Premature Hubby part 2

281 33 111
                                    

Irene memegang dengan ragu benda kecil yang ia pegang sejak tadi . Tangannya bahkan sampai gemetar . Ia sudah melakukannya sejak 30 menit yang lalu . Namun hingga kini , ia hanya terlihat berjalan kesana kesini dengan perasaan gelisah tanpa melakukan apa-apa .

Haruskah ia melakukannya ?
Bagaimana kalau ternyata hasilnya tidak sesuai harapannya ?

Pikiran-pikiran buruk pun menggerogoti akal sehatnya . Irene meringis sambil berjongkok di depan kloset saat mengingat kembali kejadian beberapa waktu lalu . Saat itu ia benar-benar kehilangan akal sehatnya . Bagaimana ia bisa melakukannya dengan begitu mudah tanpa berpikir panjang terlebih dahulu .

Ia jadi takut setengah mati .

" Gimana ini ? "

Ujarnya berulang-ulang pada diri sendiri . Ia bahkan memegangi dadanya yang berdetak dengan cepat . Sesekali menggigiti kukunya untuk mengalihkan rasa gelisah , padahal baru kemarin ia menghias kukunya .

" Tapi kalau gak dicoba , gak akan tau hasilnya "

Beberapa menit berpikir akhirnya irene memantapkan hati .

" Huft ... positif thinking aja deh , pasti hasilnya gak seperti yang aku bayangkan "

Ujarnya menyemangati diri sendiri .

Beberapa menit kemudian Irene menatap benda di tangannya dengan raut wajah terkejut . Ia menutup mulutnya karena nyaris berteriak . Seolah ada suara petir menggelegar tiba-tiba diatas kepalanya .

Dua garis yang mulai saat ini akan membolak balikkan sisi kehidupannya yang awalnya baik-baik saja .

Irene melemas . Ia terduduk di lantai sambil memijat kening .

Ia bahkan baru saja diangkat sebagai pegawai tetap , masa ia sudah harus resign hanya karena ia HAMIL .

" Irene stupiddddd "

Makinya pada diri sendiri . Ia meremat kuat rambut panjangnya hingga kusut seperti sarang lebah .

" Aarrggghhhh bodoh bodoh bodoh "

" Aku harus gimana ????? "

Tok tok tok

" Irene !!! "

Irene terperanjat begitu mendengar suara ibunya di balik pintu . Ia mendadak kebingungan hingga tak sengaja kepalanya terantuk sisi wastafel .

Dugh

" Aiishhhh sial "

" Irene !!! "

Panggil ibunya lagi . Cepat-cepat ia menyembunyikan alat tes kehamilan yang ia pegang .

" Iya buuu "

Sahutnya kemudian membuka pintu kamar mandi .

" Ngapain sih daritadi gak keluar-keluar ??? "

Ibu irene menatap gadis berusia 25 tahun itu dari ujung kaki hingga ujung kepala .

" Irene sembelit bu , jadi pup nya susah "

Irene berpura-pura meringis sambil memegang perutnya .

" Makanya kamu itu harus rajin makan buah sama sayur , biar pencernaannya lancar "

" Iya bu iya "

" Ya sudah , ibu mau ke resto dulu "

" Iya bu hati-hati di jalan , irene juga mau siap-siap ke kantor "

Irene melambai pada sang ibu . Kemudian ia bisa bernafas lega setelah mendengar suara pintu utama rumahnya terkunci . Ia memang hanya hidup berdua dengan sang ibu . Ayahnya , sudah meninggal beberapa tahun lalu karena serangan jantung mendadak . Dan saat ini ibunyalah yang meneruskan usaha keluarga yang dirintis ayahnya , restoran ayam goreng yang tidak terlalu besar namun omsetnya dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka serta dapat menguliahkan Irene di universitas yang cukup bagus .

Psycho-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang