Gue langsung terbelalak saat ngeliat Pak Devan Keluar dari rumah besar itu. Ia menggunakan vast armless hitam dengan kemeja putih casual dan dipadukan dengan celana jeans sedikit ketat yang memperlihatkan sedikit bentuk kakinya.
Pak Devan langsung menghampiri gue dan mas Taufik dengan tangan yang menyilang di dadanya.
" Saya kan udah bilang, kalo ketemu saya, sendiri aja. Mau gimana pun kamu bakal tetep sendiri."
Mas Taufik terlihat sedikit kaget dengan perkataan Pak Devan. Ia langsung menyela
" Kalo bapak mau ngobrol berdua sama dek Dewa, saya bisa tunggu dilu-."
" Nggak, saya Mas Taufik masuk aja. Saya yakin Pak Devan punya banyak ruangan buat saya sama dia ngobrol berdua." Kata gue sambil menatap sinis Pak Devan
Gue sedikit melihat senyuman di wajah Pak Devan.
" Oke, Mas Taufik bisa tunggu di ruang tamu. Saya dan Dewa bisa ngobrol di ruang kerja saya." Kata Pak Devan Santai
Pak Devan langsung melongos masuk lalu melirik gue, mengisyaratkan gue untuk masuk dengan menggoyangkan kepalanya.
Gue langsung menarik tangan Mas Taufik dan mengajaknya masuk. Mas Taufik hanya bisa pasrah mengikuti arah Jalan gue.
Ketika didalam, gue sangat kaget dengan interior rumah Pak Devan. Pintu rumah dengan ruang tamu dipisahkan dengan lorong yang dipenuhi dengan lukisan, hiasan kepala singa, beberapa barang antik seperti baju zirah era Victoria yang lengkap dengan pedang, guci buatan tiongkok dengan relief yang terasa cukup lama Dan lainnya. Bagian lantai yang dihiasi dengan karpet turki disepanjang koridor.
Ketika masuk ke bagian ruang tamu, gue semakin dibuat takjub dengan semua barang - barang Pak Devan. Gue jadi mikir masak dengan jadi dosen, dia bisa punya rumah segede ini.
" Mas Taufik bisa nunggu disini. Silahkan liat - liat aja. "
" Bu Astii."
Tak Lama Setelah Pak Devan memanggil, terlihat seorang wanita paruh baya datang.
" Iya Pak Devan."
" Tolong bikinin kita minum ya. Saya mau kopi aja. Kalian bisa ngomong sendiri ke Bu Asti mau minum apa."
" Saya teh manis aja, Bu. Terima kasih ya." Ujar gue
" Saya kopi hitam aja Bu." Dilanjutkan dengan Mas Taufik
Entah gue salah lihat atau Mas Taufik tersenyum seakan udah kenal sama Bu Asti. Gue gak mau ambil pusing.
" Untuk teh dan kopi saya, bawa ke ruang kerja ya, bu." Kata Pak Devan
" Baik pak."
Bu Asti langsung melongos pergi dengan terburu - buru.
" Dewa, ikut ke ruang kerja saya."
" Mas Taufik kalo ada apa - apa langsung cari saya ya."
" Iyaa santai aja dek."
Pak Devan langsung berjalan pergi tanpa menunggu. Gue yang baru sadar ditinggal, langsung mengejar Pak Devan yang untungnya dia Masih belum jauh.
" Gimana tadi perjalanan kesini?" Tanya Pak Devan
" Macet. Panas. " Jawab gue ketus
" Hahaha saya suka kalo kamu kayak gini." Kata Pak Devan sambil tertawa.
Setelah naik ke lantai 2, Gak jauh Dari tangga akhirnya sampai ke ruangan yang Ia bilang ruang kerja. gak lama kemudian, Bu Asti datang membawa nampan dengan teh dan kopi.
" Monggo pak."
" Makasih Bu Asti."
Gue gak melihat sikap arogan sama sekali dari Pak Devan terhadap Bu Asti. Seperti kelurga sendiri Dan bukan antara majikan dan pembantu.
" Silahkan duduk." Pak Devan mempersilahkan
Gue langsung duduk sambil menyilangkan tangan
" Gak perlu tegang. Jadi dibikin santai aja Tangannya."
Gue langsung menurungkan tangan gue.
" Jadi kamu mau ngomongin apa?"
" Pak Devan masih nanya? Memang kemarin ada masalah apa sih?"
" Ohh masalah make out? Kamu mau make out disini?" Jawab Pak Devan terdengar bercanda
" Pak, emang nggak sadar bapak udah ngelakuin pelecehan? Di wilayah kampus lagi. Saya bisa laporin bapak ke pihak kampus."
" Oh silahkan aja. Saya gak akan takut. "
Ini orang bener - bener ngeselin. Batin gue.
" Saya bisa kasih alasan kenapa saya bisa kayak gitu. Saya ada suatu Hal yang perlu saya selesaikan dan itu ada hubungannya dengan kamu. Karena itu saya perlu dekat dan mengulik kamu lebih dalam."
" Bapak tau apa tentang saya? Kita bahkan baru kenal baru kemarin." Kata gue sedikit membentak
" Saya tau semua tentang kamu, Dewa. Kamu cukup tanya saya aja tentang diri kamu. Saya bisa Jawab kok. Tentang diri kamu, sampai tentang keluarga kamu." Jawab Pak Devan sambil tersenyum
Batin gue bilang gak mungkin dia tau sesuatu tentang gue. Tapi perkataan Pak Devan kayak gak ada keraguan sama sekali. Seakan dia memang tau tentang gue. Gue gatau harus ngomong apa lagi.
" Gak perlu kaget. Saya bisa sebutin satu keluarga kamu. Surya Sadewa? Ayah kamu kan? Satu - satunya orang yang paling mengerti kamu. Orang yang selalu ada buat kamu mau itu saat bahagia ataupun saat kamu down. Saya tau tentang dia kok." Terang Pak Devan
Tanpa terasa, gue mulai menangis.
Pak Devan yang melihat gue menangis, langsung terdiam.
Gue terus menangis terisak dan mulai Teringat kembali dengan semua kenangan gue dengan papa.
Pak Devan menutup pintu lalu mengambil sekotak tisu dan menyodorkannya ke gue. Gue pun mendongak sedikit untuk melihat wajah Pak Devan. Kali ini gue melihat wajah yang bersimpati terhadap gue. Senyumannya seperti awal kami bertemu di kelas. Senyum yang hangat.
" Saya memang keliatan keras, tapi saya gak tega ngeliat seseorang nangis karena ucapan saya." Ucap Pak Devan dengan pelan
Gue pun mengambil tisu yang disodorkannya ke gue dan mengelap air mata gue.
" Kamu harus tenangin diri dulu karena saya harus ngomong serius sama kamu. Kedepannya, saya mau kamu lebih dekat sama saya. Untuk masalahnya, saya akan jelasin sedikit demi sedikit. Saya gabisa jelasin semuanya karena saya yakin kamu gak bisa semua informasi itu."
Setelah beberapa lama, akhirnya gue berhenti nangis. Pak Devan membiarkan gue tenang.
" Minum dulu teh nya."
Pak Devan menyodorkan teh hangat yang dibawa Bu Asti tadi. Gue mengambilnya dengan hati - hati agar gak jatuh. Air teh yang mengalir di kerongkongan gue cukup bikin gue tenang.
" Untuk masalah yang kemarin, saya juga punya alasan lain." Kata Pak Devan sedikit tegas
Gue terdiam
Apa dia punya alasan yang bagus?
Gue gak yakin
" Saya tertarik sama kamu dan saya mau lamar kamu jadi pasangan saya." Ucap Pak Devan terdengar yakin
WHATTT???!!!
Hayooo lohhh kok gituu???
Ceritanya untuk sekarang sedikit keliatan terburu - buru, cuma Santai aja. Cerita ini Masih Lama bangett
Jadi ditunggu yaa part selanjutnyaaa 😙😙😙😙
Spoiler : sedikit 🔞 tapiii.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sex, Love & Addiction
RomanceWarning ⚠️🔞 : NSFW, BDSM, BL Stories Pak Devan melihat wajah gue yang mungkin terlihat sedikit memerah. Tatapan misteriusnya menusuk hingga ke jiwa gue. Tanpa sadar, gue justru merasa nyaman dengan tatapan itu. Pak Devan pun mendekat ke wajah gue...