Taman Bunga

535 47 28
                                    

[WARNING NINUNINU 10 CHAPTER TERAKHIR]

HARAP DIBACA!

*chapter ini mengandung banyak momen jenlix, tapi tetep harus dibaca ya soalnya ini udah chapter chapter krusial*

"Selamet ya chan...Bentar lagi jadi manten kamu"

"Cieee iya nih yang bentar lagi jadi bini orang"

"Enak ih kamu udah dapet jodohnya, aku mah masih gini gini aja"

"Iya ganyangka ni ulet nangka satu gercep juga ternyata"

"Pokoknya yang samawa ya chan. Kami semua doain kamu"

"Iya, makasih ya temen temen doanya... Hehe"

Jeno ikut tersenyum senang begitu teman temannya menyambut hangat wacana pernikahan teman sebangkunya itu. Senyum manisnya tak berhenti bertengger disana membuat jeno enggan untuk melemparkan ejekan jenaka pada temannya yang masih sibuk membalas ucapan suka cita teman temannya itu.

Melihat sahabatnya sebahagia ini, membuat hatinya turut dipenuhi perasaan bahagia yang membuncah.

"Chan... Tapi es puternya yang alpukat aja jangan yang duren"

"Dih ngatur, yang nikah aku yang sibuk kamu. Enak aja"

"Tapi kan ga semua orang suka duren. Baunya gaenak, nyenget gitu"

"Yang gasuka mah kamu doang jenooo. Orang orang pada suka suka aja, lagian aku yang nikah ini. Napasi?"

"Ish! Kalo es puternya duren aku gamau dateng ke nikahan kamu"

"Yaudah. Ga ngarep juga aku"

Jeno mengerucutkan bibirnya dan membuang muka ke arah berlawanan. Memilih membaringkan kepala pusingnya pada lengannya yang berada di atas meja. Mata minusnya menerawang ke arah jendela di hadapannya, menatap gerombolan lucas teman sekelasnya tengah memainkan bola basket di sana, menggiringnya kesana kemari hingga akhirnya berhasil mencetak skor dan memeluk seseorang setelahnya.

Oh, itu felix dengan muka muramnya.

Begitu kontras dengan para perempuan di sana yang memekik histeris ketika idola sekolah itu memeluk temannya dan mengecup sekilas pipinya. Anak ayam itu justru terlihat menyedihkan dengan bibir memberengut dan alis tertaut tak suka. Apa yang membuat anak ayam itu bermuram sementara sorak sorai mengelilinginya? Matanya kembali fokus dan mendapati felix membalas tatapannya dari kejauhan dengan mata bulatnya yang berkaca kaca.

"Ibumu sekarang doyan banget ngomongin felix"

"Huh?"

"Kedudukanku sebagai dayang kepercayaan ibu suri digeser gitu aja sama felix. Huhh"

"Ya felix orangnya kalem soalnya. Anggun, ga kaya kamu belingsatan kaya uget uget bak mandi. Tukang ngabisin makanan lagi"

"Dihh... gitu gitu ibumu kangen banget tau sama aku. Tetep aja aku dayang senior yang disayangi ibu suri"

"Iyaaa dayang senior"

"Renjun...marah ga?"

Haechan membuang muka sekilas ketika ucapan penuh kehati hatiannya membuat jeno yang sedaritadi memakukan pandangan pada luar jendela itu langsung mengalihkan perhatiannya ketika nama sosok itu disebut. Ia pun menjadi salah tingkah dibuatnya dan berdehem setelahnya.

"Gausah dijawab jen kalo gamau"

"Ya marah"

"Oh..."

"Tapi aku juga udah ga ambil pusing lagi lah dia mau marah perkara felix sering nemenin ibu, perkara aku pergi sama felix, main sama dia... Aku udah ga ambil pusing lah chan. Capek"

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang