BUKAN?"
" CUKUP DEWA!!"
Itulah pertama kali gue melihat nyokap meneriaki gue dengan nada yang marah.
" UDAH CUKUP MAMA MENGALAMI HARI - HARI YANG MEMUAKKAN SAMA PAPA KAMU. MAMA CAPEK!!! APA GAK BISA MAMA DAPET KEBAHAGIAAN? KALIAN? KALIAN JUSTRU MALAH TAMBAH BIKIN MAMA SENGSARA!!!."
Gue cukup tersentak mendengar perkataan mama. Gak terasa, air mata langsung keluar dengan deras.
" Mama berharap adek gak ada disini lagi? Oke aku akan pergi. Adek juga gak akan berharap lagi sama mama!
Gue terdiam sejenak
" Tapi jangan harap adek bakal kembali lagi ke pelukan mama!!" Kata gue dengan nada marah
Gue pun mengambil kunci mobil, lalu mengepak barang gue. Gue pun bergegas akan pergi Dari rumah.
" Inget mah, mama ambil keputusan sendiri, jadi adek akan ambil keputusan sendiri juga."
Gue langsung memasuki mobil dan pergi. Itulah kali terakhir gue melihat nyokap. Orang yang gue percaya, namun menghancurkan kepercayaan gue juga.
Selamat malam gaes. Mohon maaf banget banget udah hampir 2 minggu nggak update. Bener - bener magerrr bangettttt
Jadi mohon maafff bangett... Gue janji bakal update 2 story dalam 2 hari kedepan. Jadi ditunggu yaa update nya
Untuk part yang ini mungkin sedikit nggak menarik karena gue gak pinter bikin cerita sedih ( padahal hidup sad mulut hehe :)) )
Yaudah deh ditunggu untuk update part selanjutnya yaa. Goodnighttt :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Sex, Love & Addiction
RomanceWarning ⚠️🔞 : NSFW, BDSM, BL Stories Pak Devan melihat wajah gue yang mungkin terlihat sedikit memerah. Tatapan misteriusnya menusuk hingga ke jiwa gue. Tanpa sadar, gue justru merasa nyaman dengan tatapan itu. Pak Devan pun mendekat ke wajah gue...