Irene memegang dengan ragu benda kecil yang ia pegang sejak tadi . Tangannya bahkan sampai gemetar . Ia sudah melakukannya sejak 30 menit yang lalu . Namun hingga kini , ia hanya terlihat berjalan kesana kesini dengan perasaan gelisah tanpa melakukan apa-apa .
Haruskah ia melakukannya ?
Bagaimana kalau ternyata hasilnya tidak sesuai harapannya ?Pikiran-pikiran buruk pun menggerogoti akal sehatnya . Irene meringis sambil berjongkok di depan kloset saat mengingat kembali kejadian beberapa waktu lalu . Saat itu ia benar-benar kehilangan akal sehatnya . Bagaimana ia bisa melakukannya dengan begitu mudah tanpa berpikir panjang terlebih dahulu .
Ia jadi takut setengah mati .
" Gimana ini ? "
Ujarnya berulang-ulang pada diri sendiri . Ia bahkan memegangi dadanya yang berdetak dengan cepat . Sesekali menggigiti kukunya untuk mengalihkan rasa gelisah , padahal baru kemarin ia menghias kukunya .
" Tapi kalau gak dicoba , gak akan tau hasilnya "
Beberapa menit berpikir akhirnya irene memantapkan hati .
" Huft ... positif thinking aja deh , pasti hasilnya gak seperti yang aku bayangkan "
Ujarnya menyemangati diri sendiri .
Beberapa menit kemudian Irene menatap benda di tangannya dengan raut wajah terkejut . Ia menutup mulutnya karena nyaris berteriak . Seolah ada suara petir menggelegar tiba-tiba diatas kepalanya .
Dua garis yang mulai saat ini akan membolak balikkan sisi kehidupannya yang awalnya baik-baik saja .
Irene melemas . Ia terduduk di lantai sambil memijat kening .
Ia bahkan baru saja diangkat sebagai pegawai tetap , masa ia sudah harus resign hanya karena ia HAMIL .
" Irene stupiddddd "
Makinya pada diri sendiri . Ia meremat kuat rambut panjangnya hingga kusut seperti sarang lebah .
" Aarrggghhhh bodoh bodoh bodoh "
" Aku harus gimana ????? "
Tok tok tok
" Irene !!! "
Irene terperanjat begitu mendengar suara ibunya di balik pintu . Ia mendadak kebingungan hingga tak sengaja kepalanya terantuk sisi wastafel .
Dugh
" Aiishhhh sial "
" Irene !!! "
Panggil ibunya lagi . Cepat-cepat ia menyembunyikan alat tes kehamilan yang ia pegang .
" Iya buuu "
Sahutnya kemudian membuka pintu kamar mandi .
" Ngapain sih daritadi gak keluar-keluar ??? "
Ibu irene menatap gadis berusia 25 tahun itu dari ujung kaki hingga ujung kepala .
" Irene sembelit bu , jadi pup nya susah "
Irene berpura-pura meringis sambil memegang perutnya .
" Makanya kamu itu harus rajin makan buah sama sayur , biar pencernaannya lancar "
" Iya bu iya "
" Ya sudah , ibu mau ke resto dulu "
" Iya bu hati-hati di jalan , irene juga mau siap-siap ke kantor "
Irene melambai pada sang ibu . Kemudian ia bisa bernafas lega setelah mendengar suara pintu utama rumahnya terkunci . Ia memang hanya hidup berdua dengan sang ibu . Ayahnya , sudah meninggal beberapa tahun lalu karena serangan jantung mendadak . Dan saat ini ibunyalah yang meneruskan usaha keluarga yang dirintis ayahnya , restoran ayam goreng yang tidak terlalu besar namun omsetnya dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka serta dapat menguliahkan Irene di universitas yang cukup bagus .