🖤 04

206 134 47
                                    

⚠️usai revisi, terdapat banyak perubahan ⚠️

Mohon tandai bila ada typo

.
.

-----happy reading-----

Alena menghembus nafas bosan di samping ibunya. Sudah satu jam lebih ia berada di ruang bimbing konseling mendengarkan celotehan para guru dan ibunya yang mencoba membela.

"Sudah banyak peraturan yang Alena langgar, bu. Mulai dari merusak prasarana sekolah, bertindak tidak sopan, mengancam dan mengintimidasi teman sekolahnya. Bahkan membawa benda tajam di lingkungan sekolah. Itu semua sudah melewati batas skor sanksi."terka bu Mila.

"Perjelas aja, hukuman gue apa?"sahut Alena.

"Alena."tegur Rena tak tau harus berbuat apa sekarang.

"Lihat. Skorsing saja sudah beberapa kali diberikan, hukuman apa lagi yang sekiranya bisa buat Alena sadar?"kata bu Mila naik pitam atas ketidaksopanan Alena.

"Baik, saya akan urus surat pindah untuk Alena-"

"Ma! Alena gak salah. Dela duluan yang cari masalah, dia gores pipi Alena."sahut Alena membela dirinya.

"Sepertinya keputusan untuk di pindahkannya Alena sudah tepat. Peraturan yang sudah nak Alena langgar memang sudah tidak bisa di toleransi lagi." Putus Kepala sekolah pada akhirnya.

Alena memilih keluar dari ruangan itu meninggalkan para orang dewasa menyelesaikan masalahnya. Belum lama ia berjalan menuju kelasnya, Alena melihat Yuna menghampirinya.

Alena mendengus. "Jadi lo?"

"Gak seharusnya Natalie tau hubungan gue sama Samudra."ujar Yuna. Nadanya yang terdengar lesuh seperti biasanya membuat Alena terkekeh geli.

"Jadi karena itu lo aduin gue?"sinis Alena.

"Alena, ini bukan lo. Lo gak sejahat itu buat nyakitin banyak orang."kata Yuna.

"Salah. Lo yang gak kenal gue."Alena kembali melanjutkan perjalanannya namun ia berhenti tepat di samping Yuna.

"Ah, ya. Habis ini lo gak perlu aduin gue lagi buat dapet poin lebih, gue udah dikeluarin dari sekolah."

"Lo di keluarin dari sekolah?"Yuna mengerjab.

Kedua sudut bibir Alena terangkat membentuk senyuman. "Hm, persis yang lo mau."jawab Alena kemudian benar-benar pergi meninggalkan perempuan itu.

Suara bising seketika berubah senyap saat Alena masuk dalam kelasnya. Banyak yang pasang mata padanya dan suara bisik mulai terdengar. Alena meraih tasnya mengabaikan mereka berbicara tentangnya, ia memilih akan langsung pulang ke rumahnya.

Baru saja membuka pintu kamarnya, Alena sudah mendapati keberadaan ibunya di dalam sana. Alena melempar tasnya abai terhadap ibunya lalu menghempaskan tubuhnya di kasur. Di raihnya sebuah iPad yang tergeletak di atas nakas dan memainkannya.

"Alena. Dimana sopan santun kamu? Bisa-bisanya kamu ngelawan guru di sekolah dan nyakitin temen kamu!"sentak Rena.

"Bukan temen Alena, ma."keluh Alena tanpa melepas pandang dari iPadnya.

Rena yang tak mampu lagi menahan amarah menyita benda pipih itu lalu membantingnya sembarang arah.

"Alena!"

"Apa?!"perempuan itu bangun dari posisinya dengan kesal.

"Mama marah sama Alena? Bukannya mama pernah bilang bakal lakuin apapun buat Alena? Kenapa mama keluarin Alena dari sekolah?"

Ruined CanvasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang